Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 2) : Memahami Subject Integration
Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan "Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi" yang bisa dilihat di : http://mahkotalima.blogspot.com/2014/01/memahami-pembelajaran-terintegrasi.html
***
Salah satu pertanyaan yang pernah diajukan guru terkait pembelajaran terintegrasi adalah, "Dalam pembelajaran terintegrasi, apakah perlu ada penggabungan mata pembelajaran?"
Jawaban dari pertanyaan ini bisa iya atau tidak, tergantung kebutuhannya. Pembelajaran terintegrasi sebenarnya jenisnya ada macam-macam, namun semuanya memiliki tujuan yang serupa. Membantu pembelajar untuk melihat sesuatu secara lebih menyeluruh, membantu mereka memahami bahwa satu hal terkait dengan yang lainnya.
Bentuk-bentuk pembelajaran terintegrasi
Berdasarkan Chiarotto (2011) ada berbagai jenis pembelajaran terintegrasi di antaranya :
1. Subject Integration (Integrasi Mata Pelajaran)
2. Skills Integration (Integrasi Ketrampilan)
3. Prespective Integration
4. Strand Integration
5. Successive Integration
Secara keseluruhan siswa telah diajak belajar matematika, IPA, dan seni sekaligus. Untuk guru SD yang biasanya adalah guru kelas, jadwal beberapa mata pelajaran bisa digabung sesuai dengan kebutuhan untuk memungkinkan pembelajaran semacam ini terjadi. Untuk guru SMP atau guru SMA, maka guru antara bidang studi perlu berkoordinasi satu sama lain untuk 'janjian' kapan melakukan pembelajaran bersama. Perancangan pembelajaran juga perlu dilakukan bersama sehingga sesama guru bisa saling mendukung agar proses pembelajaran terjadi semaksimal mungkin.
Sumber :
Chiarotto. (2011). NATURAL CURIOSITY: Building Children's Understanding of The World Through Environmental Inquiry / A Resource for Teachers. Canada : Maracle Press Ltd (diunduh dari : http://www.naturalcuriosity.ca/pdf/NaturalCuriosityManual.pdf )
***
Salah satu pertanyaan yang pernah diajukan guru terkait pembelajaran terintegrasi adalah, "Dalam pembelajaran terintegrasi, apakah perlu ada penggabungan mata pembelajaran?"
Jawaban dari pertanyaan ini bisa iya atau tidak, tergantung kebutuhannya. Pembelajaran terintegrasi sebenarnya jenisnya ada macam-macam, namun semuanya memiliki tujuan yang serupa. Membantu pembelajar untuk melihat sesuatu secara lebih menyeluruh, membantu mereka memahami bahwa satu hal terkait dengan yang lainnya.
Jenis-jenis pembelajaran terintegrasi (Chiarotto, 2011, dalam http://www.naturalcuriosity.ca/pdf/NaturalCuriosityManual.pdf) |
Bentuk-bentuk pembelajaran terintegrasi
Berdasarkan Chiarotto (2011) ada berbagai jenis pembelajaran terintegrasi di antaranya :
1. Subject Integration (Integrasi Mata Pelajaran)
2. Skills Integration (Integrasi Ketrampilan)
3. Prespective Integration
4. Strand Integration
5. Successive Integration
Posting kali ini akan membahas mengenai Subject Integration terlebih dahulu. Untuk bentuk-bentuk lainnya akan dibahas di posting berikutnya.
Memahami Subject Integration
Di dalam pendekatan ini, dua mata pelajaran atau lebih bisa digabung sehingga siswa bisa melihat keterkaitan antara satu mata pelajaran dan pelajaran lainnya.
Salah satu contoh integrasi mata pelajaran yang pernah saya pelajari adalah pelajaran di mana siswamempelajari perubahan harga sebuah kopi. Misalnya kopi di sebuah kafe harganya Rp 30.000,-. Siswa melakukan proses inquiry untuk mempelajari bagaimana kopi ini diproduksi oleh petani, berapa harga jual kopi dari petani ke tengkulak, harga dari tengkulak ke distributor kopi berikutnya, terus sampai harga yang dijual di kafe.
