Posts

Showing posts from 2017

[REFLEKSI] Rencana Mengubah Cara Memberikan Umpan Balik

Image
Sumber gambar :  http://www.citipostmail.co.uk/blog/the-a-to-z-of-writing-letters/  Sebagai seorang pengajar, saya telah banyak melakukan perubahan. Ketika pertama kali mengajar, di tahun 2002, saya banyak mengandalkan papan tulis dan kapur (iya, waktu itu masih menggunakan kapur). Saya meringkas materi pelajaran, mencatatnya di papan tulis, dan siswa-siswa saya (yang waktu itu seusia SMP) mencatat. Saya banyak bicara, berceramah tentang apa yang sudah ditulis di buku. Mungkin, meniru beberapa pengajar yang pernah saya lihat sewaktu masih bersekolah. Kini, cara mengajar saya sudah berubah. Ceramah, hampir tidak pernah saya lakukan lagi. Saya lebih banyak mengajar dengan mengajukan pertanyaan dan mengajak (maha)siswa mengerjakan berbagai aktivitas yang membuat mereka harus berpikir baik sendiri, berpasangan, ataupun dalam kelompok. Namun, belakangan saya baru menyadari bahwa dalam memberikan umpan balik kepada (maha)siswa, saya masih sangat payah. Belum banyak perubahan dar

Guru Super, Excellent, dan Good menurut Johnson

Image
Pak Budi Poniam, rekan saya di kampus memperkenalkan saya pada buku " Teaching Outside the Box: How to Grab Your Students By Their Brains " karya Louanne Johnson (2015). Saya baru selesai membaca bab kedua, berjudul "Are you Teaching Material?". Di bab tersebut guru dikategorikan menjadi tiga, yakni "s uper", "excellent",  dan  "good".   Sebenarnya ada kategori lain, yaitu " mediocre"   dan " terrible teachers ".  Mediocre teachers  tampaknya menggambarkan guru yang biasa-biasa saja. Di sekolah, mengajar seadanya (persiapannya sangat minim) lalu pulang. Sedangkan  terible teachers  tampaknya mengacu pada guru yang mengajar dengan sangat buruk, misalnya, yang tidak peduli dengan siswa sama sekali. Kedua kategori terakhir tidak dibahas di dalam buku ini dengan alasan bahwa guru yang  mediocre dan terrible  tidak bisa ditolerir. Kata Johnson: "Teachers come in three basic flavors - super, excellent, and

Refleksi ESN : "Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons for Language Teaching" oleh Dr. Ibrar Bhatt.

Education Sharing Network   (ESN)  adalah sebuah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna. Diadakan dua kali per semester. Tema kegiatan ESN hari ini adalah " Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons for Language Teaching ". Dr. Ibrar Bhatt dari Queen's University, Belfast, menjadi pembicara untuk tema ini. Meskipun tidak punya dasar mengenai pengajaran bahasa ( language teaching),   ESN kali ini tetap saya anggap sangat menarik. Dr. Bhatt memulai presentasi dengan menceritakan latar belakangnya. Kini, dia memang seorang akademisi yang bekerja di universitas, tetapi sebelumnya ia adalah guru bahasa. Pengalamannya mengajar, membuatnya berinteraksi dengan siswa-siswa dari berbagai latar belakang. Beberapa tidak piawai dalam menulis dan membaca, khususnya dalam konteks akademis. Beberapa juga tidak pandai, bahkan tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka adalah siswa-siswa yang kesulitan di kelas dan mereka sering kali di

Mengajarkan Isu Kontroversial Di Dalam Kelas? Boleh tapi ....

