Posts

Showing posts from 2018

Agen Schooling di Antara Pegiat-pegiat Pendidikan Alternatif.

Image
Foto bersama teman-teman pegiat dan anak-anak dari berbagai komunitas pendidikan alternatif ketika Pertemuan Nasional 2 Pendidikan Alternatif di Dusun Genting, Semarang (28 Oktober 2018) Sejak tahun 2002-an, saya sudah banyak berteman dengan teman-teman yang bergiat di pendidikan alternatif. Waktu masih mahasiswa, saya ikut berkunjung ke Qaryah Thayibah, Salatiga. Saya menginap di sana selama beberapa malam, mempelajari bagaimana anak-anak Qaryah Thayibah belajar. Beberapa waktu berikutnya saya diajak Kang Rahmat Jabaril (pendiri Komunitas Taboo, Bandung) untuk jadi co-fasilitator lokakarya pembuatan peta wilayah, di Sekolah Sururon, Garut (binaan teman-teman Sarikat Petani Pasundan). Selama masih berkuliah di Bandung, saya cukup sering ketemu dan sesekali berkegiatan bersama teman-teman Kalyanamandira (yang mengurus anak-anak di Rumah Tahanan di Jalan Jakarta, Bandung).   Kini pun saya masih sering ketemuan dengan teman-teman pegiat pendidikan lainnya seperti dari Sanggar Anak Ak

"Pesan dari Buritan" dan Sebuah Refleksi tentang Pendidikan Keindonesiaan di Sekolah.

Image
"Pesan Dari Buritan" adalah sebuah dokumenter pendek yang dibuat oleh sekelompok anak muda  anggota Tim Ekspedisi Maritim Timur Nusantara. Mereka melakukan ekspedisi untuk mempelajari jalur pelayaran pelaut-pelaut Buton. Saya menonton film tersebut pada Kamis, 20 September 2018 malam di Studio Kopi Sang Akar, Jakarta. Film "Pesan dari Buritan" pendek. Tidak sampai setengah jam. Gambar-gambar yang ada dalam film sangat cantik. Sekilas digambarkan 16 pulau (dari berbagai pulau lainnya) yang biasa dilalui oleh pelaut-pelaut Buton.  Mereka biasa berlayar menggunakan kapal-kapal yang ukurannya tidak terlalu besar, ada motor kecil, dan  layar yang membantu menangkap dan mengarahkan angin sehingga mempermudah para pelaut mencapai tujuan. Setelah menonton, kesan saya, "Wah ternyata filmnya pendek". Secara visual filmnya sangat indah. Namun,  setelah nonton pun pengetahuan saya tentang masyarakat Buton belum banyak bertambah. Untungnya setelah menonton film,

Membaca "Tempat Terbaik di Dunia"

Image
Roanne Van Voorst adalah seorang antropolog berkebangsaan Belanda  yang karena ketertarikannya tentang 'banjir' memilih menetap selama setahun di sebuah kampung kumuh (yang kemudian akan disebut daerah Bantaran Kali) di Jakarta untuk penelitiannya.  Buku " Tempat Terbaik Dunia ", terbitan Penerbit Marjin Kiri,  adalah buku yang menggambarkan pengalamannya ketika  melakukan penelitian. Kata Roanne di bagian prolog: "Sebagai seorang peneliti, saya ingin tahu bagaimana rasanya tinggal di hunian yang setiap tahunnya beberapa kali dilanda banjir. Masih sedikit pengetahuan yang tersedia soal ini. Penelitian terbaru mengenai banjir lebih banyak mengarah ke aspek  biologi dan teknik pengeloaan banjir: ketinggian curah hujan yang jatih d suatu wilayah per tahun, misalnya, atau masalah tersumbatnya pintu air da cara untuk menyalurkan air. Semua itu sangat menarik dan penting, tentunya. Hanya saja, dalam berbagai penelitian tersebut saya tidak menemukan cerita dari p

Sekilas mengenai Rencana Kegiatan di Mata Kuliah "Mathematics Curriculum & Assessment"

Image
" Mathematics Curriculum & Assessment " adalah salah satu mata kuliah yang saya ampu semester ini. Pesertanya adalah mahasiswa (calon guru) tingkat tiga. Di hari pertama, kegiatannya sederhana. Saya menjelaskan tujuan mata kuliah, rencana pembelajaran sepanjang semester, bentuk assessment  yang akan digunakan, bacaan yang perlu dibaca. Untuk mata kuliah ini calon-calon guru di kelas saya akan melakukan beberapa hal. Saya akan ceritakan sebagian di sini. Dua pertemuan pertama mahasiswa akan mendiskusikan apa itu assessment , prinsip-prinsip dasarnya, dan tujuan-tujuan assessment  di dalam kelas. Di pertemuan ketiga, mereka akan membuat esai mengenai apa itu assessment dan kenapa assessment penting. Untuk bisa menulis esai yang baik, mereka perlu banyak membaca teori terkait sekaligus merefleksikan bagaimana teori-teori tersebut akan berguna ketika mereka menjadi seorang guru. Saya juga akan mengajak calon guru membaca tentang  Alternate Strategies for Assessing Stude

