Kisah tentang Sound Designer dan Refleksi Mengenai Pentingnya Mengajak Siswa Belajar Sesuatu dari Berbagai Sudut Pandang

Gambar diambil dari berbagai sumber diantaranya : http://www3.nhk.or.jp/nhkworld/english/tv/designtalks/archive201305091030.html

Dalam program “DesignTalks“ yang diputar oleh NHK (stasiun TV Jepang) pada Mei 2013 yang lalu, sempat debahas mengenai desain bunyi (sound design). Salah satu bintang tamu yang diundang untuk berbicara dalam acara itu adalah HiroakiIde, seorang sound designer  asal Jepang.

Sound designer  adalah orang yang pekerjaannya adalah merancang bunyi untuk berbagai keperluan tertentu, misalnya untuk soundtrack  dalam film ataupun pertunjukan.  Namun, bunyi-bunyian yang dirancang oleh seorang sound designer  bisa lebih bervariasi. Saat kita masuk ke dalam bioskop, ada bunyi yang menandakan bahwa tamu bioskop bisa segera masuk, ada bunyi yang juga dirancang untuk menandakan bahwa bioskop akan segera mulai. Saat pergi ke stasiun kereta juga ada bunyi-bunyian yang menandakan kereta akan segera berangkat. Selain untuk alasan-alasan praktis, kadang bunyi juga dirancang untuk alasan yang ‘menyenangkan’. Di sebuah stasiun, orang lebih senang naik escalator daripada tangga. Maka dibuatlah tangga yang bisa menghasilkan bunyi-bunyi seperti yang ada di piano. Karena tangga bisa menghasilkan bunyi-bunyian yang menarik, beberapa orang akan mulai lebih memilih menaiki tangga. Bisa dilihat pada video di bawah : 



Bunyi-bunyian  yang selama ini kita dengar, dan anggap merupakan hal yang wajar (taken for granted) sebenarnya dipikirkan dengan sangat seksama oleh sound designer. Kita mungkin tidak sadar, tapi ada banyak hal dalam hidup kita yang sebenarnya dipengaruhi oleh pekerjaan seorang sound designer.

Apa saja pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang sound designer? Tentu saja kepekaan terhadap berbagai bunyi-bunyian, termasuk musik. Seorang sound designer juga harus punya musikalitas yang tinggi. Namun menurut tayangan "Design Talks" mengenai sound designe,  ada banyak pemahaman lainnya yang perlu dimiliki oleh seorang sound designer.  Dia  juga harus punya pemahaman mengenai sejarah, psikologi, matematika, dan sebagainya.  

Seorang sound designer juga harus paham sejarah. Di Jepang misalnya, bunyi-bunyian memiliki sejarah yang panjang. Di zaman dulu orang-orang terbiasa mendengarkan bunyi-bunyian yang ada di alam, suara rintik hujan, suara serangga, suara gesekkan pohon karena tertiup angina, dan sebagainya. Lalu, pada perkembangannya orang mulai membuat berbagai alat musik. Seorang sound designer  harus memiliki pemahaman tentang berbagai alat musik yang pernah ada selama sejarah, dari yang tradisional sampai yang modern, juga mengenai perkembangannya. Dengan begitu dia memiliki referensi yang lebih luas tentang berbagai bunyi dan bagaimana bunyi itu dihasilkan

Psikologi juga merupakan ilmu yang harus dipelajari oleh seorang sound designer. Khususnya mengenai bagaimana bunyi bisa  mempengaruhi prilaku manusia. Ada bunyi-bunyi tertentu yang bisa membuat seseorang rileks da nada bunyi yang bisa membuat seseorang ingin lebih bergegas. Beberapa rumah sakit di Jepang bekerja sama dengan sound designer untuk merancang bunyi-bunyian yang dihasilkan di rumah sakit. Misalnya, di ruang untuk merawat orang-orang punya penyakit kejiwaan, dipasanglah bunyi-bunyian yang bisa membuat seseorang merasa lebih tenang. 

