Posts

Showing posts from September, 2010

[KLIPING] What Teachers Make

The dinner guests were sitting around the table discussing life. One man, a CEO, decided to explain the problem with education. He argued, "What's a kid going to learn from someone who decided his best option in life was to become a teacher?" To stress his point he said to another guest; "You're a teacher, Bonnie. Be honest. What do you make?" Bonnie, who had a reputation for honesty and frankness replied, "You want to know what I make? (She paused for a second, then began...) "Well, I make kids work harder than they ever thought they could. I make a C+ feel like the Congressional Medal of Honor winner. I make kids sit through 40 minutes of class time when their parents can't make them sit for 5 without an I Pod, Game Cube or movie rental. You want to know what I make? (She paused again and looked at each and every person at the table) I make kids wonder. I make them question. I make them apologize and mean it. I make them have respect and tak

Guru Versus Kepala Sekolah

Seorang teman saya tadinya merupakan seorang guru Biologi di sebuah SMP di daerah Jakarta. Ia menceritakan beberapa metode yang dia gunakan untuk mengajar Biologi kepada saya. Beberapa metodenya sangat menarik. Misalnya, ia menempelkan berbagai jenis gambar makanan di sekeliling kelasnya mulai dari ketoprak, nasi goreng, dan sebagainya. Ia memberikan masing-masing siswanya pensil warna yang berbeda-beda. Lalu secara serentak ia meminta siswanya untuk menuliskan kandungan-kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut, misalnya mie mengandung karbohidrat dan sebagainya. Untuk melakukan assessment ia tinggal melihat warna pensil yang digunakan untuk menulis. Ia telah mencatat siapa-siapa saja yang menulis dengan pensil apa. Untuk menguji apakah siswanya paham mengenai fotosintesis, ia meminta siswanya untuk menerangkan proses fotosintesis melalui gambar dan mempresentasikannya. Ada berbagai jenis gambar. Selain itu ia banyak menggunakan games untuk mengajar. Sayangnya, kepala sekolahnya

MODUL 1.1 – BESARAN DAN SATUAN (1)- PENGENALAN BESARAN DAN SATUAN - FISIKA KELAS 7

MODUL 1.1 – BESARAN DAN SATUAN (1)- PENGENALAN BESARAN DAN SATUAN - FISIKA KELAS 7 Santi membeli satu botol air mineral di warung. Volumenya 1 liter. Dari kalimat di atas, ada istilah volume. Dalam fisika, volume termasuk salah satu contoh dari besaran. 1 menunjukkan nilai volume air tersebut. Sedangkan satuan air dalam kalimat di atas dinyatakan dalam nilai. Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, memiliki nilai yang biasa dinyatakan dengan angka, serta memiliki satuan. Pengukuran merupakan salah satu ilmu paling mendasar dalam ilmu pengetahuan alam. Ada berbagai jenis alat ukur termasuk yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat kita memasak di dapur, kadang kita memerlukan gelas ukur untuk menakar volume air, minyak ataupun terigu. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal berbagai jenis besaran, beserta satuan dan alat ukurnya. Mari kita baca kisah di bawah ini, dan lihat apakah kamu bisa mengidentifikasi besaran-besaran yang ad

Apakah Pembelajaran IPS di Sekolah Dimulai Dari Hal-hal yang dekat dengan Kehidupan Siswa?

Apakah Pembelajaran IPS di Sekolah Dimulai Dari Hal-hal yang dekat dengan Kehidupan Siswa? Oleh Dhitta Puti Sarasvati http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/15/apakah-pembelajaran-ips-di-sekolah-dimulai-dari-hal-hal-yang-dekat-dengan-kehidupan-siswa/ Lebaran ini, om saya berkunjung ke rumah. Ia bercerita bahwa ia kini aktif di di Komite Sekolah putrinya. “Rajin sekali,” kataku. “Mau bagaimana lagi,” katanya, “Bulliying di sekolah tersebut sangat parah. Yah saya pikir para orang tua harus ikut berperang mengurangi itu.” Saya merupakan alumni sekolah tersebut dan saya tahu betapa parahnya kasus bullying dan tawuran di sana. Sebagai seorang murid, saat itu, saya tidak tahu bahwa kasus-kasus tersebut sangat parah baru setelah saya lulus dan terutama mempelajari dunia pendidikan saya menyadari bahwa apa yang terjadi di sekolah saya dulu bukanlah hal yang wajar. Saat saya baru masuk SMU, seorang kakak kelas saya meninggal karena tertusuk saat ada tawuran. Kakak kelas saya merupakan siswa baik

