Posts

Showing posts from 2016

Tentang "Koran Anak Merdeka"

Ketika saya SD, bapak saya membawa pulang sebuah koran. Namanya, "Koran Anak Merdeka". Isinya tulisan dan gambar anak-anak tentang kehidupan mereka. Sebelumnya, saya sudah pernah mengirim tulisan ke rubrik  "Imajinasiku" di majalah Bobo dan dimuat. Namun, karena bapak mengenalkan sebuah media yang baru, maka saya jadi punya 'mainan baru'. Saya mulai menulis untuk "Koran Anak Merdeka". Tulisan apapun yang saya kirim ke sana pasti dimuat.  Cukup lama saya tidak mengingat tentang Koran Anak Merdeka sampai akhirnya saya mengobrol dengan Om Yayak Yatmaka, seorang pelukis dari Yogyakarta. Saya bertemu Om Yayak kembali setelah usia saya telah lewat 30 tahun.  Kami bertemu di sebuah toko buku di Bandung.  Karena Om Yayak tahu saya bergerak di bidang pendidikan, beliau mengajak saya mengobrol tentang pendidikan. Salah satu topik obrolan kami yakni tentang pendidikan Anak Merdeka.  Salah satu prinsip pendidikan Anak Merdeka adalah bahwa a

Ketika Siswa Memperoleh Sebuah Nilai 'Nol' di Rapor, Apa Kemungkinan Penyebabnya?

Image
Sumber : http://quotesgram.com/quotes-on-assessment-for-learning/ Ceritanya ada seorang siswa. Ketika menerima rapor, alangkah kagetnya siswa ini. Salah satu nilai di rapornya nol. Benar-benar nol! Siswa memang pernah tidak masuk apda pelajaran tersebut, tapi hanya beberapa kali. Tidak sampai sepanjang semester. Itu pun karena sang siswa sakit (dibuktikan dengan surat dokter). Kira-kira apa yang menyebabkan siswa memperoleh nilai 'nol' tersebut? Setiap semester, ada berbagai tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran ini, biasanya diturunkan dari tujuan pendidikan menurut UNESCO, tujuan pendidikan nasional, sampai akhirnya diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang ada di dalam kurikulum nasional. Ketika merancang kegiatan belajar-mengajar, guru perlu memikirkan bagaimana tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai dan bagaimana cara mengukurnya.Kumpulan hasil pengukuran ketercapaian berbagai tujuan-tujuan pendidikan

Pak Daoed Joesoef di Mata Saya

Image
Pak Daoed Joesoef di Mata Saya Oleh: Dhitta Puti Sarasvati Senin, 8 Agustus 2016, Pak Daoed Joesoed berulang tahun yang ke-90. Meskipun usianya tak lagi muda, beliau masih aktif menulis berbagai artikel, makalah, buku, dan mengerjakan berbagai kerja intelektual lainnya.  Beliau pernah bercerita pada saya, bahwa setiap hari beliau punya waktu-waktu tertentu yang tidak bisa diganggu gugat, kecuali kalau benar-benar penting. Waktu tersebut adalah waktu untuk membaca dan menulis. Hal ini beliau lakukan setiap hari. Sungguh, saya ingin memiliki kedisiplinan seperti itu. Terkait salah satu buku Pak Daoed Joesoef, saya punya cerita. Seorang murid saya yang sempat bercerita bahwa orang tuanya tidak berpendidikan tinggi. Namun, di mata saya murid saya itu sangat cerdas, pemikirannya sistematis, dan karakternya baik. Saya ceritakan padanya mengenai buku  Emak , salah satu karya Pak Daoed Joesoef yang paling saya suka. Di sana Pak Daoed Joesoef bercerita tentang Emaknya yang bu

Menonton "Lewat Djam Malam"

