Posts

Showing posts from 2013

Pendidikan Seni di Kuba : Pendidikan Seni untuk Semua

Anita tinggal di Jakarta. Dia suka menari. Untuk menyalurkan hobinya dia mengikuti sanggar tari dan berlatih dua kali seminggu. Biaya yang harus dikeluarkannya untuk mengikuti sanggar adalah Rp 250.000,- per bulan. Harga tersebut tidak terlalu mahal dibandingkan tempat-tempat kurusus menari lainnya. Dengan harga tersebut dia sudah bisa berlatih dibimbing oleh seorang guru professional. Kini sudah 9 tahun Anita berlatih menari. Anita tahu bahwa dia bukanlah penari yang paling jago. Teman-temannya yang lain lebih lentur juga lebih lincah dalam menari. Terkadang Anita pun lupa gerakan dari tariannya. Pasti dia tidak akan jadi penari professional. Meskipun begitu, dia akan terus menari. Kalau bisa seumur hidupnya. Dengan begitu dia bisa terus menjaga kebugaran sekaligus bersenang-senang. Yang paling penting, dengan menari Anita merasa lebih hidup. Emosinya tersalurkan, ada tempat baginya untuk melepas pikiran dan berkonsentrasi pada alunan musik dan gerakan tubuh. Dengan menari, hatiny

Sebuah Kenangan Bersama (Almarhum) Mama : Mau Belajar Apa Liburan Ini?

Bagi kedua orang tuaku, termasuk bapak dan (almarhum) mamaku, pendidikan adalah nomor satu. Pendidikan di sini bukan hanya pendidikan formal yang terjadi di sekolah. Namun juga berbagai pendidikan lainnya termasuk pendidikan non-formal maupun informal yang diperoleh dengan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.  Terkait pendidikan non-formal, masa liburan dianggap oleh mamaku sebagai kesempatan yang baik untuk mendidik anak-anaknya. Setiap liburan sekolah akan tiba, mama akan bertanya, “Apa hal baru yang mau kamu pelajari liburan ini?” Mamaku benar-benar menganggap pertanyaan ini serius. Jawabannya harus dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Intinya setelah berlibur, mamaku berharap kami anak-anaknya punya keterampilan atau pengetahuan baru. Kami, anak-anaknya bebas memberikan masukan terkait apa yang ingin kami pelajari. Misalnya saya pernah mengusulkan untuk belajar bahasa baru, belajar menyetir, belajar musik, atau menjelajahi tempat baru, dan sebagainya. Kalau

Belajar dari Beberapa 'Display' Karya Siswa BIS

Image
Belum lama ini saya bercerita tentang kunjungan saya ke Bandung International School (BIS). Tulisannya bisa dilihat di sini  http://www.mahkotalima.blogspot.com/2013/11/mempelajari-bagaimana-siswa-kelas-5-bis.html  . Saya ingin bercerita lebih banyak tentang kunjungan saya tersebut. Jadi, saya punya hobi kalau berkunjung ke suatu sekolah, saya sangat suka melihat-lihat display sekolah tersebut. Banyak yang bisa dipelajari dengan melihat berbagai karya yang ditempel di dinding sekolah. Saya bisa membayangkan hal-hal yang dikerjakan siswa selama di sekolah dan terinspirasi oleh berbagai kreativitas anak. Saya ingat kunjungan saya ke sekolah Sururon beberapa tahun yang lalu, yang dikelola oleh Sarikat Patani Pasundan. Letaknya di Garut. Meskipun saat itu sekolahnya masih sederhana. Tidak ada kursi, anak-anak belajar lesehat tapi saya ingat berbagai karya siswa ditempel di sekeliling dinding kelas. Karyanya sangat bervariasi. Di lain sisi, ada juga sekolah-sekolah yang pernah saya kunjung

Pernah Memberi Siswa Label Tertentu? Belum Tentu Tepat Loh!

