Posts

Showing posts from March, 2014

Cerita Diwawancara Siswa kelas 5 SD tentang Isu Pendidikan

Image
Sumber:  http://transom.org/2013/katie-davis-kids-guide-recording/   Sekali lagi saya dapat kesempatan mengunjungi Bandung International School (BIS). Cerita tentang kunjungan sebelumnya bisa di baca disini . Kali ini saya diwawancarai oleh dua orang siswa kelas 5 mengenai isu-isu pendidikan. Ceritanya, siswa-siswa kelas 5 diminta untuk membuat artikel terkait isu-isu tertentu. Siswa dibagi ke beberapa kelompok, lalu mereka diminta membuat sebuah artikel. Ada yang membuat artikel terkait isu ekonomi, isu lingkungan, isu pendidikan dan lain-lain. Untuk membuat sebuah artikel, tentu saja para siswa perlu mencari tahu mengenai isu yang ditulisnya. Selain melalui bacaan, mereka juga diminta untuk mewawancarai orang yang dianggap paham mengenai isu itu. Karena saya dianggap banyak bergerak di bidang pendidikan, maka saya diundang untuk diwawancarai  terkait isu pendidikan. Saya tiba di BIS, lalu Mbak Any, pustakawan dan sekaligus pengajar information literacy di BIS, memperke

Cuplikan dari “The Happy Child: Changing the Heart of Education” karya Steven Harrison (2002) dari Bab “Testing… Testing…” halaman 37 – 38

Image
*Diterjemahkan oleh: Dhitta Puti Sarasvati Ketika saya sedang menulis buku ini  (The Happy Child: Changing The Heart of Education) , saya diundang untuk menjadi dosen tamu untuk memberikan kuliah mengenai Teori Pendidkan kepada sejumlah mahasiswa S1 di sebuah Universitas Midwestern. Topiknya adalah  learner-directed education  (pendidikan yang diarahkan oleh siswa sendiri). Mahasiswa-mahasiswa berasal dari jurusan pendidikan, tanpa  diragukan saya rasa mereka pasti akan tertarik pada kuliah saya. Saya pun tidak sabar untuk mengetahui pandangan para pendidik muda mengenai kuliah yang saya sampaikan. Tepat sebelum kelas dimulai, saya belajar bahwa kebanyakan siswa mengambil mata kuliah ini sekadar sebagai syarat agar bisa memenuhi jumlah sks wajib yang diperlukan di bidang humanities. Kebanyakan tidak punya minat terhadap mata kuliah ini, tapi mengambil mata kuliah ini karena menganggap bisa lulus dengan mudah. Saya merasa bahwa situasi ini sangat mencengangkan. Saya punya kewaji

(Alm) Ali Sadikin dan Pendidikan di DKI Jakarta

Image
Meskipun kini saya tinggal di Jakarta, saya tidak sempat merasakan kepemimpinan (alm) Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI. Pak Ali Sadikin memang menjadi gubernur Jakarta pada tahun 1966 - 1977 dan saat itu saya belum lahir. Saya lebih banyak mendengar cerita tentang Pak Ali Sadikin dari keluarga yang memang sudah hidup pada zaman itu. Konon, katanya Pak Ali Sadikin galaknya ampun-ampun. Pak Ahok, wagub DKI yang terkenal tegas dan ceplas-ceplos, dan kadang dicap galak, masih  kalah galak. "Ali Sadikin itu dulu bekas tentara. Kalau dia di lagi mobil dan, di depan dia lihat ada  mobil yang melanggar lalu lintas, dia akan turun, menegur, bahkan bisa menendang orang yang melanggar lalu lintas," cerita seseorang kepada saya tentang Ali Sadikin. Meskipun sangat galak, saya dengar Pak Ali Sadikin sangat visioner, termasuk di bidang pendidikan. Dia mendirikan begitu banyak sekolah negeri di Jakarta, diantaranya SMAN 70 di Bulungan, tempat saya bersekolah dulu. &q

Membahas Kode Etik Guru dengan Pak Doni Koesoema

Image
Sumber: http://www.ei-ie.org/en/news/news_details/2076 Belum lama ini saya bertemu dengan seorang pendidik sekaligus pemerhati pendidikan yang rajin menulis di Kompas bernama Pak Doni Koesoema.  Kami mengobrolkan banyak hal, salah satunya adalah mengenai bimbingan tes (atau yang biasa dikenal dengan bimbingan belajar). Saya ceritakan bahwa banyak sekolah berlabel 'unggulan' di Jakarta yang bekerja sama dengan bimbingan test sejak dulu.  Di SMA tempat saya sekolah dulu, misalnya, sebuah bimbingan test beroperasi di sekolah sekitar dua kali seminggu di sore hari. Itu tambahan selain materi pengayaan yang resmi diadakan sekolah. Sekolah secara resmi selesai pukul 12.30, tapi siswa wajib mengikuti pengayaan (tambahan pelajaran) yang diselenggarakan oleh guru setiap hari dari jam 13.00 sampai jam 15.30. Lalu, dua kali seminggu sebagian besar siswa ikut lagi program bimbingan tes. Diadakannya di sekolah. Biasanya dari jam 16.00 sampai jam 17.30. Di kegiatan bimb

Cerita Mengajar Bahasa Inggris Melalui SMS

Image
Sekali seminggu saya mengajar bahasa Inggris di Rumah Mentari, sebuah komunitas pendidikan non formal di Bandung. Kebetulan, saya kebagian mengajar siswa yang gede-gede , alias sudah SMA, kuliah, ataupun bekerja. Siswanya hanya sekitar 10 orang. Walau saya selalu berusaha datang, namun faktanya ada saat-saat di mana saya berhalangan hadir. Beberapa siswa juga kadang berhalangan hadir karena kebagian shift bekerja pada saat kelas berlangsung. Jadi, saya mulai memikirkan bagaimana caranya semua dapat terus belajar, meskipun kami tidak selalu bisa bertatap muka. Akhirnya saya memilih menggunakan sms.  Hampir setiap hari, saya mengirimkan sms berupa beberapa kalimat dalam bahasa Inggris. Kenapa saya pilih menggunakan sms? Alasannya adalah karena semua siswa memiliki telepon genggam, meskipun bukan smart phone . Memang, mereka semua punya email dan facebook, tapi mereka tidak selalu terakses internet. Jadi, bisa saja saya kirim email tapi mereka bukanya baru beberapa