Untuk pelajaran matematika siswa bisa diajak untuk membandingkan harga jual kopi dari petani ke tengkulak, harga jual kopi antara tengkulak dan distributor X, harga distribusi antara distributor X ke tempat lainnya, lalu harga jual kopi ke konsumen di kafe.
Untuk pelajaran matematika siswabisa diajak membuat grafik untuk yang bise merepresentasikan perbedaan harga jual yang satu dengan yang lainnya. Di sisi lain, siswa juga belajar mengenai ekonomi, dan juga mengenai kewarganegaraan (hak dan kewajiban masing-masing pihak baik petani, distributor, maupun penghasil kopi), dan sebagainya.
Chiatorro (2011, h. 70) juga memberikan contoh lainnya yang diterapkan oleh seorang guru bernama Carol. Dia mengajak siswa membuat gambar yang merepresntasikan pohon lalu mengajak siswa mengamati pepohonan sekaligus mengumpulkan berbagai jenis daun yang berbeda.
Siswa lalu diajak untuk menyortir, mengklasifikasi dan berdasarkan ukuran bentuk dan warnanya. Siswa diajak menjelaskan pengamatan mereka terhadap berbagai ukuran dan bentuk daun. Dengan begini siswa belajar untuk menjelaskan mengenai ukuran-ukuran maupun bentuk-bentuk yang ada di sekitarnya. Kemampuan untuk menjelaskan berbagai bentuk dan ukuran merupakan cara mengenakan anak mengenai geometri.
Siswa lalu diajak untuk menyortir, mengklasifikasi dan berdasarkan ukuran bentuk dan warnanya. Siswa diajak menjelaskan pengamatan mereka terhadap berbagai ukuran dan bentuk daun. Dengan begini siswa belajar untuk menjelaskan mengenai ukuran-ukuran maupun bentuk-bentuk yang ada di sekitarnya. Kemampuan untuk menjelaskan berbagai bentuk dan ukuran merupakan cara mengenakan anak mengenai geometri.
Setelahnya siswa diminta membuat gambar dan karya dari sejenis lilin untuk merepresentasikan pemahaman mereka mengenai pohon. Di dalam gambar siswa memberikan tulisan-tulisan singkat mengenai pemahaman mereka akan bagian-bagian dari pohon disertai fungsinya.
Kegiatan di dalam kelas Carol (Chiaritto, 2011), Sumber : http://www.naturalcuriosity.ca/pdf/NaturalCuriosityManual.pdf |
Kemudian, guru juga mengajak siswa untuk membandingkan gambar awal mereka mengenai pohon dan gambar mereka setelah mengamati pohon. Dengan begitu, siswa pun bisa melihat sendiri bagaiaman pemahaman mereka mengenai pohon telah berubah. Biasanya setelah proses observasi karya siswa akan lebih kompleks karena pemahaman mereka tentang pohon juga bertambah.
Secara keseluruhan siswa telah diajak belajar matematika, IPA, dan seni sekaligus. Untuk guru SD yang biasanya adalah guru kelas, jadwal beberapa mata pelajaran bisa digabung sesuai dengan kebutuhan untuk memungkinkan pembelajaran semacam ini terjadi. Untuk guru SMP atau guru SMA, maka guru antara bidang studi perlu berkoordinasi satu sama lain untuk 'janjian' kapan melakukan pembelajaran bersama. Perancangan pembelajaran juga perlu dilakukan bersama sehingga sesama guru bisa saling mendukung agar proses pembelajaran terjadi semaksimal mungkin.
Sumber :
Chiarotto. (2011). NATURAL CURIOSITY: Building Children's Understanding of The World Through Environmental Inquiry / A Resource for Teachers. Canada : Maracle Press Ltd (diunduh dari : http://www.naturalcuriosity.ca/pdf/NaturalCuriosityManual.pdf )
Comments