Posts

Showing posts from 2020

Refleksi Membaca (beberapa bab) “How Humans Learn to Think Mathematically: Exploring the Three Worlds of Mathematics” karya David Tall

Image
Buku ini belum saya baca sampai tuntas. Baru bagian pendahuluan ( prelude ) dan dua bab berikutnya,  yakni “ The Foundations of Mathematical Thinking ” dan  “ Compression, Connection and Blending of Mathematical Ideas ”. Sebelum menuliskan refleksi saya mengenai buku ini, saya ingin bercerita apa yang membuat saya tertarik pada buku ini. Alasannya, karena saya cukup familiar dengan nama penulisnya. Pernah membaca salah satu penelitiannya yang ditulis bersama Gray (1994). Judulnya,  “ Duality, Ambiguity and Flexibility: A Proceptual View of Simple Arithmetic ”. Bahkan penelitian ini dikutip sebagai salah satu bahan untuk Training of Trainers (ToT) Gernas Tastaka mengenai Bilangan. Baru kali ini saya berkesempatan membaca bukunya. Buku bagian pendahuluannya tidak terlalu mudah untuk saya pahami. Setelah membaca bagian pendahuluan berkali-kali, dilanjutkan dengan dua bab berikutnya, saya menemukan beberapa hal yang terasa bermakna. Oh iya, bab kedua dan ketiga lebih mudah dibaca daripada

Menumbuhkan Jiwa Keguruan: Berat tapi Indah

Image
Dua tahun lalu, tepatnya pada Agustus 2018 Pak Bagiono mengajak saya mengisi sebuah lokakarya di SMKN 11 Jakarta. Lokasi sekolah tersebut, tidak jauh dari glodok. Zaman dulunya, SMK tersebut merupakan SMEA. Saat itu, ada tiga jurusan di sekolah tersebut:  Akutansi, Administrasi Perkantoran, dan Penjualan. "Apa tujuan lokakarya tersebut?" tanya saya pada Pak Bagiono saat masih diskusi untuk persiapan. Pak Bagiono menjelaskan bahwa harapannya peserta bisa menyadari hakikat mereka sebagai guru. Waduh, tujuan yang sangat berat. Bikin "sakit perut".  Saya sangat hormat kepada Pak Bagiono. Beliau merupakan salah satu pembina Ikatan Guru Indonesia (IGI). Saat saya baru pulang dari UK dari studi S2, Pak Bagiono menawari saya untuk mengajar di sebuah Akademi Farmasi di daerah Fatmawati sebagai dosen bahasa Inggris. Hanya  6 bulan tapi saya sangat bersyukur diberikan kesempatan tersebut. Pak Bagiono juga  mengenalkan saya pada Pak Daoed Joesoef,  untuk belajar banyak hal meng

Gernas Tastaka (2): Cerita tentang Langkah Pertama

Image
Ketika awal Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka) terbentuk, para pendiri belum tahu persis bentuknya. Kami sudah tahu bahwa kami mau memberikan akses kepada anak-anak Indonesia untuk bisa belajar matematika yang menumbuhkan nalar mereka.  Pertemuan pertama dilakukan di UI dihadiri oleh Pak Ahmad Rizali, Woro Retno Kris Sejati, Pak Agung Wibowo, dua mahasiswa UI, dan saya.  Setelah beberapa pertemuan untuk membahas bentuk Gernas Tastaka kami memilih fokus di SD dulu. Juga, mulai dari melakukan gerakan dengan menyelenggarakan kegiatan untuk guru dulu. Kenapa? Kebetulan diantara pendiri-pendiri Gernas Tastaka memang ada beberapa yang bergerak sebagai guru serta memang hobi berbagi dengan guru. Kenapa SD? Karena di tingkat itulah salah satu fondasi terkait matematika biasanya mulai dibangun (sebenarnya di usia sebelum SD juga, tapi kami memang belum mau fokus ke sana). Saat launching pada 10 November 2020 sudah muncul ide membuat Training of Trainers (ToT) untuk

Dialog Mbak Bonita, Anyi, dan Mas Ibut tentang "Peduli Musik Anak"

Senang banget hari ini bisa mendengarkan dialognya @singingbonita, Karina Adistiana, dan Mas Ibut soal "Peduli Musik Anak". Bagus banget (ada rekamannya di IG Mbak @singingbonita , silakan dilihat yah ). Anyi dan Mas Ibut adalah sepasang suami istri yang mencoba melakukan proses pendidikan melalui media musik anak. Mereka berkeliling ke berbagai daerah Indonesia untuk mengajak anak, remaja, guru, orang tua membuat musik anak sebagai sarana pendidikan. Pendidikan untuk siapa? Anak, remaja, guru, maupun orang tua. Salah satu kisah mereka terjadi di Maluku. Di sana, mereka mengajak para remaja ngobrolin makna perdamaian. Maluku sendiri pernah menjadi daerah konflik, maka penting untuk mendengarkan suara anak maupun remaja dan di sana. Bagi mereka, perdamaian itu seperti apa? Hasil dialognya dibuatkan lagu. Tadi Anyi dan Mas Ibut menyanyikan lagu yang dibuat remaja-remaja tersebut. Mbak Bonita menangis mendengarnya. Saya juga. Anyi juga sempat bercerita tentang fenomena di b