Cahaya



Tanpa disadarinya, perempuan di depannya seketika merasa silau. Cahaya matahari memasuki matanya, "Aduh silau," katanya.

Di dalam angkot berwarna hijau dia duduk disebelah seorang perempuan lain yang lebih tua usianya. Mungkin kakaknya, mungkin ibunya.

Dia memegang-megang benda di tangannya. Sebuah CD yang baru dibeli. Sebuah game baru untuk dimainkan di rumah. Dipegang-pegangnya CD tersebut. Gambarnya dibalik, menghadap celana jeans birunya.

"Silau," kata perempuan tersebut sambil menutup matanya.

tersenyum, "Wah CD-nya memantulkan cahaya."

"Mari kita tangkap cahayanya," sahutku.

Kutepukkan tanganku, "Hap," kataku sambil bertepuk tangan, sambil berusaha menangkap cahaya.

"Ketangkap cahayaya!" sahutku seakan-akan cahaya tersebut masuk diantara kedua belah tanganku.

"Jangan, jangan," katanya tidak rela cahayanya ditangkap.

Ia mulai sadar, cahayanya berasal dari CD-nya. Ia memain-mainkan CD-nya sehingga ada cahaya di langit-langit angkot.

"Hap! Ketangkap lagi", sahut saya.

"Jangan,jangan! Jangan tangkap," teriaknya.

Angkot menyusuri jalan-jalan yang dipenuhi pohon-pohon rindang.

"Mana cahayanya?" matanya bertanya-tanya keheranan.

Wajahnya jadi girang saat ia temukan lagi cahaya dari CD-nya.

Matahari tak lagi dihalangi oleh awan yang rindang. Rasanya, panas, tapi ia kegirangan.

"Tangkap lagi-tangkap lagi," katanya.

"Hap, hap, hap," jawabku sambil berusaha menangkap cahaya di langit-langit angkot.

"Tangkap lagi-tangkap lagi," katanya sampai tiba-tiba perempuan di sebelahnya berkata, "Turun yuk!"

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)