Belum lama ini, dunia pendidikan sempat dibuat heboh karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhammad Nuh sempat membuat pernyataan berikut : "...siswa yang naik kelas tanpa remidi, dia sebut sebagai siswa KW (kualitas) 1. "Sedangkan yang lulus remidi itu KW 2 dan seterusnya." http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=204969 Istilah KW 1 dan KW 2 adalah label yang biasa digunakan oleh pedagang dalam menjajakan berbagai produk manufaktur. Kenapa Pak Nuh bisa menganalogikan siswa (manusia-manusia unik yang sedang dalam proses pertumbuhan menjadi manusia yang lebih baik) dengan berbagai istilah industri? Tapi kemudian, terlepas dari 'label ala industri' yang digunakan Pak Nuh untuk menggolongkan siswa, saya jadi berefleksi bahwa kadang guru, termasuk saya sering melabeli siswa dengan berbagai 'label' yang tidak tepat. Kadang kita melabeli siswa sebagai pemalas, tidak aktif, pemalu, pendiam, kurang cerdas. Padahal, belum tentu siswa-sisw

Perjalanan Ke Surabaya Yang Menakjubkan (Bagian 4) : Sharing tentang Barefoot College

Image
Tulisan ini merupakan lanjutan dari posting "Perjalanan Ke Surabaya Yang Menakjubkan (Bagian 3): Sharing di KNGB tentang Ketika Guru Mengaku Tidak Lebih Tahu" . Di KNGB 2013 saya memutuskan untuk berbagi juga mengenai Barefoot College , sebuah lembaga pendidikan di Rajastan, India. Karena tema yang saya sampaikan adalah mengenai 'Pendidikan Yang Menghargai Semua' maka ada beberapa prinsip dasar yang perlu disadari, diantaranya adalah bahwa guru harus percaya bahwa bila ada kesempatan, siswa bisa belajar apapun bila mereka mau. Selain itu, guru juga perlu percaya bahwa setiap siswa punya potensi, apapun latar belakang mereka. Tampaknya kedua prinsip ini dimiliki oleh orang-orang yang ada di Barefoot College . Di Barefoot College , para siswa yang awalnya buta huruf diberikan kepercayaan yang besar untuk belajar berbagai hal, termasuk yang selama ini hanya dipelajari oleh kelompok elit (mereka yang belajar di sekolah ataupun perguruan tinggi). Menurut saya, konsep

Mempelajari Bagaimana Siswa Kelas 5 BIS Belajar Inquiry dengan Mempelajari Rumah Mentari

Image
Kemarin saya mampir ke Bandung International School (BIS). Ceritanya,  siswa-siswa kelas 5 BIS sempat belajar mengenai Rumah Mentari, sebuah Rumah Belajar di mana saya merupakan salah seorang pendirinya. Hasil pemahaman anak-anak mengenai Rumah Mentari ditampilkan dalam bentuk poster. Poster ini dibuat berkelompok oleh siswa-siswa kelas 5 BIS. Kegiatan tersebut adalah bagian dari pelajaran Information Literacy (IL).   Kegiatan ini merupakan bagian untuk mengajarkan anak-anak mengenai proses  inquiry , bagian dari pembelajaran mereka menganai Information Literacy (IL). Di BIS, siswa-siswanya memang wajib belajar IL. Yang mengajar IL adalah pustakawan BIS, yang bernama Mbak Any.  Saya datang ke BIS untuk melihat karya-karya siswa kelas 5 tersebut. Saat saya datang, siswa kelas 5 sedang mengadakan ekskursi ke tempat lain, sehingga saya tidak bisa bertemu dengan para siswa. Namun, saya tetap bisa melihat-lihat poster tersebut.Mbak Any menemani saya melihat semua karya siswa yang mereka

Refleksi Setelah Menonton Film "Sokola Rimba": Mengingat Pertentangan Batin Para Pendidik

Image
Menonton film Sokola Rimba, mengingatkan saya pada  pengalaman pertama  ketika membaca buku Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba karya Butet Manurung (waktu baru diterbitkan oleh Insist Press). Yang paling saya ingat dari buku itu, bukan kegiatan-kegiatan Butet mengajar di Rimba, tapi malah pertentangan-pertentangan batin yang dihadapi Butet ketika harus menghadapi berbagai pilihan-pilihan yang kompleks. Awalnya Butet mengajar anak-anak Rimba karena bekerja pada sebuah LSM Lingkungan. Meskipun LSM itu menghanarkan Butet untuk mengenal anak-anak Rimba, ternyata ada perbedaan visi antara Butet dengan LSM tersebut. Butet ingin mengajar anak-anak Rimba sampai ke bagian hilir. LSM tersebut hanya menginginkan Butet mengajar sampai daerah hulu. Butet ingin anak-anak Rimba bisa belajar baca tulis agar mereka tidak mudah diperalat oleh orang luar (yang menganggap diri lebih modern). Pendidikan yang dijalankan di hulu selama ini masih belum cukup untuk melindungi orang R

