Belajar dari Rakhmi Ramdhani
Kemarin, iseng saya kontak
sahabat saya, Rakhmi Ramdhani untuk ketemuan. Kami tinggal tidak terlalu
berjauhan (Rakhmi di Kalibata, saya di Tebet) tapi belakangan ini agak jarang
bertemu. Ketemu kemarin, sekadar untuk catch
up tentang perkembangan terbaru.
Rakhmi adalah salah satu teman
yang penting dalam perkembangan karir saya. Sekitar tahun 2011, sahabat saya
Imoth, menceritakan bahwa Rakhmi sedang mencari orang yang mau membantunya
mengajar privat, khususnya untuk bidang Matematika dan Fisika. Saat itu Rakhmi sedang kebanjiran panggilan mengajar privat. Rakhmi lebih banyak mengajar Biologi, meskipun kadang murid privatnya juga memintanya
mengajarinya hal-hal lain seperti matematika dan sejarah. Sebelumnya, Rakhmi sempat bekerja
di sebuah bimbingan belajar yang juga memproduksi video-video pembelajaran.
Setelahnya, Rakhmi menjadi guru Biologi di sebuah
SMP dan di sekitar 2011 banyak mengajar privat. Saya pun menawarkan diri untuk jadi guru privat. Lumayan kan untuk penghasilan tambahan.
Lagipula saya selalu suka mengajar.
Rakhmi mengenalkan saya kepada
beberapa murid privat. Kebanyakan tinggal di daerah Tebet, Asam Baris, tapi ada
juga yang di daerah Cikini, Rawamangun, dan ada juga yang lebih jauh, di Taman
Mini. Kebanyakan adalah siswa SMP meskipun juga ada siswa SD maupun SMA. Masa-masa
itu, hampir setiap malam saya disibukkan dengan mengajar dari satu rumah ke
rumah lainnya. Kadang bisa ke tiga rumah sekaligus. Di masa itu juga saya
sering mampir ke rumah Rakhmi, biasanya setelah mengajar. Kadang juga menginap.
Rakhmi selalu jadi teman diskusi yang mengasyikkan. Dengannya saya bisa banyak
berbagi pemikiran baik tentang pendidikan,
pengajaran, maupun kehidupan secara umum.
Lama-kelamaan hidup kami berkembang.
Selain sibuk di Ikatan Guru Indonesia, saya juga mulai disibukkan dengan
mengajar di kampus. Jumlah murid privat kami pun berkurang. Rakhmi juga tiba-tiba
mendapatkan pekerjaan sebagai kepala sekolah di suatu TK. Usia Rakhmi sekitar dua tahun di bawah saya. Di usia
yang belum sampai 30 tahun dia sudah punya tanggung jawab untuk mengorganisir
suatu sekolah! Kami jadi tidak terlalu sering bertemu. Kalaupun bertemu
biasanya di workshop atau seminar pendidikan. Sesekali saya mampir untuk
menginap di rumahnya. Lumayanlah bisa saling catch up!
Selama jadi Kepala Sekolah saya
banyak belajar dari Rakhmi. Dia sering menceritakan berbagai tantangan dalam
menjadi kepala sekolah, baik kesibukannya maupun tantangannya dalam mengajak
rekan-rekan guru untuk lebih sadar tentang isu-isu seperti hak anak, pentingnya
bermain bagi anak, dan bahwa anak TK seharusnya tidak dicecali dengan
lembar-lembar kerja yang tidak sesuai perkembangan anak.
Dari cerita-cerita Rakhmi saya
belajar banyak hal. Rakhmi selalu mengatakan bahwa meskipun dalam di sekolahnya
tempat mengajar ada kondisi-kondisi yang tidak ideal (seperti halnya di
manapun), tapi dia bisa tetap belajar banyak dari sana. Rakhmi belajar
bagaimana beberapa guru sangat handal dalam menghadapi anak, sistem pengelolaan
TK baik di level sekolah, maupun di level rayon, dan banyak hal lain.
Meskipun sebagai kepala sekolah
Rakhmi banyak sibuk dengan kegiatan administrasi, Rakhmi selalu menyempatkan
masuk kelas untuk observasi dan juga ikut mengajar. Untuk memperluas wawasan
guru-gurunya, beliau sering mengajak guru untuk ikut pelatihan, atau bahkan
mengajak mereka ekskursi ke sekolah lain. Saat melakukan ekskursi ke salah satu
sekolah, guru-guru dipecah menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok
diminta untuk mengamati aspek tertentu di sekolah, Misalnya, kelompok A
mengamati kegiatan X, kelas B mengamati kegiatan Y, dan seterusnya.