Image
Semalam, saya nonton "Lewat Djam Malam" di Kineforum . Film idi ditulis oleh Asrul Sani dan disutradarai oleh Usmar Ismail pada tahun 1954. Tahun 2011-2012, film ini direstorasi kembali. Meskipun filmnya hitam-putih, film ini indah banget Cuplikannya bisa di lihat di sini : https://www.youtube.com/watch?v=xbol0aGnfJE . Film ini menceritakan tentang Iskandar, mantan tentara, yang galau ketika harus kembali ke masyarakat setelah masa revolusi usai. Beliau senantiasa bertanya-tanya, "benarkah apa yang ia lakukan selama revolusi?" "Apakah orang-orang yang dia bunuh, karena disangka mata-mata Belanda benarlah orang-orang yang bersalah?" Dalam kepalanya, selalu terngiang-ngiang, teriakan seorang ibu. Ibu tersebut rakyat biasa, membawa anak-anak. Dia membunuhnya, atas perintah atasannya, Gunawan. Gunawanlah yang memerintahkannya untuk membunuh mereka. Setelah revolusi, Gunawan hidup tenang, punya perusahaan, dan hidup dari rampasan harta yang

Menonton Kompilasi Film "Kembang 6 Rupa"

Image
"Kembang 6 Rupa" adalah film kolaborasi dokumenter yang mengajak 6 pembuat film untuk berkolaborasi dengan 6 remaja perempuan di 6 komunitas mengenai isu yang dianggap penting dan genting oleh remaja-remaja di lingkungan masing-masing.  Kembang 6 Rupa bercerita tentang tantangan-tantangan yang dihadapi anak-anak perempuan di masa transisi, merekam tentang hak dan kewajiban baru yang menunggu mereka di depan mata. ( http://www.kampunghalaman.org/berita?id=939 )  Semalam, saya pergi ke Kineforum, Taman Ismail Marzuki (TIM)  untuk menonton kompilasi film "Kembang 6 Rupa ". Film tersebut   diproduksi oleh Yayasan Kampung Halaman, yakni  sebuah yayasan yang bertujuan untuk  ' memfasilitasi remaja dan anak muda berusia 13-25, dengan keterampilan, kreativitas dan penguasaan media (video,musik,teks,foto) untuk memunculkan suara dansikap tentang isu-isu yang mereka dan komunitasnya anggap penting' ( http://www.kampunghalaman.org/about ). "Kembang 6 Rupa&q

(Sempat) Malu

Image
Source: http://studiodiy.com/2015/12/08/diy-emoji-gift-wrap/?crlt.pid=camp.dqP9kEFfOxaU Pada suatu kesempatan saya duduk sebangku dengan dua orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Kami sama-sama menunggu sesuatu. Daripada bosan diam-diaman, akhirnya, kami saling berkenalan. Di sebelah saya duduk seorang perempuan yang masih terlihat imut-imut. Ternyata dia adalah seorang siswa kelas XI SMA. Dari hasil obrolan kami, saya mengetahui bahwa dia bercita-cita bisa melanjutkan studi di bidang Bioteknologi. Di sebelah perempuan tersebut ada seorang laki-laki. Dia adalah seorang fresh graduate  Teknik Sipil dari sebuah Universitas swasta di Bandung. Beliau bercerita bahwa beliau ingin melanjutkan studi di Belanda, fokus di bidang yang sama. Mereka sempat menanyakan apa kesibukan saya. Kata laki-laki fresh graduate, " Apakah masih mahasiswa atau sudah bekerja?" Dengan bangganya saya menyatakan bahwa saya mengajar calon guru di perguruan tinggi.. Perempuan yang masih SMA b

Bukan Guru Sekolah, Tapi Engkau Tetap Guruku

Beberapa hari yang lalu, seorang teman, Mimit namanya, mengirimkan saya pesan. Katanya, Bang Adrian sakit gagal ginjal dan dirawat di Rumah Sakit. Saat mendengar kabarnya, saya tidak langsung menanggapi karena masih sibuk dengan berbagai urusan Idul Fitri. Ternyata, tadi (atau kemarin yah?), saya mendengar kabar bahwa beliau meninggal dunia. Rasanya seperti tak percaya. Tapi benar, beliau telah berpulang. Bagi yang belum tahu, Bang Adrian adalah guru saya di Bimbingan Tes Alumni (BTA) 70. Beliau juga merupakan pembina salah satu ekskul yang saya ikuti, yakni Seksi Karya Ilmiah Remaja (SKIR). Saya tidak pernah menyangka saya akan merasa sangat kehilangan sosok beliau. Beliau bukan guru sekolah. Beliau adalah guru sebuah bimbingan tes. Bimbingan Tes adalah sebuah lembaga yang senantiasa dikritisi oleh berbagai praktisi dan pengamat pendidikan baik karena sifatnya yang komersial maupun karena orientasinya sekadar mempersiapkan siswa untuk tes. Meskipun saya ad

WikiEdu Indonesia akan Launching!

Image
Sabtu ini, saya bersama sejumlah teman-teman akan launching sebuah portal online baru. Namanya WikiEdu Indonesia. Sampai saat ini, sudah nyaris 100 orang mendaftar untuk mengikuti launching WikiEdu Indonesia. Perasaan saya? Degdegan juga. Rasanya tidak percaya bahwa kami akan segera launching.    Fiuh... WikiEdu Indonesia adalah sebuah portal media informasi online mengenai istilah-istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah dimengeti. Siapa yang mengisi portal tersebut? Yah keroyokan, layaknya sebuah Wiki. Diisi bersama untuk bersama. (FB Group-nya :  https://www.facebook.com/WikiEdu-Indonesia-221715288218893/?pnref=story ) Bagaimana sih munculnya gagasan WikiEdu Indonesia. Saya kasih tahu yah. Idenya datang dari seorang Ibu-ibu. Sebut saja namanya Ibu Provokator. Si Ibu Provokator tiba mengirimkan WA pada sejumlah pegiat pendidikan mengenai idenya membuat sebuah Wiki.  Siapa tahu ada yang mau bantu mewjudkannya.  Saya pikir ide Si Ibu Provokat

Pesan di Akhir Semester

Image
Tadi siang, saya menutup kelas Calculus for Business & Social Science s untuk semester ini dengan beberapa pesan. Salah satunya, konten yang dipelajari semester ini bisa saja diaplikasikan di kemudian hari namun bisa juga tidak. Selalu begitu bukan? Apa yang kita pelajari tidak selalu ada aplikasi praktisnya? Saya juga mengapresiasi usaha mahasiswa untuk belajar semester ini. Mereka telah belajar banyak hal baru, bahkan yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Itu salah satu hal penting. Mereka punya kapasitas untuk belajar.  Belajar matematika, seperti halnya belajar hal-hal lain, bisa meyadarkan kita bahwa selalu ada kemungkinan kita bisa melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Saya mencontohkan orang yang pernah ikut paduan suara. Ia akan menyadari meskipun suaranya tidak bagus-bagus amat awalnya, namun dengan terus latihan, suaranya akan lebih bulat. Orang yang belajar berolahraga, misalnya, tadinya tidak lentur atau tidak bisa melakukan geraka

(Menonton) We Bought Zoo

Image
Beberapa minggu lalu, saya menonton film ini. Judulnya "We Bought Zoo". Tentang seorang bapak (diperankan oleh Matt Damon), yang sedih karena istrinya meninggal. Ketika sedang mencari rumah baru, untuk memulai kehidupan baru, beliau jatuh hati pada sebuah rumah yang ternyata ada di zona kebun binatang. Kebun binatang itu terlantar karena kekurangan funding. Beliau akhirnya membeli kebun binatang tersebut, meskipun tidak punya pengalaman apapun tentang mengurus kebun binatang.  Film ini mengkisahkan berbagai konflik batin yang dialami oleh bapak, keluarganya, dan pekerja kebun binatang (salah satunya diperankan oleh Scarlett Johanson) khususnya setelah si bapak membeli kebun binatang tersebut. Saat menonton film ini, yang terpikir, wah pasti mahal sekali yah untuk membeli (dan mengurus kebun binatang).Orang kebanyakan tidak mampu (secara finansial) dan mau melakukan itu. Namun, secara kesuluruhan saya menganggap filmnya manis dan layak ditonton. Oh iya, kisah film in