Guru Bukan Robot

Guru Bukan Robot Oleh Dhitta Puti Sarasvati … Education inevitably creates friction regarding aims, priorities and control. We should not deplore this, but rather welcome this debate, because it confirms that some educators are thinking about their roles, not simply doing what they are told (Jeffs 2001 in Linda and Wolf (Eds.), p.36) Saat saya sedang membaca kalimat di atas, saya langsung teringat obrolan saya dengan beberapa guru sekolah negeri. Saat itu sedang ada acara mengenai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kementerian Pendidikan mengenai apakah RSBI telah dikomersialisasikan. Saat itu saya sudah mendengar bahwa banyak sekolah RSBI memungut biaya hingga puluhan juta rupiah. Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah negeri. Tadinya saya sempat hampir menyalahkan pihak sekolah karena melakukan pungutan-pungutan semacam ini tetapi ketika saya mendengar curahan hati seorang kepala sekolah bahwa ia mendapat paksaan dari pusat untuk memenuhi beberapa persyaratan agar sekol

di atas mobil yang berlalu lalang

Sebuah sms masuk, "ngemol yuk!" Saya sedang berjalan-jalan dengan keponakan saya yang cantik menemani ibunya mencari pakaian anak2x.. Sore itu tak banyak acara tentu saya iyakan. Saya merindukan mereka dan sedang pundung karena acara kumpul2x di bulan Ramadhan batal berulang kali.. Setiap tahun memang begitu. Ribut mengurusi acara bertemu karena maunya semua datang tapi tak pernah bisa. Kali ini hanya kami berempat, saya Indri, Dana dan Iqbal. Saya akan selalu ingat Ramadhan terindah saya bersama mereka. Rasanya kami saat itu ber-15 mungkin lebih. Kami baru memulai kehidupan baru setelah 3 tahun yang selalu bersama lalu dipisahkan oleh berbagai kota. Kami duduk dalam sebuah lingkaran. Setelah makan dan shalat magrib kami duduk dan bercerita tentang perkembangan kami masing-masing, hal-hal baru yang kami temui, dan doa serta harapan kami. Kami bergantian bercerita mengikuti urutan dalam lingkaran. Rasanya 4 jam lebih habis untuk berganti cerita dan doa. Bagi saya malam itu sep

Perempuan

Mengapa kau menatapku sambil menangis? Mengapa matamu memancarkan luka? Kau ingat dia, katamu Yang mampu menyelami isi hatimu

Restorative practices dalam lingkungan persekolahan: Pernahkah anda menggunakannya?

Restorative practices dalam lingkungan persekolahan: Pernahkah anda menggunakannya? Oleh Dhitta Puti Sarasvati “Plak,” suara keras berbunyi. Saya menoleh. Teman saya, seorang siswi sedang menampar seorang siswa. Saat itu sedang sore. Masih ada beberapa siswa-siswi masih ber-ekskul ria dan saya sedang berdiri memandangi kegiatan-kegiatan yang masih berlangsung di sekolah. Saya selalu mencintai suasana sore hari di sekolah saya. Ternyata tak lama kemudian, ntah bagaimana kejadiannya saya sudah berada di sebuah ruang besar bersama teman-teman seangkatan saya. Saya mulai paham apa yang terjadi. Telah terjadi sebuah kekerasan seksual di sekolah kami. Seorang siswa laki-laki ntah bagaimana masuk ke kamar mandi putri dan merekam teman saya dengan sebuah kamera. Hasilnya ditunjukkan ke beberapa siswa-siswa laki-laki lain. Bagi mereka saat itu mungkin lucu, tidak bagi kami siswi. Di sebuah ruang besar, mungkin ada lebih dari 50-an siswa-siswi berkumpul. Kami saling mengungkapkan pendapat. Men

Jawab

Dia menjawabku dalam detik-detik kepasrahan Saat tak ada yang jelas Dan dunia seakan runtuh Hingga tenang datang Dia menjawab dalam usaha yang masih belum utuh tapi penuh tanya di waktu paling tepat bagi diri Dalam degup jantung yang terus berkibar Berharap penuh dia menjawab takut yang telah membatu Menjadi damai

Berbagai bahasan mengenai pendidikan karakter: mencari akar kebingungan

Sudah hampir dua bulan saya berkutat dengan pembelajaran mengenai diskusi karakter. Awalnya karena saya diminta mengkritisi kebijakan pendidikan untuk tahun 2011 yang menyatakan salah satu program terbaru pemerintah adalah mengenai pendidikan karakter. Terus terang, meskipun saya mengerti bahwa yang membedakan pendidikan (education) dengan pengajaran (training) adalah bahwa dalam pendidikan ada yang disebut penanaman value, tetapi sungguh pendidikan karakter yang diusung oleh pemerintah membuat saya bingung. Bagi saya pibadi, meaningless. Kenapa? Saya belum bisa menjawab. Saya tidak menampik pentingnya pendidikan karakter, tapi masih ada yang belum sreg dalam hati saya mengenai pendidikan karakter yang diusung pemerintah. Sampai sekarang saya mesih belum bisa mendefinisikan dengan jelas kebingungan saya. Saya terus mencari. Saya bolak-balik berdiskusi dengan para guru, praktisi, pengamat, teman-teman aktivis pendidikan dan lain-lain. Tulisan saya dibawah tidak bertujuan untuk menarik k