Perjalanan Ke Surabaya Yang Menakjubkan (Bagian 3) : Sharing di KNGB tentang "Ketika Guru Mengaku Tak Lebih Tahu"

Image
Tulisan ini adalah lanjutan dari posting "Perjalanan ke Surabaya yang Menakjubkan (Bagian 2) : Sharing di KNGB tentang "Setiap Siswa Punya Cerita" Saya melanjutkan presentasi saya di KNGB 2013 dengan menceritakan sebuah pengalaman menarik ketika saya menjadi asisten trainer -nya Ibu Aulia Wijiasih untuk pelatihan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kuala Kapuas, bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kalimantan Tengah. Salah satu sesi, kami membahas tentang berbagai kegiatan ekonomi yang ada di dalam hutan. Peserta diminta membuat daftar berbagai kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang terjadi di dalam hutan. Salah satu kelompok mendiskusikan tentang produksi kapal. Kurang lebih begini diskusinya (saya agak lupa detilnya).  "Kapal dibuat di dalam hutan," kata seorang peserta, "Jadi salah satu kegiatan produksi yang terjadi di dalam hutan adalah pembuatan kapal." Saya ikut mendengarkan diskusi tersebut lalu mencoba menanggap

Ketika Bapak Memilih untuk Tidak Marah

Kayaknya kedua orang tua saya jantungan sekali saat saya dan adik saya (yang  usianya hanya satu tahun lebih muda dari saya) menginjak SMP dan SMA. Kami berdua, sekolahnya gak ada yang benar. Ketika SMP, nilai rapor kami dipenuhi angka-angka berwarna merah, jumlahnya bisa 4 sampai 5 angka merah. Nilainya 5 atau 4. Di rapor! Kalau sampai caturwulan  (waktu itu belum sistem semester) terakhir, nilai kami masih begitu, dipastikan kami harus tinggal kelas. Saya termasuk yang beruntung. Caturwulan terakhir, merah saya tinggal dua. Hal ini berarti saya bisa naik kelas, tapi tidak begitu dengan adik saya. Saya lupa berapa nilai-nilai adik saya, yang jelas sesampai di rumah saya temukan adik saya yang waktu itu kelas 1 SMP menangis tersedu-sedu di kamarnya. Dia tidak naik kelas. Bapak saya, sebenarnya galak juga. Kalau kami tidak bisa matematika misalnya, bukannya dibimbing, kami malah akan dimarahi. Bapak saya termasuk orang yang menganggap matematika adalah pelajaran paling penting sedu

Perjalanan Ke Surabaya Yang Menakjubkan (Bagian 2) : Sharing di KNGB tentang "Setiap Siswa Punya Cerita"

Image
Tulisan ini adalah lanjutan dari posting "Perjalanan ke Surabaya yang Menakjubkan (Bagian 1) : Sharing Visi Pribadi tentang Pendidikan di KNGB 2013" Setelah memperkenalkan diri dan berbagi visi pribadi tentang pendidikan, saya melanjutkan presentasi dengan memperlihatkan sebuah gambar di bawah ini : karya dua siswa kejar paket B tentang hidup mereka Penelitian Dhitta Puti Sarasvati (2008) Tahun 2008, saya melakukan penelitian di sebuah program Kejar Paket B (setingkat SMP) di Bogor. Siswanya sudah dewasa, biasanya sudah bekerja. Saat itu saya meminta masing-masing siswa menceritakan kisah hidup mereka sampai akhirnya mereka berakhir di program kejar Paket B. Kenapa mereka memilih untuk 'sekolah lagi'? Bagaimana kisah hidup mereka? Bagaimanakah proses pendidikan yang mereka dapatkan ketika masih muda? Kedua gambar di atas adalah gambar dari dua orang siswa yang saya wawancarai. Gambar tersebut merepresentasikan kisah hidup mereka sampai mereka akh

