Live In (1)
Beberapa waktu yang lalu, berkat support dari KAIL saya sempat live in, alias tinggal beberapa hari (saja) di daerah Jakarta Utara. Tujuan live in yang saya ikuti, pada dasarnya adalah mengamati KBA (Kelompok Belajar Anak) yang ada di daerah sana. Kebetulan daerah Jakarta Utara yangf saya datangi, merupakan 'katanya' daerah perkampungan Kumuh di Jakarta. Dan penduduk sana sering di cap sebagai 'Kaum Miskin Kota'.
Dekat tempat saya tinggal, merupakan daerah yang sangat sering banjir karena pasang laut. Kebetulan sehari sebelum saya tiba, sempat banjir, karena ada tanggul bocor. Ada juga kampung yang rumahnya berdiri di atas tumpukan sampah.
Selama 3 hari dua malam tersebut saya tinggal di Kampung Kembangan Lesatari. Setiba di kampung Kembangan Lestari saya dijemput oleh Ibu Sinta, seorang pengajar di KBA yang terdapat di Kembangan Lestari. Di tempat Ibu Sintalah saya menginap.
Rumah Ibu Sinta terletak persis di sebelah sebuah lapangan bola. Saya rasa secara keseluruhan daerah tempat saya menginap paling baik kondisinya daripada daerah lain yang saya amati. Setidaknya di tempat ini masih ada ruang publik tempat anak-anak bisa bermain.
Ibu Sinta merupakan orang yang sangat menyenangkan. Ia sangat ramah, terbuka, dan punya keinginan kuat untuk belajar. Sebelum tinggal di Kembangan Lestari, ia sempat tinggal dai Kampung Tembok Boong ) dan menjadi pengajar KBA di sana.
Ada beberapa hal yang mengagumkan ketika saya tiba di Kampung Kembangan Lestari. Salah satunya adalah adanya tabungan masyarakat. Ada seorang ibu yang memegang buku catatan besar berisi data tabungan masyarakat. Ia setiap harinya datang ke masing-masing rumah untuk menanyakan apakan ada yang menabung. Tiap penabung memiliki satu buku tabungan yang bentuknya mrip dengan buku tabungan di bank biasa tapi ditulis secara manual. Seseorang bisa memilih untuk menabung untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Berbeda dengan di bank, di sini seseorang bisa menabung Rp 1000,- sekali tabung. (Kalau di bank biasa kan gak bisa). Saat di Kembangan Lestari saya mengikiti san ibu berkeliling menagih tabungan masyarakat.
Saya juga mampir ke rumah seorang Ibu yang lain, di sana saya menonton rekaman film (DVD) salah satu kegiatan gabungan berbagai KBA yang berlangsung di museum Fatahilah. Di film itu saya melihat para pendamping (pengajar) menemani anak-anak bernyanyi dan membimbing anak-anak untuk menggambar. Mereka membawa beberapa jeruk, lalu meminta anak-anak mengamati jeruk tersebut dan meminta mereka menggambarnya. Setelah itu, jeruk dipotong menjadi dua dan anak-anak diminta mengamati potongan jeruk tersebut dan menggambarnya. Katanya metode ini didapatkan dari sebuah pelatiham, dan kemudian diterapkan pada anak-anak KBA. Metode yang berbeda dari yang ada di beberap sekolah di Indonesia, yang sering memaksa anak menggambar sesuatu tanpa pengamatan.
Setelah menonton fil saya pergi ke tempat KBA. Saat itu sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar karena hari telah sore. Biasanya kegiatan di KBA berlangsung pagi. Saya terpaku membaca kertas yang di tempel di depan KBA. Mengenai Kewajiban para pengajar dan juga siswa. Salah satu yang menarik adalah bahwa sekolah tersebut tidak mementingkan formalitas, baik seragam maupun ijazah. Para guru harus menghargai hak anak. Dan banyak lagi KBA pada dasarnay setingkat TK.
Di sana- siswa-siswi belajar Menyanyi, huruf, menggambar, olah raga bahkan menggosok gigi. Saya juga melihat contoh karya siswa di sana. Tidak terkontaminasi dengan 'standar umum', gambar yang ditempel benar-benar merupakan gambar anakl-anak (sesuai sudut pandang anak-anak). (Agak lupa gambarnya... yang jelas bukan gambar anak-anak yang 'dipaksakan sesuai gambar orang dewasa')
Saya tidak sabar untuk mengamati kegiatan belajr-mengajar keesokan harinya.
