Posts

Showing posts from 2008

Lama tak berpuisi.. Hahahaha...

Orang lain mungkin tak mengerti pilihan kita Mengapa jalan ini yang kita pilih bukan yang lain Bagaimanapun orang lain bukan diri kita Tak mungkin memaksa mereka mengerti diri kita sepenuhnya Di mata orang lain Pilihan kita mungkin suatu kesalahan Melangar norma, melangar aturan, dan sangat berbeda Orang lain akan mengatakan betapa mengerikannya jalan yang kita pilih Hal-hal yang sebenarnya mungkin telah kita ketahui Hal-hal yang mungkin telah kita sadari Tapi bila kita yakin.. Langkahkan saja kaki sambil mengucap Bismillahir Rahmanir Rahim - Untuk diri sendiri dan sahabat-sahabat -

Pendidikan Seni

Iseng-iseng membuka kembali posting http://pendidikan-alternatif.blogspot.com/search?updated-max=2008-09-19T15%3A00%3A00%2B07%3A00&max-results=1 yang dibuat oleh seorang teman dipendidikan alternatif. Jadi pengen ngomongin betapa pentingnya pendidikan seni di sini. Saya dulu pernah mendampingi seorang anak yang bandelnya ampuun dhe... Kalau ngamuk bisa ngelempar gunting. Kalau marah ngedorong temennya. Kalau iseng nyemplungin diri ke got (sampai hitam semua). Weleh..weleh.. Tapi anak ini cerdas luar biasa. Untungnya anak ini terakses dengan komunitas Taboo. Sama saya, dia saya dampingi belajar matematika, tetapi dengan Om Rahmat Jabaril, anak ini didampingi untuk belajar seni dan teater. Dan yang dua terakhir ini yang paling penting dalam pembentukan karakternya. Dia jadi bisa mengeluarkan emosinya melalui seni. Gambar-gambarnya diwarnai dengan berani dan kereng (mentereng). Dia pun bangga sekali bisa bermain teater . Bandel? Masih lah yah.. Tapi emosinya lebih terkontrol. Konsentr

Kenapa saya suka sekali mengoreksi buku teks?

Pendidikan tentunya menyangkut banyak aspek. menurur saya pendidikan bisa berlangsung di 3 tempat utama. - Di sekolah (yang biasa di kenal dengan pendidikan formal) - Di rumah - Dan di lingkungan (masyarakat) Semuanya ini menurut saya saling mendukung. Sekolah tentunya memiliki keterbatasan. tidak semua anak beruntung bisa masuk ke sekolah yang bagus kualitasnya. Di rumah pun begitu. Banyak anak-anak yang tak punya keluarga, atau tidak punya keluarga ideal. Sama halnya dengan lingkungan. Oleh karena sebab itu, segala kegiatan yang mendukung proses belajar di sekolah, rumah, maupun lingkungan bisa saling melengkapi satu sama lain. Dan menurut saya, tidak ada salahnya meningkatkan kualitas ketiganya sesuai dengan kemampuan kita dan kecocokan kita masing-masing. Kebetulan saya memang cukup tertarik dengan pendidikan formal. Saya memang lama terlibat dengan pendidikan melalui mengajar Fisika, Matematika dan terkadang Bahasa Inggris, dan saya juga punya akses terhadap beberapa buku teks yan

BSE (Buku Sekolah Elektronik)1

Ini saya yang ngawur atau apa yah? November seharusnya bukan ditulis Nopember kan? Saya baru mendownload BSE (Matematik) untuk siswa SD kelas 1. Di halaman 55, ada pembahasan mengenai bulan (dan angkanya) Seperti ini: 1 Januari 2 Pebruari --> Harusnya Februari kan? 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 Nopember --> Harusnya November kan? 12 Desember Saya tahu dalam beberapa bahasa F bisa berubah menjadi P dan P bisa berubah menjadi F, tetapi bukankah dalam buku pelajaran sekolah yang disebarluaskan ke seluruh Indonesia seharusnya menggunakan bahasa yang baku? Sangat sederhana memang. Masalahnya saat hal sepertti ini diajarkan pada anak SD kelas 1 yang masih belajar sesuatu yang sangat mendasar (dan dia percaya), kesalahan berulang ketika dia nanti di kelas yang lebih tinggi.