dunia

Dunia yang satu adalah langkah-langkah ditemani musik klasik, jazz, ataupun hip hop Tak sempurna tapi obat jiwa Rutinitas yang dinanti-nanti Dan persiapan menjelang akhir tahun Meski rindu, masih bisa ditahan Karena dimana ada nada mengalun, akupun tak tahan untuk diam Masih bebas aku bergerak dalam spontan Dunia yang kedua Adalah kelompok bernyanyi bersiap untuk panggung-pangung sederhana sulit dan duka akan selalu terlupa Saat pita-pita suara bergetar bersama-sama Meski rindu, masih bisa ditahan Karena di mana ada kesempatan Masih bisa aku bernada dalam spontan Dunia ketiga adalah inspirasi Rutinitas yang memaksa untuk meningkatkan kapasitas diri Hati yang harus dijaga Dan pikrian yang harus selalu diolah Dan jiwa yang harus selalu diperkaya Dunia ketiga adalah panggilan terdalam Dengan rindu yang tak bisa ditahan-tahan Tanpanya kata-kata menjadi kering Hari-hari tampak kehilangan makna Pangilan diri Hari ini

pav65

Masuk ke sana Hanya ingin bersantai Bernyanyi diiringi petikan gitar Atau denting-denting piano Tertawa Dan tidur semalam Suntuk Meski terkadang malah terbangun hingga langit jingga Masuk ke sana Kata-kata bisa mengalir menjadi apa saja Dari madu yang manis berubah menjadi susu bergizi lalu berubah menjadi teh yang menyenangkan atau air putih yang menghilangkan racun-racun pikiran Masuk ke sana kami boleh bernyanyi Atau beradu argumentasi Atau saling menimpali Disisipi cekakak cekikik Di sana menyenangkan selalu menyenangkan dari dulu Hingga sekarang

My Favorite Place

"Put aku kaget baca tulisan-tulisanmu. Sejak kapan mikirin kebijakan? Aku pikir kamu lebih tertarik di membangun budaya [belajar]." Saya tertawa.. Rasanya baru kemarin saya selalu di tempat itu setiap Selasa sore Anak-anak bimbingan saya akan mencari saya hampir setiap hari Memeluk kaki saya sambil berteriak merayu saya untuk menemani mereka bermain. Saat saya shalat terawih di masjid tak jauh dari sana Anak-anak saya biasanya sangat berisik dan akan berteriak, "Kak Puti" Rasanya ramadhan selalu istimewa dengan senyum mereka. Haha pertanyaannya mengingatkan saya akan keajaiban waktu "Di sana, saat S2, pemikiran kamu diaduk-aduk yah sehingga akhirnya memutuskan untuk turut memikirkan kebijakan? Sejak kapan kamu tertarik?" Saya tertawa.. "Bukan," kataku. Saat saya sekolah lagi, saya memang punya waktu banyak untuk berefleksi. Tapi apa yang saya pilih sekarang merupakan hasil dari proses panjang perjalanan hidup saya. Belakangan ini saya membaca ses

Hadiah

http://alissawahid.wordpress.com/2010/04/18/undangan/ -------- Undangan (terilhami oleh pemimpi Gunung Oriah tetua kaum Amerika Asli, Mei 1994) Aku tak tertarik apa mata pencaharianmu Aku ingin tahu apa yang kaudambakan dan apakah kau berani memimpikan bertemu dengan pujaan hatimu…… Aku tak tertarik berapa usiamu Aku ingin tahu apakah kau mau mengambil resiko terlihat bodoh demi cinta, demi cita-cita, demi petualangan hidup sepenuhnya Aku tak tertarik planet apa yang menempati bulanmu Aku ingin tahu apakah kau telah menyentuh pusat dukamu sendiri, apakah kau telah dibukakan oleh pengkhianatan hidup atau telah layu dan tertutup karena takut disakiti lagi ! Aku ingin tahu apakah kau bisa duduk bersama rasa sakit; sakitku, atau sakitmu, tanpa mencoba menyembunyikannya, atau memudarkannya atau memperbaikinya.. Aku ingin tahu apakah kau bisa berada bersama sukacita; sukaku, atau sukamu … apakah kau bisa menari dengan alam liar dan membiarkan keriangan mengisimu hingga ujung jemari kaki dan