Ceritaku tentang tidur

Salah satu website saya adalah www.productivemuslims.com  . Pernah kan saya bercerita tentang website ini? Atau belum? Lupa. Hehehe... Di dalam website tersebut ada berbagai tips bermanfaat agar kita bisa lebih produktif. Selain dengan melalui manajemen waktu yang baik, juga dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Di dalamnya juga ada berbagai tips, menjaga kesehatan, makan, membuat jadwal, tentang berbagi waktu dengan keluarga, dan sebagainya. Bagus-bagus sekali deh!  Ada satu artikel yang membuat saya sangat tertarik yaitu mengenai tidur . Buat saya tidur adalah hal yang sangat penting. Dengan tidur yang cukup, biasanya kita bisa cenderung lebih produktif. Tapi bisa juga sih kita tidur lama tapi tidak berkualitas. Misalnya kalau kita mimpi buruk atau mimpi dikejar-kejar sesuatu. Kalau baangun tidur, rasanya pasti lelah sekali. Dulu guru mengaji saya mengajari saya membaca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas sebelum tidur, juga berdoa, berzikir, dan membaca Lailla

Perjalanan ke Surabaya yang Menakjubkan (Bagian 1) : Sharing Visi Pribadi tentang Pendidikan di KNGB 2013

Image
23 - 24 Oktober   2013 yang lalu, saya memperoleh kesempatan untuk pergi ke Jawa Timur, tepatnya ke Surabaya. Saya diminta panitia Konferensi Nasional Guru Blogger 2013 (KNGB 2013) menjadi pemateri di konferensi tersebut. Materi yang perlu saya bawakan bertema "Pengajaran yang Menghargai Semua". Beuh! Buat saya membawakan materi tersebut, cukup membebani. Bicara tentang "Menghargai Semua", saya bertanya-tanya apakah saya  memang sudah menghargai orang lain, termasuk siswa/siswi saya? Rasanya belum. Kadang saya terlambat memberikan umpan balik terhadap tugas siswa-siswi saya, kadang saya sok tahu, seakan-akan paling pintar. Itu berarti saya masih perlu banyak belajar untuk menghargai orang lain. Dalam hati saya berpikir, "Siapa saya, sok-sok berbicara tentang Pengajaran atau lebih tepatnya pendidikan yang menghargai semua?" Ya sudah lah yah ! The show must go on . Saya tetap saja harus presentasi. Tapi bagaimana cara yang elegan untuk melakukannya?

Perjumpaan Kembali dengan Sensei Okihara, Perkenalan Baru dengan Sensei Keiko

Mungkin masih ada yang ingat cerita pertemuan saya dengan Sensei Okhara yang saya tuliskan di sini . Sensei Okihara adalah temannya Ibu itje Chodidjah, teman saya yang juga aktif bergerak di bidang pendidikan. Mereka bertemu dalam sebuah konferensi dan kemudian terus berhubungan untuk saling bertukar pikiran mengenai pendidikan. Tahun lalu Ibu Itje, meminta saya untuk berkenalan dengan Sensei Okihara yang saat itu sedang berkunjung ke Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai Content and Language Integrated Learning  (CLIL). Tahun ini Sensei Okihara berkunjung lagi ke Indonesia, tepatnya pada Selasa, 17 September 2013 yang lalu. Ini kunjungannya yang kedua ke Indonesia. Beberapa agendanya, diantaranya adalah sit-in di kelas saya, ngobrol dengan beberapa rekan dosen  di Sampoerna School of Education (SSE), mengunjungi Bandung dengan kereta untuk melihat SD Semi Palar dan Museum Konferensi Asia-Afrika. Selain itu, juga mengunjungi Universitas Atma Jaya untuk bertemu beberapa

Ada Apa Di Rumah Mentari? Kelas Bahasa Inggris 4, Rabu 18 September 2013

Image
Shel Silverstein adalah salah satu penulis sastra anak yang menghasilkan karya-karya yang begitu indah, tak hanya cocok dibaca oleh anak-anak tapi juga oleh orang dewasa. Salah satu karyanya yang terkenal berjudul " The Giving Tree ". Rabu, 18 September 2013, anak-anak mentari belajar bahasa Inggris dengan membaca dan membahas karya tersebut. Sebelum mulai membaca, seperti biasa ada pemanasan. Ada beberapa gambar yang saya ambil dari video " The Giving Tree " yang saya temukan di  http://www.youtube.com/watch?v=fbLaX20hNw8  . Ada seseorang yang iseng membacakan buku The Giving Tree sekaligus membuatkan animasinya. Video ini juga yang akan saya gunakan dalam belajar.  Nah, saya mengambil potongan beberapa gambar dari animasi tersebut dan meminta anak-anak untuk mencocokkan gambar itu dengan kalimat-kalimat yang saya sediakan. Kalimat itu diambil dari cerita " The Giving Tree ". Beginilah gambar dan kalimatnya : Ternyata tidak semua gambarnya jelas