Pak Sumardianta dan Saya (Bagian 2)

 



Tampaknya saya menemukan alamat twitter Pak J. Sumardianta dari buku "Guru Gokil Murid Unyu". Sebenarnya saya agak lupa. Saya mengirimkan twit perkenalan ke Pak Sumardianta, mengatakan bahawa saya baru membeli bukunya di toko. Sejak itu saya sering mengirimkan twit ke Pak Sumardianta, isinya link postingan tulisan saya di blog. Siapa tahu Pak Sumardianta mau meretweet. Pembaca blogku bisa lebih banyak kan? Bisa dikatakan saya 'memanfaatkan' popularitas Pak Sumardianta. 

Ternyata Pak Sumardianta membaca tulisan-tulisan saya dan mengajak saya berkolaborasi menulis buku bareng. Saya iyakan. 

Saat Pak Sumardianta ke Jakarta untuk menjadi pembicara di acaranya Universitas Negeri Jakarta (UNJ), bersama suami saya datang ke sana. Acara sudah selesai dan Pak Sumardianta harus kembali ke bandara Soekarno Hatta untuk pulang ke Jogjakarta. Suami dan saya sepakat mengantarkan Pak Sumardianta ke bandara menggunakan Bus Damri. Di dalam bus Damri tersebutkah Pak Sumardianta dan saya  bersepakat untuk berkarya bareng. 

Setelah itu saya mengirimkan  kumpulan tulisan saya kepada Pak Sumardianta. Kebutulan tulisan-tulisan tersebut sudah diedit oleh suami saya yang merupakan editor. Pak Sumardianta membantu mengemas tulisan-tulisan saya agar lebih layak terbit. Pak Sumardianta memilah-milah tulisan dan temannya, menambahkan lead yang menarik, menggabungkan beberapa tulisan yang setama, dan menambah beberapa bagian dengan tulisannya. Ketika Pak Sumardianta mengusulkan judul "Mendidik Pemenang Bukan Pecundang" sebagai judul buku, saya sempat kurang sreg karena merasa judul tersebut berhubungan dengan kompetisi. Pak Sumardianta menjelaskan bahwa judul tersebut menarik untuk pembaca. Sekarang, saya senang dengan judul tersebut karena pemenang dan pecundang di sini bukan berhubungan dengan kompetisi, tetapi keberanian seseorang untuk bertanggung jawab memimpin hidupnya, menjadi pengemudi di dalam hidupnya sendiri. Pecundang adalah orang yang sebaliknya. 

Buku hasil kolaborasi saya dengan Pak Sumardianta tersebut diterbitkan tahun 2016 oleh Penerbit Bentang Pustaka. Berkat kolaborasi tersebut, saya bisa berkenalan dengan Pak Sumardianta secara lebih dalam. Secara tidak langsung saya punya jaringan pertemanan baru yang kemudian memperluas wawasan saya dan membuat saya lebih terbuka. (berlanjut)


Keterangan:

**Baca tulisan "Pak Sumardianta dan Saya (Bagian 1) di sini:  https://mahkotalima.blogspot.com/2022/12/pak-sumardianta-dan-saya-bagian-1.html

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah