Posts

Showing posts from November, 2010

Dialogue in The Classroom

Saya sangat ingin murid-murid saya bisa aktif di dalam kelas. Awalnya saya pernah mencoba memberikan artikel untuk dibahas. Belum berhasil. Melemparkan topik diskusi dan meminta siswa mengungkapkan ' I agree that... ', dan ' I disagree that... '. Masih gagal. Akhirnya saya mendapatkan tips dari Pak Bagiono, seorang guru senior sekaligus pembina saya di Ikatan Guru Indonesia (IGI). Kata Pak Bagiono, "Saya bisa berkomunikasi dengan bahasa Jerman, awalnya dengan enghafalkan sekitar 10 kalimat percakapan. Nanti kata-katanya tinggal diganti sedikit saja." Pak Bagiono mengusulkan saya mencari contoh dialog yang sederhana dan kemudian dialog tersebut dibaca bersama-sama di dalam kelas. Siswa diminta menghafal dialognya, lalu maju. Metode tersebut saya modifikasi, setelah membaca dialog bersama-sama, saya ajak murid saya membuat dialog baru, mereka saya pasangkan berdua-dua dan masing-masing pasangan harus membuat dialog sendiri, dan boleh dimodifikasi. Setelah itu,

ICT dan Pendidikan

Tentu saja saya tak menafikkan pentingnya teknologi tetapi beberapa gerakan pendidikan yang seakan-akan mendewakan ICT membuat saya khawatir. Tentu saja saya ingin guru bisa melek komputer, internet, dan teknologi. Saya pun senang bisa berkomunikasi dengan guru-guru di seluruh Indonesia setiap harinya baik via chatting , facebook, mailing list, bloging maupun citizen journalism. Tentunya ini karena adanya teknologi. Saya juga paling senang mendownload berbagai teacher resources, baik berupa lesson plan, teaching tips, video pembelajaran, dan sebagainya. Tetapi saya mulai khawatir ketika sebuah seminar yang saya datangi, mc-nya bilang begini, "sekarang dengan adanya software pembelajaran ini, ibu bapak guru tidak perlu berbicara panjang lebar, semuanya ada di dalam tinggal menggunakan software ini." Saya pernah melihat presentasi mengenai melakukan percobaan untuk mengukur frekuensi dan periode sebuah bandul. Untuk melakukan ini digunakan sebuah software. Bandulnya? Virtual.

Kartu idul fitri dan ibu

(Almarhum) ibu saya selalu menyimpan semua karya anak-anaknya, tak terkecuali gambar yang hanya berupa corat-coret yang kubuat ketika usiaku masih sangat muda. Di rumah, ada file yang berisi karya saya lengkap semenjak usia saya 1 tahun hingga saya sekitar SMP. Setiap tahun, gambar saya dan adik saya (yang hanya beda 1 tahun dari saya) akan dipilih untuk ditempelkan di sebuah kertas. Di sisa kertas, ibuku akan menulis, "Selamat Idul Fitri, dan nama seluruh keluargaku). Kertas tersebut akan difotokopi, dan dikirimkan sebagai kartu idul fitri kepada semua keluarga dan teman-teman yang tinggal berjauhan. Pada tahun 80-an keluarga saya pernah ditolong oleh seseorang. Ibuku tak lupa mengirimkan 'kartu lebaran khas' tersebut ke orang tersebut, tentunya sebagai sarana menjalin silaturahmi dengannya. Sore ini, di meja saya temukan fotokopi kartu idul fitri tersebut lengkap dengan fotokopi amplop, tempat kartu tersebut dimasukkan sebelum dikirimkan. Ada gambar saya dan tanda tanga

Menggunakan igoogle

Belum lama ini, dua orang teman saya menyeletuk, "Puti nih kok selalu nemu sih berita pendidikan [yang gak umum maksudnya]. Dapat dari mana sih?" Heheh saya senyum-senyum sendiri. Kesannya sih saya rajin men- searching berita. Padahal sih, enggak sama sekali. Sebenarnya, sayadibantu oleh sebuah mesin. Yang mencari berita adalah teknologi. Saya hanya menikmati hasilnya. Tetapi saya memang cukup cepat mengupdate berita pendidikan dari berbagai media online. Karena itulah dalam sehari saya bisa memposting sekitar 5 - 10 berita pendidikan ke mailing list yang berkaitan dengan pendidikan. Bagaimana caranya? Itu berawal dari ketika saya pertama menggunakan feature igoogle yang bisa dibuka di website http://www.google.co.id/ig Dengan menggunakan feature igoogle saya bisa membuat semacam homepage sendiri. Sekali buka site tersebut saya bisa memampang email (google), chatting, facebook, sekalian. Bukan hanya itu saya bisa menambah feature lain sesuka hati saya. Di sebelah kanan atas