Belajar dari Rekan Sejawat, Belajar dari (Mantan) Mahasiswa

Image
Mengajar di Fakultas Pendidikan, berarti mengajar calon-calon guru. Ketika mereka, sebagian besar dari mahasiswa saya bekerja sebagai guru.  Kampus tempat saya mengajar baru meluluskan tiga angkatan. Maklum, memang kampus baru. Dan, hampir semua bergelut di bidang pendidikan, entah sebagai pengajar di kelas, fasilitator di lembaga pelatihan, staf di perguruan tingggi, pelatih di industri dan banyak lagi. Setiap kali saya bertemu mereka, saya luar biasa kagum. Apalagi, ketika saya melihat mereka tumbuh menjadi pendidik yang bukan hanya terampil, tetapi juga berdedikasi. Di bawah ini adalah kisah mengenai apa yang saya pelajari dari (mantan) mahasiswa saya, khususnya setelah mereka menjadi rekan sejawat, sesama 'guru'. Belajar dari Memaksimalkan Aplikasi Desmos dari (mantan) Mahasiswa Dulu, ketika di kampus, mahasiswa saya belajar memanfaatkan  Geogebra  untuk mengajar Geometri. Namun, sekarang kalau saa mengajar topik-topik matematika yang berhubungan dengan Geometri, s

"Guiding Questions untuk Filosofi Mengajar (Pribadi)

Kemarin saya bercerita bahwa saya mau mulai belajar membuat "digital teaching portfolio". Saya sudah mulai menyiapkan blog untuk itu ( http://mahkotalimateachingportfolio.blogspot.co.id /)  tapi belum banyak diisi. Salah satu sub bagian dalam "digital teaching portfolio" yang mau saya buat adalah mengenai "filosofi mengajar pribadi" atau dikenal dengan "(personal) teaching philosophy". Ketika mau menulis mengenai "filosofi mengajar pribadi" saya bingung, mulainya dari mana. Jadi saya coba googing mengenai pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjadi panduan (guiding questions) ketika menuliskan filosofi mengajar pribadi. Guiding questions tersebut saya dapatkan dari website ini : http://www.facultyfocus.com/…/six-questions-will-bring-tea…/   Siapa tahu ada yang mau belajar juga. :) 

Ingin mulai belajar bikin portfolio (lagi)

Di kongres IGI yang lalu, saya sempat ngobrol dengan seorang teman mengenai portofolio guru. Menurut saya, membuat portofolio sebenarnya bisa jadi cara bagus untuk pengembangan profesi guru. Tentu saja portofolionya bukan hanya portofolio asal-asalan yang berisi kumpulan sertifikat seminar ini seminar itu. Tujuan membuat portfolio juga tidak harus sekadar untuk kebutuhan sertifikasi (seperti tren yang terjadi beberapa tahun yang lalu) Sebenarnya 5 tahun yang lalu saya pernah membuat portofolio. Kebetulan saya mengikuti workshop yang memang mensyaratkan kami, para peserta, untuk membuat portofolio. Setelah workshop, saya mulai mendokumentasikan lesson plan, foto kegiatan, hasil refleksi atas pembelajaran, hasil (observasi) dan masukan dari rekan sejawat dan atasan, contoh rubrik penilaian dan jawaban siswa.Semuanya dikumpulkan dalam satu file holder (yang sayangnya sudah hilang). Tapi, waktu itu saya membuat portfolio karena keharusan, bukan kesadaran sendiri. Setelah itu, belum saya

The Future of Education : Journal Reflection 2 During your own education, how has your "intelligence" been assessed?

When I was little, both of my parents believed that I was smart and intelligent. Although I am a Muslim, my (second) middle name is “Sarasvati” which is the Hindu Goddess of knowledge and arts. My father gave me that name, hoping that I would grow up into an intelligent person who loves learning. Both of my parents read books to me everyday. At the age of three I was already able to read. I was known as a child who was extremely active. I never stopped moving or talking or doing something. I was also a curious child and loved to pose questions to the people around me. I guess, when I was little, adults considered me as an intelligent little girl. However, things changed when I was in school. In school, I never felt intelligent. During my school days, students were ranked based on their performance in class. In my elementary school there were about 40 students in a class. Students that was the highest performer will be ranked the 1st. Then, there is students that ranked the 2nd, the