Image
Belakangan ini, ada banyak pembahasan mengenai kejadian 1965. Isu mengenai kejadian 1965 merupakan salah satu isu yang kontroversial. Stradling (1985) mendefinisikan isu yang kontroversial sebagai berikut :  "those issues on which our society is clearly divided and significant groups within society advocate conflicting explanations or solutions based on alternative values"  yang berarti :    "Isu-isu yang ketika dibahas di masyarakat jelas menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat jauh. Kelompok yang berbeda di masyarakat memiliki opini yang sangat bertentangan satu sama lain ataupun solusi didasari pada nilai yang sangat berbeda." Selain kejadian tahun 1965, ada banyak isu kontroversial lainnya, misalnya mengenai hukuman mati, dan sebagainya. Apakah sekolah perlu mengajak siswa belajar mengenai isu-isu yang kontroversial? Ada yang mengatakan perlu dan ada yang mengatakan tidak. Saya termasuk yang mendukung sekolah dalam mengajarkan siswa mengenai

Obrolan Dengan Mahasiswa Tentang Memilih Memimpin

Image
Sebagian teman seangkatan waktu kuliah S1 Ketika saya kuliah S1 di Teknik Mesin dulu, mahasiswa angkatan ada 120 orang. Dari keseratus dua puluh mahasiswa tersebut, jelas karakternya beragam. Ada yang rajin banget belajar. Pulang kuliah langsung ke perpustakaan, mereview materi kuliah lalu pulang. Ada yang sibuk berorganisasi sana-sini. Ada yang sibuk main dan malas kuliah. Selain itu, ada teman-teman mahasiswa yang juga mengalami kendala dalam faktor kesehatan, kesulitan ekonomi dan lain sebagainya. Dari 120 orang mahasiswa tersebut ada yang berhasil tamat kuliah dan ada juga yang tidak. Namun, saya ingat ada satu orang teman yang saya anggap berjasa banget, baik untuk saya pribadi maupun teman-teman seangkatan yang lain. Namanya Ryan Aditya. Dia ketua angkatan saya. Kenapa saya bilang Ryan cukup berjasa? Sebagai ketua angkatan, Ryan selalu berusaha memastikan bahwa teman-teman seangkatan selalu dalam keadaan yang baik. Dia mendaftar teman-teman mahasiswa yang kesulitan mengi

Kerja Sama Tim untuk Persiapan Workshop Matematika untuk Guru SD (IGI)

Image
Sejak lengser dari kepengurusan Ikatan Guru Indonesia (IGI) sejak Kongres IGI II, 10 - 11 Maret 2016 di Makassar, saya sudah lama sekali tidak ikut kegiatan IGI. Rasanya kangen juga. Jadi, waktu Ibu Yully mengontak saya April 2017 lalu, menawarkan untuk membuat workshop matematika untuk teman-teman IGI DKI, tentu saja saya sambut dengan baik. Workshop -nya dikhususkan untuk guru Sekolah Dasar (SD). Draft outline workshop  pun segera saya rancang dan kirimkan ke Ibu Yully. Draft   tersebut ditanggapi oleh Ibu Tia (IGI Jakarta Timur). Ibu Tialah yang mengurus peserta, tempat, dan berbagai hal teknis lainnya sehingga kegiatan bisa terlaksana pada Sabtu-Minggu, 9 - 10 September 2017.  Melalui tulisan kali ini, saya ingin menceritakan proses mendesain workshop  ini. Menurut saya, proses mendesain workshop ini sangat menyenangkan, karena saya dibantu oleh tim yang keren banget. Jadi, begini ceritanya.  Workshop diselenggarakan selama dua hari, dengan tujuan agar pese

Belajar tentang Pendidikan Guru di Tahun 1950-an dari Ibu Mertua

Lebaran ini, saya dan suami pulang ke kampung halaman suami di Biaro, Sumatera Barat untuk mengunjungi ibu mertua yang sudah 80-an tahun.  Ibu mertua dulu bekerja sebagai guru. Penasaran ingin tahu bagaimana beliau belajar menjadi guru, suatu malam, saya mewawancarainya. Hasil wawancara itu memungkinkan saya belajar sedikit tentang konteks pendidikan guru di tahun 50-an.  Begini cerita yang saya dapatkan. Pendidikan guru yang ibu mertua saya dapatkan adalah kursus guru bantu. Di zaman itu, di Sumatra  Tengah (sekarang Sumatera Barat, Riau, dan Jambi) kekurangan guru. Di sekolah, satu guru bisa memegang 3 kelas sekaligus. Kekurangan guru juga tampaknya terjadi di daerah lain di Indonesia. Jadi, ada beberapa program yang dijalankan pemerintah (waktu itu di bawah pimpinan Soekarno) yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah guru, diantaranya program-program pendidikan berikut:  Untuk mempersiapkan guru Sekolah Dasar / SD berupa SMP (3 tahun) + Kursus Guru Bantu / KGB (1 tahun)  

