Posts

Showing posts from December, 2009

Kisahku Bersama Lagu "Negeri di Awan"

Tulisan Bu Nina tentang 3 Cinta di "Sang Pemimpi" mengingatkan saya akan lagu 'Bisa Lebih Bahagia' oleh Nugie http://www.youtube.com/watch?v=MmweNfbQMik Liriknya begini : Kita mungkin bisa lebih bahagia, Bila yang dirasa hanya cinta Kita mungkin bisa lebih bahagia, Bila di dunia beda tak nyata Hidup di setiap hati tampak murni, Tanpa benci Mungkinkah dalam sehari, Dunia mau bersaksi Bahwa cinta kan membawa damai Sehingga semesta raya Lantang membuka suara Hiduplah manusia dalam cinta cinta Semoga guru-guru Indonesia bisa menjadi guru yang dipenuhi cinta. Ngobrol-ngobrol tentang lagu, salah satu kenangan saya sewaktu saya masih SMU adalah belajar bahasa Indonesia menggunakan lagu. Guru bahasa Indonesia saya, Bu Lis, selalu menyiapkan pelajaran dengan sangat baik. Ia menyulap surat pembaca, artikel opini, dan iklan di koran menjadi media pembelajaran di kelas. Tapi salah satu kelas yang paling berkesan bagi saya adalah sewaktu ia mengajarkan mengenai "majas".

[Reposting dari fb] Obrolan di Akhir Pekan

Seminggu yang lalu, saya mengunjungi semacam sebuah bazar, tapi di sana banyak stand organisasi2x macam-macam. Kebanyakan organisasi lingkungan. Tapi saya lama terhenti di sebuah stan. Yakni stan Amnesty International (www.amnesty.org). Well, saya lama berhenti di stan itu bukan karena saya tertarik bergabung. Tapi gara2x sebuah obrolan dengan penjaga stan. Gara2x obrolan itu saya lama berbincang-bincang dengan penjaga stan. Seperti biasa, penjaga stan menyapa saya,"Hi" "Hi" sapaku sambil tersenyum "Have you ever heard about the amnesty?" tanyanya, mencoba membuatku tertarik. "Yes, I know JK Rowlings have worked there before." "Who?" "JK Rowlings, the one who wrote Harry Potter," kataku sambil mengingat-ingat bener gak yah. Hehe "Realy? I didn't know that. I knew she funded the Amnesty a lot, but I never know she worked here" "Yes, working in the amnesty was one of the things that inspired her to write Harry

Review Film: Not One Less

Image
Bagi saya, film " Not One Less " adalah sebuah film yang cantik. Filmnya mengenai seorang guru pengganti di sebuah daerah rural di Cina. Ini bukan film tak mengambbarkan heroisme yang berlebihan dan ideal (seperti beberapa film-film holywood yang pernah saya tonton, tetapi lebih bersifat realistik, mengenai kondisi sekolah-sekolah di daerah terpencil. Yang tentunya mengingatkan saya akan kondisi di Indonesia. Sinopsis Guru yang asli di sekolah ini bernama Pak Guru Gao. Satu sekolah hanya ada satu guru. Hmm.. mengingatkan saya atas beberapa kondisi sekolah di tanah air. Karena ada keperluan yang sangat mendesak, ibu dari Pak Guru Gao sedang sekarat. Tak ada pilihan lain ia harus meninggalkan sekolah selama 21 hari untuk mengurusi ibunya. Mayor dari desa tersebut (mungkin semacam kepala desa) telah mencarikan seorang guru pengganti dari desa sebelah. Namanya Ibu Guru Wei Minzhi. Ibu Guru Wei Minzhi bukanlah seorang guru profesional. Jangankan menjadi guru profesional, lulus SM

Lagi Tentang UN, Jangan Paksa Kami !

Lagi Tentang UN, Jangan Paksa Kami ! ENTAH tulisan ini mau digolongkan jenis tulisan apa, saya tidak peduli. Saya juga tidak ambil pusing kalau karena tulisan ini saya dan kawan-kawan dicap merengek-rengek, manja atau apa pun. Yang saya mau dengan tulisan ini hanyalah agar “yang empunya kuasa” di pusat kekuasaan, mau membuka mata dan hati untuk peduli pada kondisi real yang kami alami di pelosok Indonesia ini. Saya adalah seorang guru pada sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD, NTT). Cita-cita untuk menjadi guru yang kemudian menjadi kenyataan tampaknya sudah merupakan “warisan” dari ayah saya Aloysius Bulu Malo (alm) yang sampai akhir hayatnya tetap mencintai profesinya sebagai guru. Tidak hanya itu, almarhum berhasil “menjerumuskan” kami enam orang anaknya untuk menjadi guru. Dengan demikian, yakinlah, profesi guru telah menjadi panggilan kami. Jadi jelaslah, bahwa kepedulian yang saya maksud di atas bukanlah rengekan agar saya dan teman-teman guru diman