Mempelajari Bagaimana Siswa Kelas 5 BIS Belajar Inquiry dengan Mempelajari Rumah Mentari
Kemarin saya mampir ke Bandung International School (BIS). Ceritanya, siswa-siswa kelas 5 BIS sempat belajar mengenai Rumah Mentari, sebuah Rumah Belajar di mana saya merupakan salah seorang pendirinya. Hasil pemahaman anak-anak mengenai Rumah Mentari ditampilkan dalam bentuk poster. Poster ini dibuat berkelompok oleh siswa-siswa kelas 5 BIS. Kegiatan tersebut adalah bagian dari pelajaran Information Literacy (IL). Kegiatan ini merupakan bagian untuk mengajarkan anak-anak mengenai proses inquiry, bagian dari pembelajaran mereka menganai Information Literacy (IL). Di BIS, siswa-siswanya memang wajib belajar IL. Yang mengajar IL adalah pustakawan BIS, yang bernama Mbak Any.
Saya datang ke BIS untuk melihat karya-karya siswa kelas 5 tersebut. Saat saya datang, siswa kelas 5 sedang mengadakan ekskursi ke tempat lain, sehingga saya tidak bisa bertemu dengan para siswa. Namun, saya tetap bisa melihat-lihat poster tersebut.Mbak Any menemani saya melihat semua karya siswa yang mereka buat mengenai Rumah Mentari. Sebelum lanjut tentang kegiatan belajar siswa kelas 5 BIS mengenai Rumah Mentari, saya akan ceritakan sedikit mengenai Mbak Any.
Saya mengenal Mbak Any sejak lama. Mungkin sekitar 2006. Mbak Any jugaberperan dalam perpustakan di Rumah Mentari pada tahun 2007. Dia mengenalkan pengurus Rumah Mentari pada beberapa orang yang turut menyumbangkan buku dan lemari. Mbak juga membantu mengajari beberapa anak Rumah Mentari cara menyusun buku, melakukan labelling, serta mencatat alur keluar masuk buku. Itu sudah lebih dari 6 tahun yang lalu.
Mbak Any mengajarkan anak-anak Mentari mengenai cara mengurus perpustakan (2007) |
Belakangan saya kembali berjumpa dengannya. Beberapa bulan yang lalu dia teringat akan Rumah Mentari dan menyempatkan mampir. Semenjak itu Mbak Any kembali aktif berkegiatan di Rumah Mentari. Mengajari anak-anak cara merapikan dan menyusun buku, membacakan cerita untuk anak-anak di hari Minggu, atau sekadar membantu mencarikan tempat sampah yang bisa digunakan di Rumah Mentari. Sekalian membantu Rumah Mentari, Mbak Any juga berniat untuk mengajak siswa-siswanya belajar mengenai Rumah Mentari. Selain itu siswanya juga akan belajar caranya memilah informasi, mengolah data, dan sebagainya. Untuk itu, Mbak Any harus menyiapkan proses scaffolding untuk siswa kelas 5. Scaffolding adalah cara-cara untuk membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pemahaman sebelumnya. Biasanya dilakukan dengan menyiapkan pertanyaan, menyiapkan tahapan-tahapan pembelajaran. Apa saja yang bisa dipersiapkan sehingga membantu siswa untuk punya pemahaman baru tentang Rumah Mentari, juga mencari dan mengolah informasi? Mbak Any harus menyiapkan tahapan-tahapan tersebut
Sebelumnya Mbak Any telah mewawancarai Bu Dewi, saya, dan Hipna. Bu Dewi dan saya adalah dua diantara pendiri Rumah Mentari yang lain. Pendiri yang lain adalah Pak Lala, Anug, Angga, Arfah, dan Ima. Sedangkan Hipna, yang juga diwawancarai, adalah siswa Rumah Mentari yang pertama kali dan terus berkegiatan di Rumah Mentari sampai sekarang. Hipna belajar di Mentari ketika sekitar 15 tahun. Sekarang, Hipna menjadi koki di Wisma Joglo. Di waktu senggang dia juga ikut menajar anak-anak Mentari yang lebih muda. Belum lama ini dia mengajar anak-anak Mentari membuat gado-gado.
Sebelumnya Mbak Any telah mewawancarai Bu Dewi, saya, dan Hipna. Bu Dewi dan saya adalah dua diantara pendiri Rumah Mentari yang lain. Pendiri yang lain adalah Pak Lala, Anug, Angga, Arfah, dan Ima. Sedangkan Hipna, yang juga diwawancarai, adalah siswa Rumah Mentari yang pertama kali dan terus berkegiatan di Rumah Mentari sampai sekarang. Hipna belajar di Mentari ketika sekitar 15 tahun. Sekarang, Hipna menjadi koki di Wisma Joglo. Di waktu senggang dia juga ikut menajar anak-anak Mentari yang lebih muda. Belum lama ini dia mengajar anak-anak Mentari membuat gado-gado.