Cerita Persiapan Lokakarya untuk Guru di SMKN 11

Image
Saya masih berada di Biaro, menjenguk Ibu Mertua saat libur lebaran ketika saya memperoleh telepon dari Pak Bagiono. Pak Bagiono, adalah salah satu orang yang sangat saya hormati.  Dulu sempat jadi pembina Ikatan Guru Indonesia (IGI), Atase Pendidikan Kebudayaan Indonesia di Prancis, dan termasuk salah satu orang yang ikut mengembangkan banyak Sekolah Menengah Kejuran (SMK) di Indonesia. Waktu saya baru ke Indonesia setelah studi S2, Pak Bagionolah yang menawarkan saya untuk mengajar bahasa Inggris di sebuah Akademi Farmasi di daerah Fatmawati. Meski suka mengajar dan bisa berbahasa Inggris, saya tidak tahu caranya mengajar bahasa Inggris, apalagi untuk calon apoteker. Saat itu saya lebih nyaman mengajar Fisika atau Matematika.  Pak Bagiono memberikan saya tips-tips untuk mengajak mahasiswa mengenal kalimat-kalimat yang umum digunakan dalam berkomunikasi (secara lisan) dan melakukan banyak dialog di dalam kelas. Saya pun menjalankan tipsnya, dan lumayan  berhasil. Di usianya yang 80-an

Refleksi Menjadi Relawan di "Sanggar Belajar Sejahtera"

Image
Sudah lebih dari satu tahun yang lalu saya memilih untuk bergabung dengan Sangar Belajar Sejahtera sebagai  relawan pengajar matematika. Siswa-siswa Sanggar adalah anak-anak SD yang tinggal di daerah PertanianUtara, Klender. Saya memilih berkegiatan di Sanggar Belajar Sejahtera karena kegiatannya malam hari (dan di hari kerja). Saya bekerja dari pagi sampai sore, dan Sabtu-Minggu suka banyak acara, baik acara keluarga maupun kegiatan lainnya. Satu-satunya pilihan untuk berkegiatan adalah di malam hari. Saya ingat, kira-kirasetahun lalu, calon relawan-relawan baru (termasuk saya) yang mendaftar melalui website Indorelawan diundang ke sebuah pos RW   untuk di- briefing  oleh kakak relawan yang sudah lebih lama berkegiatan. Calon relawan baru dijelaskan  tentang sejarah Sanggar dan juga kegiatan di sanggar. Calon relawan pun disuguhi lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak dari Sanggar. Saya lupa berapa calon relawan yang ada di kegiatan briefieng tersebut. Kalau tidak salah, lebih da

Kita Harus Mencari Caranya : Lima Strategi untuk Membantu Pendidik untuk Terus Belajar Selama Hidupnya

Oleh Rachael George Sumber: http://inservice.ascd.org/we-have-to-find-a-way-five-strategies-to-help-educators-learn-for-life/ (diterjemahkan oleh: Dhitta Puti Sarasvati) Belajar Terus Selama Hidup: Bukan hanya siswa yang perlu belajar terus, pendidik juga. Namun, kapankah terakhir kalinya anda mendengar bahwa pendidik punya begitu banyak waktu? Mungkin, anda akan jarang menemukan pendidik yang memiliki begitu banyak waktu luang. Mari kita akui kenyataan ini, bagi seorang pendidik setiap waktu itu berharga. Setiap hari, kita, pendidik ditempa dengan kesibukan dunia profesional dan pribadi. Jangan salah, kita mencintai apa yang kita kerjakan; hanya saja kita sangat sibuk. Jadi, bagaimana caranya kita menemukan waktu untuk tumbuh secara profesional dan menjadi pembelajar seumur hidup sementara juga menjadi guru yang keren untuk siswamu?  mari perhatikan strategi-strategi dan pendekatan sederhana di bawah ini yang bisa membantu anda mengembangkan profesi dan belajar secara terintegr