"Ngabuburit sambil Ngobrolin Pendidikan" (1): Sekilas tentang Kegiatan dan Fasilitator

Image
Ramadan tahun ini ada tiga kegiatan "Ngabuburit sambil Ngobrolin Pendidikan" di Studio Kopi Sang Akar. Semuanya diselenggarakan setiap Selasa, mulai 17.00 WIB - selesai.  Kegiatan ini diselenggarakan berkat kerja sama  Jaringan Pendidikan Alternatif  dan  Studio Kopi Sang Akar . Sebenarnya desain awal kegiatan ini, diskusi akan difasilitatori oleh anak-anak muda. Peserta diskusi antara 10 - 20 orang dan didominasi oleh anak muda sehingga suara mereka terdengar. Benar sih, ketiga fasilitator ini adalah anak muda. Seusia mahasiswa. Yang jelas, semua di bawah 30 tahun. Namun, peserta diskusi beragam. Ada yang muda dan yang "tidak bisa dikategorikan muda lagi". Yang terakhir ini juga tak bisa direm untuk tidak berbicara. Jadi, praktik memang tak berjalan sesuai desain awal. Setidaknya diskusi berlangsung santai tapi seru. Semua peserta duduk  lesehan melingkar. Fasilitator memancing obrolan. Misalnya, memberikan sedikit cerita ataupun memberikan gambaran tentang

Membaca "Soewardi Soeryaningrat di Pengasingan"

Image
"Soewardi Soeryaningrat di Pengasingan" karya Dra. Irna H. N. Soewito (Balai Pustaka, 1991) menggambarkan kehidupan Soewardi Soeryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) sebelum dan setelah diasingkan di Belanda. Buku tersebut memungkinkan saya mengenal sisi Ki Hadjar Dewantara yang tidak saya ketahui sebelumnya. Saya baru tahu bahwa Ki Hadjar Dewantara pernah bekerja sebagai ahli kimia, lalu pernah belajar menjadi apoteker dan bekerja di Apotek Rathkamp, Yogyakarta. Namun, selama di apotek, Ki Hadjar terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menulis untuk surat kabar De Express . Beliau juga pernah salah meramu obat, sehingga akhirnya dipecat. Setelahnya, Ki Hadjar Dewantara memutuskan untuk fokus menulis di surat kabar, hal yang membuatnya diasingkan ke Belanda. Tahun  1913, pemerintah Belanda merayakan kemerdekaan yang ke-100 (dari jajahan Prancis). Belanda sendiri masih menjajah Hindia Belanda (kini Indonesia). Penduduk Hindia Belanda dipungut biaya (secara paksa) sebagai pem

Pengalaman Mengikuti Google Educator Examination

Image
Saya beruntung dipertemukan dengan Pak Steven Sutantro. Beberapa tahun yang lalu, kami memang pernah berkenalan melalui forum pendidikan online (saya lupa apa). Kami juga pernah bertemu di temu darat IDCourserian (komunitas orang Indonesia yang mengambil kuliah online di Coursera.org). Setahun terakhir, Pak Steven ternyata bekerja di sekolah Sampoerna Academy. Sekolah ini berada di bawah yayasan yang sama dengan kampus tempat saya bekerja, Sampoerna University. Pak Steven adalah seorang google educator trainer. Kebetulan, saya punya kesempatan untuk mengikuti rangkaian training Google Educator yang diselenggarakan oleh kampus. Pak Steven menjadi fasilitator training ini. Sebenarnya rangkaian training itu adalah sebuah study group untuk persiapan mengikuti ujian Google Certified Educators. Setiap Selasa, sejak 14 Februari 2017 sampai 14 Maret 2017, kami para dosen dan beberapa asisten dosen (mahasiswa) belajar mengenai cara belajar, mengajar, dan me-manage kelas atau sekolah menggun