Seorang sound designer  biasanya harus punya kemampuan kerja sama karena terkadang harus bekerja sama dengan orang dari berbagai bidang lain. Dia juga harus memiliki keinginan dan kemampuan untuk belajar hal-hal baru. Ada kisah menarik mengenai kerja sama seorang sound designer  dan sejumlah ilmuwan yang sedang meneliti mengenai molekul yang bergerak. Para ilmuwan meminta tolong sound designer untuk menghasilkan bunyi-bunyi tertentu untuk masing-masing gerakan molekul.  Gerak molekul biasanya sangat cepat sehingga sulit dilihat dengan kasat mata. Ketika gerak molekul dikaitkan dengan bunyi-bunyian tertentu, apa yang biasanya diamati dengan mata (misalnya melihat grafik gerak molekul), bisa dibantu dengan apa yang bisa didengar dengan telinga.  Molekul yang diteliti biasanya bergerak dengan pola tertentu. Bila gerakannya sesuai pola yang umum, akan dihasilkan bunyi yang juga biasa-biasa saja. Tapi kalau ada molekul yang gerakannya menyimpang, maka aka nada bunyi-bunyi yang melengking. Bunyi bisa membantu ilmuwan dalam mengidentifikasi berbagai gerak molekul. Untuk bisa bekerja sama dengan ilmuwan tersebut, sound designer  perlu membuka diri untuk mempelajari sains dan matematika. Sang ilmuwan pun perlu belajar juga mengenai bunyi. Mereka perlu berdiskusi bersama sebelum akhirnya bisa bersama-sama mengerjakan sesuatu yang bermakna. 

Sound designer  memang adalah seorang yang sehari-hari berkutat dengan bunyi. Meskipun begitu, untuk bisa menjadi sound designer yang handal dia juga harus membuka diri untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Satu bidang ilmu pasti terkait dengan bidang lainnya. Bunyi terkait dengan musik, juga dengan sejarah, psikologi, ilmu pengetahuan alam, matematika, dan berbagai ilmu lainnya. 

Sebenarnya bukan hanya sound designer  yang butuh pendekatan dari berbagai disiplin ilmu. Banyak pekerjaan lainnya juga memerlukan pendekatan multi-disiplin. Bahkan seorang guru pun butuh mempelajari berbagai ilmu, bukan hanya ilmu yang diajarnya. Seorang guru IPA mungkin memang spesialisasinya di bidang IPA tapi  dia perlu belajar berbagai bidang lain. Dia harus belajar mengenai psikologi khususnya mengenai perkembangan anak (dan remaja), belajar kemampuan komunikasi (lisan dan tertulis), belajar bahasa (sehingga bisa membaca berbagai referensi), belajar sejarah (termasuk mengenai kisah hidup para peneliti, sejarah pendidikan), dan sebagainya. Dengan mempelajari berbagai hal termasuk yang di luar bidang studinya, seorang bisa mengajar dengan berbagai pendekatan yang lebih kaya. Juga bisa mengajak siswa-siswanya untuk belajar bahwa satu hal pasti terkait dengan hal lainnya. Tidak ada ilmu yang berkembang di dalam vakum. 

Pekerjaan sebagai sound designer  mungkin tak dikenal puluhan tahun yang lalu, namun kini pekerjaan itu termasuk pekerjaan yang ‘bergengsi’. Di masa depan aka nada banyak sekali jenis pekerjaan yang mungkin tidak kita kenal kini. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak selalu bergantung pada satu bidang ilmu saja tapi juga bisa memerlukan pendekatan multi-disiplin Bagaimanakah perubahan-perubahan semacam  ini mempengaruhi profesi sebagai guru?

Menghadapi perubahan di mana di masa depan akan banyak dibutuhkan kemampuan berpikir secara multi-disiplin, berarti di dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, guru sebaiknya mengajak siswa-siswanya untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Saat kita belajar tentang hutan misalnya, kita bisa mengajak anak belajar dari sudut ilmu pengetahuannya, misalnya dari sudut pandang biologi mengenai keragaman spesies yang ada di hutan, dari sudut pandang fisika, misalnya mengenai kalor jenis tanah, pohon-pohonan, air, dan sebagainya, dari sudut pandang ekonomi, mengenai bagaimana hutan berperan penting dalam kehidupan ekonomi manusia, dari sudut pandang sejarah, misalnya mengenai peran hutan bagi manusia dari waktu ke waktu.


Kemampuan untuk melihat satu hal dari berbagai sisi, sebenarnya tidak hanya penting untuk mencari pekerjaan saja, tapi juga untuk membantu manusia dalam menghadapi berbagai problema kompleks yang dihadapi.  Masalah-masalah seperti banjir, kebakaran hutan, berkurangnya sumberdaya alam, kemisikinan, kriminalitas dan lain sebagainya adalah masalah yang kompleks. Penyelesaiannya tidak bisa diselesaikan oleh misalnya, ilmu lingkungan saja, atau ilmu ekonomi saja. Untuk bisa menyelesaikannya orang dari berbagai bidang ilmu perlu duduk bersama dan mencari solusinya bersama. Tentunya agar bisa bekerja sama dari orang dari berbagai bidang lainnya, seorang harus mau berendah hati bahwa satu jenis ilmu saja belum cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada.

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)