Setelahnya,
guru-guru diminta berkumpul untuk berbagi pengalaman dengan guru yang lain. Ternyata masing-masing
kelompok punya pengalaman berbeda meskipun mengamati sekolah yang sama. Setelah
diskusi, akhirnya guru-guru mempunya pandagan yang lebih menyeluruh mengenai
sekolah yang baru dikunjunginya.
Suatu hari Rakhmi menceritakan
pengalamannya dalam membacakan cerita untuk siswa (Reading-Out-Loud). Meskipun Reading-Out-Loud
sebenarnya adalah kegiatan itu sederhana, hanya butuh 10 – 15 menit, dan bisa
dilaksanakan setiap hari, di sekolah tersebut sebelumnya hampir tidak pernah
dilakukan kegiatan semacam itu. Ternyata siswa senang dengan kegiatan Reading-Out-Loud. Setelah merasakan
dibacakan cerita sekali, siswa-siswa kegirangan dan keesokannya ada beberapa
siswa yang membawa buku sendiri dan meminta pada gurunya untuk membacakannya.
Satu kegiatan tapi menular!
Rakhmi juga membuat terobosan di
sekolahnya dengan membuat semacam klub sains di sekolahnya. Rakhmi memang pada
dasarnya suka sains. Siswa-siswa diajak melakukan percobaan sederhana, misalnya
menyemplungkan benda (misalnya buah tertentu) ke dalam. Kalau benda itu terapung,
siswa diminta memikirkan caranya membuat benda itu tenggelam. Anak-anak jadi
penasaran. Ada yang mengikatkan benda dengan benda yang lebih berat, ada yang
mencoba membelah benda menjadi dua bagian, dan banyak lagi. Dengan adanya kelas
sains, anak-anak bisa belajar bahwa common
sense bisa menipu. Saat melakukan percobaan, dikira “ini” yang akan terjadi, tahunya yang terjadi lain sama sekali.
Siswa juga belajar untuk mengajukan pertanyaan (merangsang berpikir kritis),
belajar dengan cara yang menyenangkan (kadang bahkan siswa tidak mau pulang
saking senangnya).
Sekitar tahun lalu, Rakhmi
berhenti dari pekerjaannya sebagai kepala sekolah dan kini sedang memulai
sebuah usaha di bidang pendidikan yang namanya Gen Cerdik. Gen Cerdik adalah
sebuah lembaga yang menawarkan semacam kegiatan after school. Gen Cerdik
menawarkan kegiatan Fun Science, Literacy Program, dan Spatial Space, dan Quran
Learning for Kids. Website Gen Cerdik bisa
dilihat di http://gencerdik.com/ .
Fasilitator-fasilitator
di Gen Cerdik, selain harus bisa menemani anak-anak “belajar sambil bermain”
juga punya tanggung jawab untuk membuat anectdotal records terkait perkembangan
anak. Catatan-catatan ini biasanya disampaikan kepada orang tua dalam bentuk semacam “rapor
naratif”. Tentang hal ini, saya akan ceritakan di kesempatan lain.
Intinya, kemarin saya bertemu
Rakhmi dan sekali lagi belajar banyak darinya. Dia menceritakan tentang
perkembangan Gen Cerdik dan berbagai hal baru yang dipelajarinya, misalnya
pengalamannya bekerja sama dengan Rimba Baca (http://rimbabaca.com/v02/ ) untuk mengajak anak-anak di Rimba Baca
melakukan percobaan sains. Rakhmi juga bercerita bagaimana dia membuat semacam
pamflet-pamflet kecil, sehalaman-sehalaman, berisi percobaan-percobaan sains
sederhana yang bisa dicoba di rumah oleh anak bersama orang tua. Pamflet ini dibagi-bagikan
ke orang tua secara cuma-cuma. Idenya yang terakhir ini menurut saya menarik.
Menyebarkan bacaan dengan modal secarik kertas tapi bisa digunakan untuk
mendidik pembaca, dalam hal ini orang tua. Ide sederhana yang brilian!
So, thank you Rakhmi for the lovely meeting yesterday! I’ve learnt so
much from you!
Comments