To Sir With Love (Lyric)

Those schoolgirl days, of telling tales and biting nails are gone, But in my mind, I know they will still live on and on, But how do you thank someone, who has taken you from crayons to perfume? It isn't easy, but I'll try, If you wanted the sky I would write across the sky in letters, That would soar a thousand feet high, To Sir, with Love The time has come, For closing books and long last looks must end, And as I leave, I know that I am leaving my best friend, A friend who taught me right from wrong, And weak from strong, That's a lot to learn, What, what can I give you in return? If you wanted the moon I would try to make a start, But I, would rather you let me give my heart, To Sir, with Love

Kisah Mengenai Buku Non-Mainstream

Belum lama ini saya bertemu seseorang yang sempat bekerja di konsulat Jepang. Dia bercerita mengenai pekerjaannya saat itu. Dia diminta untuk berkeliling pasar-pasar di Jawa untuk membeli buku-buku non stream yang dijual di pasar. Buku-buku murah meriah dari yang berharga Rp500,- sampai Rp.5000,-. Buku-buku ini diterbitkan oleh penerbit-penerbit kecil yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan tidak dijual di toko-toko buku pada umumnya. Membelinya memang harus ke pasar. Pekerjaannya adalah naik turun dari bus, keluar masuk pasar, mendatangi pasar loak dan pasar malam dan memborong semua buku-buku ini. Setelah itu, ia akan mendatangi penulis buku (dan penerbit buku) dan mewawancara mereka satu-satu (semacam penelitian). Menurutnya, ternyata di pasar, yang dijual bukan hanya barang tetapi juga pengetahuan. Ada berbagai jenis buku, mulai dari buku-buku mengenai agama, buku-buku humor, dan beberapa buku lainnya. Beberapa buku malah cukup berat sebenarnya. Ia menemukan karya-karya sast

Sweet Wedding

I went to my friend's wedding today. She is a classroom teacher. She also coaches a vocal group in a high school. Her students sang to her in her wedding. I think that is so sweet. They had these sparkle in their eyes when they sang. I could feel that they dedicated the song to my friend, as their teacher. I felt I wanted to burst in tears feeling touched.

Mengajar bahasa Inggris

Hari ini pertemuan ke-4 saya mengajar bahasa Inggris di sebuah akademi Farmasi. Saya mengajar mahasiswa tingkat 2. Tujuannya adalah agar mahasiswa-mahasiswa ini dapat berbicara dalam bahasa Inggris dan memiliki vocabulary yang memadai menyangkut bidangnya (terkait kesehatan, obat-obatan, bagian tubuh, dan sebagainya). Terus terang, mengajar bahasa Inggris cukup menantang bagi saya. Hal ini disebabkan karena saya sudah bilingual sejak usia yang sangat muda. Saya tidak pernah merasa belajar bahasa dari nol. (Kecuali sedikit bahasa Sunda secara informal). Saya tidak tahu rasanya belajar berbahasa dari dasar? Sejak saya kecil saya sudah terbiasa berbicara dengan kedua bahasa (Indonesia dan Inggris) sekaligus. Saya merasa memiliki kemampuan untuk mengajar fisika atau matematika bukan hanya karena saya memang memelajari kedua bidang tersebut dengan serius, tetapi karena saya juga masih ingat kesulitan-kesulitan saya saat belajar kedua bidang ini. Saya juga bisa membayangkan, apa yang membua

Unaceptable? Who? You?

Ouch it hurts. She is bold but kind hearted and sincere. She might be bold and outspoken. But why? Tell me why can't you accept a sincere loving heart? Ouch it hurts For you to use her name In respect, as you say For whom? For you? Is it really for her? Don't you understand She is someone who understands us dearly Who loves us for who we are We might not be Javanese like her But she never asks us to be like here, either Not a single bit She never forces her will Even the one she believes most true Why do you? In her name? Why do you? Stop this game of lipstick imaging There are places where politics should not be played Not here.. Especially not here you know? Stop this silly game of yours I am sick of it So sick of it I feel anxious Just stop it! Your act is totally not acceptable Not hers Not them Unaceptable it is