Pada suatu malam, saya, Bu Dewi, dan Mbak Any pergi ke Wisma Joglo untuk bertemu Hipna yang sedang bekerja. Di sanalah wawancara dilakukan. Dibantu oleh anaknya, Mbak Any mewawancarai kami bertiga lalu dijadikan video pendek yang ditonton di kelas. Siswa-siswa kelas 5 BIS menonton video tersebut.
Di kelas anak-anak diminta berdiskusi mengenai video tersebut. Apa yang bisa ditangkap dari video tersebut? Apa yang bisa dipelajari? Dan seterusnya.
Mereka lalu diminta untuk mencari lebih banyak data tentang Rumah Mentari. Karena itulah selama beberapa waktu, saya sempat mendapatkan email-email dari siswa kelas 5, berupa pertanyaan tentang Rumah Mentari ataupun mengenai para pendiri Rumah Mentari. Data apapun yang terkumpul, foto, video, jawaban-jawaban dari email dikumpulkan lalu mereka merangkumnya dalam sebuah poster.
Di kelas anak-anak diminta berdiskusi mengenai video tersebut. Apa yang bisa ditangkap dari video tersebut? Apa yang bisa dipelajari? Dan seterusnya.
Mereka lalu diminta untuk mencari lebih banyak data tentang Rumah Mentari. Karena itulah selama beberapa waktu, saya sempat mendapatkan email-email dari siswa kelas 5, berupa pertanyaan tentang Rumah Mentari ataupun mengenai para pendiri Rumah Mentari. Data apapun yang terkumpul, foto, video, jawaban-jawaban dari email dikumpulkan lalu mereka merangkumnya dalam sebuah poster.
Setelah itu, mereka mengundang beberapa kakak-kakak Rumah Mentari dan mempresentasikan poster mereka. Hipna juga datang. Saat itu saya tidak bisa datang jadi hanya dapat kiriman foto dan cerita dari kakak-kakak Mentari yang lain. Untuk mengganti ketidakhadiran saya waktu itu maka kemarin saya datang ke BIS.
Kegiatan Presentasi Poster |
Ternyata bukan hanya membuat poster, siswa-siswa sempat membahas isu mengenai ketidakadilan. Termasuk bahwa tidak setiap anak memperoleh kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Belajar mengenai Rumah Mentari adalah salah satu cara mereka belajar tentang ketidakadilan. Di awal pendiriannya dulu, Rumah Mentari memang sempat menangani anak-anak yang putus sekolah dan hamper menganggur. Banyaknya anak yang putus sekolah, atau tidak memperoleh pendidikan adalah salah satu bentuk dari ketidakadilan yang dialami anak-anak. Mungkin ini alasannya Mbak Any memilih Rumah Mentari sebagai salah satu jalan untuk memperkenalkan kepada anak-anak mengenai ketidakadilan.
Setelah berdiskusi mengenai ketidakadilan siswa-siswa kelas 5 BIS diminta membuat semacam patung. Saya lupa bahannya dari apa, mungkin tanah liat. Mereka kemudian diminta membuat tulisan beberapa kalimat saja untuk menggambarkan patung tersebut merepresentasikan apa. Saya ikut melihat-lihat beberapa patung. "Belum semua anak bisa melakukan analisis secara mendalam (mengenai isu ketidakadilan), tapi ya gak papa. Namanya juga anak-anak. Ini kan bagian dari proses," kata Mbak Any padaku saat saya sedang melihat patung karya siswa serta membaca keterangannya. Mungkin dia ingin mengingatkan saya bahwa karya siswa tak selalu harus sempurna layaknya seorang ahli. Mereka masih dalam proses belajar.
Salah satu patung karya Siswa kelas 5 BIS
Tak lupa siswa-siswa kelas 5 BIS membuat refleksi terhadap proses pembelajaran. Apa yang mereka pelajari? Bagaimana perasaan mereka saat belajar? Setiap anak menuliskan beberapa kalimat refleksi di atas sebuah karton kuning.
Refleksi Siswa kelas 5 BIS terhadap proses pembelajaran mengenai Rumah Mentari |
Mbak Any kemudian mengajak saya mengambil beberapa
poster untuk ditempel di Rumah Mentari. Setelahnya kami bersama-sama menuju
Rumah Mentari untuk menaruh poster sekaligus makan. Hipna menyiapkan beberapa
masakan berupa jengkol, ikan mas (yang baru diambil dari kolam ikan), daun
genjer, daun katuk, daun singkong, dan daun papaya (semuanya dari kebun), tempe
goreng serta sambal. Di perjalanan kami membicarakan banyak hal termasuk
mendiskusikan bagaimana dulu saya dan Mbak Any akhirnya bertemu. Kapan kami
bertemu dan di mana? Kami berdua punya versi yang berbeda-beda mengenai
pertemuan awal kami. Berlanjut….
Comments