Pasar Ciroyom

Beberapa hari yang lalu, seorang teman saya, Pak Gamesh mengajak saya untuk mengunjungi Pasar Ciroyom, untuk melihat kondisi belajar-mengajar di sana. Seorang teman saya, bernama Bunda seorang yang saya kenal sejak Ramadhan 2004, mengajar anak-anak yang tinggal di Pasar Ciroyom. Bunda, adalah seorang perempuan manis yang saya temui di wyata guna beberapa waktu yang lalu. Dia dulu sering mengajar anak-anak jalanan di dekat IP (Istana Plaza). Perempuan manis keibuan yang berani itu juga dulu sering membawa tali rafia untuk mengikat celana anak-anak jalanan (non-sanggar) agar tidak mudah dipeloroti. Kabarnya, beberapa anak-anak jalanan ini sering 'dipakai' untuk iseng oleh beberapa orang dewasa. Jadi, hari ini sebenarnya saya tidak sabar untuk bertemu Bunda kembali setelah berjumpa beberapa tahun yang lalu. Kebetulan, semalam ada seorang anak Psikologi Unpad yang menghubungiku karena berniat membantu kegiatan kerelawanan. Ternyata hari ini ada dua relawan baru dari Psikologi.

Live In (4)

KBA berikut yang saya kunjungi berada di dalam sebuah gang sempit yang agakk gelap, sehingga cahaya yang masuk pun sedikit. Ada sekitar 20 anak berdesak-desakan di dalam kelas itu, sedang menggambar. Saya hanya sebentar di KBA ini lalu daya pun berangkat ke KBA berikut, di kampung elektrro. Lucunya, ketika hendak berjalan ke KBA di kampung elektro, banyak anak sedang belari-lari keluar lorong-lorong sambil berteriak-teriak. Ketika saya sampai di KBA 'elektro', kelas sudah kosong, dan banyak asap putih di mana-mana. Dengar dari sang guru KBA, ternyata ada sebuah 'partai politik' yang mengadakan penyemprotan nyamuk tiba-tiba, tanpa pemberitahuan. Walaupun penyemprotannya belum sampai masuk ke dalam KBA, tapi karena jarak anatar rumah sangat dekat dan banyak celah,asap dari tetangga pun masuk ke dalam ruang kelas. Ruang kelas seketika menjadi gelap tertutupi oleh asap. "Yah namanya anak-anak, yah langsung ketaku7tan ruang kelas tuba-tiba jadi gelap, yah pada terikak-

TKW

Beberapa waktu yg lalu saya sempat nimbrung sewaktu teman saya menerangkan mengenai apa yg dimaksud dengan devisa pada seorang murid saya. "Devisa itu bisa dihasilkan dari barang, misalnya kalau kita mengekspor barang, kita mendatangkan keuntungan untuk negara, keuntungan itu berupa devisa." "Devisa juga bisa dihasilkan dari jasa. Misalnya para TKW bekerja di luar negeri dan kemudian mengirimkan uang buat keluarganya di Indonesia. Mereka juga menghasilkan devisa." Kurang lebih begitulah penjelasan sederhana temanku tentang devisa. "Kalau ada TKW yang ngak balik2x dan nga ada kabarnya dicarinya ke mana?" "Mungkin ke departemen tenaga kerja," kata temanku, "Memangnya kenapa?" "Engga, ibu saya udah lama jadi TKW, engga tau dimana, udah 2 tahun nga ada kabarnya." Kami semua yg berada di sana pun terdiam. Tidak bisa berkata2x. Tapi.. Hari ini kebetulan saya seangkot dgn muridku. Dan dia tersenyum,"Ibu," panggilnya padaku,

Live in (3)

Setelah mengikuti kegiatan belajar di KBA Kembangan lestari, Mbak Sinta bergegas mengantarkan saya ke 3 kampung lain u/ melihat kondisi KBA di kampung2x yg lain. Untuk mencapai kampung I yg saya kunjungi (lupa namanya), saya menyusuri sbuah lorong yg panjang, yg padat dgn rumah2x di sebelah kiri kanan dan sesungguhnya penuh kehidupan. Saya tidak tahu berapa jumlah anak berlari2xan dspanjang jalan, jajan. Bny skali orang melakukan berbagai kegiatan di lorong itu, mulai dr berjualan aneka jajanan, mencuci baju, menjemur makanan, dsb. Lorong di sana mengingatkan saya akan sebuah artikel yg saya baca di National Geographic tentang sebuah lorong di Dhafur. Mungkin saya sedikit aneh, tapi saya melihat, dibalik semua kesulitan yg ada di lorong yg saya lalui, saya merasakan keindahan, krn lorong itu tampak begitu hidup. Kalau saja pemerintah cukup pandai. Sebenarnya tempat yg penuh kehidupan dan manusia seperti itu bisa dibangun komunitasnya. Tidak perlu melakukan penggusuran, cukup penyediaan

Live In (2)