Program Pendidikan Orang Tua bernama Criança Feliz di Brazil

Image
Criança Feliz,  berarti anak-anak yang bahagia, adalah sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Brazil yang diresmikan pada 5 Oktober 2016. Kebijakan ini disasar pada penduduk yang paling miskin di Brazil. Apa yang dilakukan? Pada dasarnya pemerintah Brazil menyediakan pekerja sosial secara masal yang wajib berkunjung secara rutin ke rumah ibu-ibu hamil dan orang tua yang memiliki anak. Untuk orang tua yang memiliki anak di usia  0 - 3 tahun, kunjungan dilakukan sekali seminggu, sedangkan untuk orang tua yang memiliki anak usia 3 - 6 tahun, kunjungan dilakukan setiap 15 hari sekali.  Apa yang dilakukan oleh para pekerja sosial ini? Pekerja sosial ini mengajarkan dan memberikan contoh mengenai cara bermain dan berbicara dengan anak-anak. Tentu, saja semua pekerja sosial ini telah dibekali dengan berbagai pelatihan. Juga tersedia modul yang digunakan sebagai panduan untuk melakukan pendidikan untuk orang tua ini. Pekerja-pekerja sosial ini juga dibekali dengan kemampuan untuk mem

Menonton "Cita-citaku Setinggi Tanah"

Image
Cita-citaku setinggi tanah ( trailer: https://www.youtube.com/watch?v=EZ3-XpOGFb0 ) sebenarnya adalah film tahun 2012. Namun, saya baru kesampaian menontonnya kemarin. Kemarin, film tersebut diputar di Kinosaurus , Jakarta. Film ini mengenai seorang anak bernama Agus yang berusaha keras mewujudkan cita-citanya. Guru sekolahnya Agus memberikan sebuah tugas yang harus dikumpulkan di akhir semester. Tugasnya adalah menulis karangan tentang cita-cita. Cita-cita Agus tidak muluk-muluk seperti ingin jadi dokter, pilot, artis. Cita-citanya adalah makan nasi Padang. Konon ibunya, dikenal di desanya karena pintar memasak tahu bacem, jadi setiap hari Agus makan tahu bacem. Sekali-kali ia ingin merasakan rasanya makan di restoran Padang. Selagi teman-temannya menuliskan mengenai cita-citanya dengan lancar. Agus butuh lebih banyak waktu. Iya ingin mewujudkan cita-citanya makan nasi padang, dan cita-cita ini tampaknya bisa terwujud sebelum batas akhir tugas dikumpulkan. Untuk bisa makan nasi

Membaca "Suara dari Marjin: Literasi Sebagai Pratek Sosial"

Image
"Suara dari Marjin: Literasi Sebagai Praktek Sosial" adalah sebuah buku yang dituliskan oleh Sofie Dewayani dan Pratiwi Retnaningdyah. Kedua penulis tampaknya pernah melakukan penelitian terkait literasi, namun pada kelompok yang berbeda-beda. Kesamaannya, kedua kelompok merupakan kelompok yang seringkali dilabeli sebagai "kelompok marjinal". Ibu Pratiwi meneliti tentang praktek literasi di kelompok Buruh Migran Indonesia (BMI) sedangkan Ibu Sofie meneliti mengenai praktek literasi di kelompok anak jalanan. Perpaduan hasl refleksi dari kedua penelitian tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi buku ini. Di bagian akhir juga ada tulisan reflektif yang mempertanyakan "Ke Mana Arah Gerakan Literasi Kita." Hal pertama yang membuat saya terpikat dengan buku ini adalah ketika membaca pengalaman literasi Ibu Sofie berikut ini: "Saya selalu mengira bahwa saya literat. Saya tumbuh dengan aksara. Ibu saya adalah guru bahasa Inggris di sebuah

Sarasvati, Nama yang Bapak Berikan dan Kisah di Belakangnya

Nama saya Dhitta Puti Sarasvati. Ketika mendengar nama belakang saya, beberapa orang bertanya-tanya, apakah saya berasal dari Bali? Bagi sebagian orang Bali, khususnya yang beragama Hindu, Sarasvati dipercaya Dewi pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan. Bapak selalu mengatakan, dengan menamakan “Sarasvati”, diharapkan saya tumbuh menjadi seseorang yang cinta ilmu pengetahuan. Ketika saya memilih jalan hidup menjadi pendidik, bukan profesi lain, Bapak sering bercanda, “Ini pasti gara-gara dulu Bapak kasih nama Sarasvati.” Bagaimana Bapak bisa memiliki ide untuk memberikan saya nama Sarasvati? Ini ada ceritanya. Setelah Bapak mengambil studi strata 2 (S2) di bidang Ekonomi di Boston University, Bapak mendapatkan tawaran untuk melanjutkan S3 (dengan beasiswa) di tempat yang sama. Meskipun tawaran itu sangat menarik, Bapak menolak tawaran tersebut dan memilih kembali ke Indonesia. Kepada saya, Bapak pernah berkata, “Ekonomi tidak bisa dipahami hanya dengan mempelajari teori dan pintar