Posts

Showing posts from August, 2013

ADA APA DI RUMAH MENTARI? - Kelas Bahasa Inggris 2, Kamis 29 Agustus 2013

Image
Setelah libur lebaran, akhirnya kegiatan belajar bahasa Inggris di sekolah rumah mentari mulai lagi. Memang lama liburnya tapi tidak apa-apa. Yang penting terus semangat untuk belajar terus. Untuk pemanasan, anak-anak diminta untuk mencocokkan beberapa kata-kata berbahasa Inggris dengan padanannya dalam bahasa Indonesia. "Tebak saja dulu mana pasangannya!" Berikut kata-kata bahasa Inggrisnya : - suburb of the city - dusty - fetches water - tap water - lush - auto-rickshaw - noisy Dan berikut kata-kata bahasa Indonesianya : - air ledeng - berdebu - becak motor - mengambil air - subur - pinggiran kota - berisik "Yang 'air' pasti ada kata ' water'-nya," kata seorang anak lalu mulai menyadari sesuatu, "yah ada dua yang ada kata water -nya." Kami membahas arti kata-kata tersebut. Ternyata sebagian anak menjawab dengan tepat. "suburb of the city  = pinggiran kota, " kata mereka. "Kok tahu?" tanya saya

Reformasi Makanan di Sekolah-sekolah di Roma

Image
Ketika makanan yang disediakan atau dijual di dalam sekolah atau di sekitar sekolah tidak layak untuk anak anda, apa yang anda lakukan? Membiarkannya? Menyediakan bekal makanan sehat dari rumah? Atau melakukan protes ke pihak-pihak yang berwenang seperti sekolah atau dinas pendidikan setempat? Yang terakhir inilah yang dilakukan oleh banyak orang tua di Roma sehingga akhirnya terjadi reformasi makanan di sekolah-sekolah di Roma. Dari dulu, sekolah-sekolah di Roma memang menyediakan makan siang bagi siswa-siswanya. Makan siang ini dibiayai oleh pemerintah kota Roma. Sejumlah 150.000 makan siang harus disediakan untuk siswa-siswa di Roma setiap harinya. Memang di Roma ada budaya khusus. Ketika jam makan siang tiba, setiap siswa dan guru harus duduk bersama-sama di meja untuk makan bersama. Hal ini membantu mendekatkan hubungan antara guru dan siswa karena mereka bisa mengobrol santai sambil menikmati hidangan. Bahkan, guru dianggap tidak sopan ketika tidak mau duduk bersama s

Test Keperawanan: Sebuah Pemikiran Instan untuk Menanggulangi Seks Bebas

Test Keperawanan: Sebuah Pemikiran  Instan untuk Menanggulangi Seks Bebas Oleh : Dhitta Puti Sarasvati (Tulisan ini pernah dimuat di majalah Potret Edisi 38 tahun 2010 dan telah direvisi pada 20 Agustus 2013) Saat saya pertama kali mendengar usulan DPRD Jambi mengenai perludiadakannya test keperawanan untuk siswi, saya benar-benar merasakaget. "Ide gila," pikir saya. Absurd! "Bagaimana caranya?" tanya saya dalam hati. Apakah siswi-siswi lulusanSD yang masih berusia sekitar 12 tahun harus diperiksa vaginanya satu per satu? Kalau iya, betapa memalukan dan menyakitkannya hal ini bagi perempuan! Setiap manusia memiliki hak atas tubuhnya, tak terkecuali perempuan. Seorang perempuan berhak menolak untuk menunjukkan vaginanya kepada orang lain, tak terkecuali seorang dokter.  Sungguh tidak adil apabila sebuah kebijakan memaksakan seorang perempuan untuk membuka kemaluannya untuk diperiksa demi alasan, "test keperawanan". Yang membuat hati saya l