Pagi-paginya saya sudah bersiap untuk melihat kegiatan KBA di Kembangan Lestari. Awalnya jadwal seharusnya adalah olah raga di lapangan dan makan bersama. Tapi karena banyak yang terlambat, kegiatan olah raga ini dibatalkan. Tapi tetep seru kok. Anak-anak menyanyi-nyanyi sambil menari-nari bersama. Salah satu lagu yang kuingat adalah Nada : (Sol-Mi-Mi-Fa-Re-Re-Do-Re-i-Fa-Sol-Sol-Sol, Sol-Mi-Mi-Fa-Re-Re-Do-Mi-Sol-Sol-Do_ Kucing Cat Anjing Dog Kupu-kupu butterfly Burung bird Ikan Fish Gajah Elephant Ayam Chicken Tok Petok Bebek Duck Kwe-kwek-kwek Lapa.. Lupa.. Jerafah Girafe Lagu itu dinyanyikan dengan berbagai gaya dan gerakan loh. Pokoknya namanya juga anak TK, pada suak meyanyi. Setelah itu, ada kegiatan makan bersama. Anak-anak membawa bekal dan memakannya bersama di KBA. Bagi yag tidak membawa bekal, tetap kebagin mkanan. Para guru mengumpulkan sedikit makanan dari masing-masing kotak anak-anak (sehingga menjadi cukup banyak) untuk dibagikan ke anak-anak yang tidak membagi bekal. C

UN SD bikin repot (Hehehehehe)

Saya dan beberapa teman sedang sedang mengerjakan sebuah 'proyek kecil-kecilan', pengumpulan beasiswa untuk anak-anak yang 'pernah belajar bersama di sebuah komunitas'. Untuk itu kami membutuhkan beberapa info tentang 'calon sekolah' yang akan menjadi 'calon sekolah' anak-anak yang kami bantu. Maka kamipun membagi tugas untuk mendatangi 'calon sekolah' satu per satu untuk mencari tahu informasi mengenai biayapendaftaran, prasyarat, dan lainnya. Hari ini saya mengunjungi SMP 35. Salah seorang anak yang pernah belajar bersama saya tertarik untuk masuk sekolah itu. Di sangat cerdas, terbuka pemikirannya, dan tekun. Kebetulan SMP 35 terletak dekat dengan rumahnya. Di SMP 35 saya pergi ke sebuah laboratorium yang disulap menjadi ruang panitia penerimaan siswa baru. Saya menanyakan prosedur untuk mendaftarkan siswa ke sana. Tapi.. kasusnya agak khusus karena siswa ini lulusan SD setahun lalu. Karena kekurangan biaya, ia belum bisa masuk sekolah formal

Live In (1)

Beberapa waktu yang lalu, berkat support dari KAIL saya sempat live in, alias tinggal beberapa hari (saja) di daerah Jakarta Utara. Tujuan live in yang saya ikuti, pada dasarnya adalah mengamati KBA (Kelompok Belajar Anak) yang ada di daerah sana. Kebetulan daerah Jakarta Utara yangf saya datangi, merupakan 'katanya' daerah perkampungan Kumuh di Jakarta. Dan penduduk sana sering di cap sebagai 'Kaum Miskin Kota'. Dekat tempat saya tinggal, merupakan daerah yang sangat sering banjir karena pasang laut. Kebetulan sehari sebelum saya tiba, sempat banjir, karena ada tanggul bocor. Ada juga kampung yang rumahnya berdiri di atas tumpukan sampah. Selama 3 hari dua malam tersebut saya tinggal di Kampung Kembangan Lesatari. Setiba di kampung Kembangan Lestari saya dijemput oleh Ibu Sinta, seorang pengajar di KBA yang terdapat di Kembangan Lestari. Di tempat Ibu Sintalah saya menginap. Rumah Ibu Sinta terletak persis di sebelah sebuah lapangan bola. Saya rasa secara keseluruhan

Belajar Bahasa Inggris yu!! Eh tapi.....

Belum lama ini teman-teman CFBE membahas mengenai pengajaran Bahasa Inggris di SD-SD di Indonesia. Nah ternyata, kemarin saya menemukan suatu keanehan di dalam Buku Bahasa Inggris seorang murid kelas 4 SD. Buku ini berjudul “Joyful Learning English for Elementary School, Book 4”, diterbitkan oleh Penerbit Pelita Ilmu, Bandung Tampaknya yang membuat buku sama sekali tidak memahami Bahasa Inggris, dan ia membuat buku yang isinya tidak bermutu dan menyesatkan. Dari teks book yang seperti inilah murid-murid Indonesia belajar Bahasa Inggris. Jelas aja ke depannya bakal ngaco… Di dalam bab terkhir, terdapat suatu wacana, beginilah isi wacananya: This is my classroom. I study with my friends everyday. There are many things what we need to learn. A blackboard, a cupboard, a teacher table, and a teacher chair. That is a box and books on teacher table. The content of box are thirty piece of chalks and books are twenty. I have twenty four friends, thirteen girls and eleven boys. Each st