Dekat tempat saya tinggal, merupakan daerah yang sangat sering banjir karena pasang laut. Kebetulan sehari sebelum saya tiba, sempat banjir, karena ada tanggul bocor. Ada juga kampung yang rumahnya berdiri di atas tumpukan sampah.
Selama 3 hari dua malam tersebut saya tinggal di Kampung Kembangan Lesatari. Setiba di kampung Kembangan Lestari saya dijemput oleh Ibu Sinta, seorang pengajar di KBA yang terdapat di Kembangan Lestari. Di tempat Ibu Sintalah saya menginap.
Rumah Ibu Sinta terletak persis di sebelah sebuah lapangan bola. Saya rasa secara keseluruhan daerah tempat saya menginap paling baik kondisinya daripada daerah lain yang saya amati. Setidaknya di tempat ini masih ada ruang publik tempat anak-anak bisa bermain.
Ibu Sinta merupakan orang yang sangat menyenangkan. Ia sangat ramah, terbuka, dan punya keinginan kuat untuk belajar. Sebelum tinggal di Kembangan Lestari, ia sempat tinggal dai Kampung Tembok Boong ) dan menjadi pengajar KBA di sana.
Ada beberapa hal yang mengagumkan ketika saya tiba di Kampung Kembangan Lestari. Salah satunya adalah adanya tabungan masyarakat. Ada seorang ibu yang memegang buku catatan besar berisi data tabungan masyarakat. Ia setiap harinya datang ke masing-masing rumah untuk menanyakan apakan ada yang menabung. Tiap penabung memiliki satu buku tabungan yang bentuknya mrip dengan buku tabungan di bank biasa tapi ditulis secara manual. Seseorang bisa memilih untuk menabung untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Berbeda dengan di bank, di sini seseorang bisa menabung Rp 1000,- sekali tabung. (Kalau di bank biasa kan gak bisa). Saat di Kembangan Lestari saya mengikiti san ibu berkeliling menagih tabungan masyarakat.
Saya juga mampir ke rumah seorang Ibu yang lain, di sana saya menonton rekaman film (DVD) salah satu kegiatan gabungan berbagai KBA yang berlangsung di museum Fatahilah. Di film itu saya melihat para pendamping (pengajar) menemani anak-anak bernyanyi dan membimbing anak-anak untuk menggambar. Mereka membawa beberapa jeruk, lalu meminta anak-anak mengamati jeruk tersebut dan meminta mereka menggambarnya. Setelah itu, jeruk dipotong menjadi dua dan anak-anak diminta mengamati potongan jeruk tersebut dan menggambarnya. Katanya metode ini didapatkan dari sebuah pelatiham, dan kemudian diterapkan pada anak-anak KBA. Metode yang berbeda dari yang ada di beberap sekolah di Indonesia, yang sering memaksa anak menggambar sesuatu tanpa pengamatan.
Setelah menonton fil saya pergi ke tempat KBA. Saat itu sedang tidak ada kegiatan belajar mengajar karena hari telah sore. Biasanya kegiatan di KBA berlangsung pagi. Saya terpaku membaca kertas yang di tempel di depan KBA. Mengenai Kewajiban para pengajar dan juga siswa. Salah satu yang menarik adalah bahwa sekolah tersebut tidak mementingkan formalitas, baik seragam maupun ijazah. Para guru harus menghargai hak anak. Dan banyak lagi KBA pada dasarnay setingkat TK.
Di sana- siswa-siswi belajar Menyanyi, huruf, menggambar, olah raga bahkan menggosok gigi. Saya juga melihat contoh karya siswa di sana. Tidak terkontaminasi dengan 'standar umum', gambar yang ditempel benar-benar merupakan gambar anakl-anak (sesuai sudut pandang anak-anak). (Agak lupa gambarnya... yang jelas bukan gambar anak-anak yang 'dipaksakan sesuai gambar orang dewasa')
Saya tidak sabar untuk mengamati kegiatan belajr-mengajar keesokan harinya.
Comments