Mengenal Enam Prinsip-prinsip Dasar Pengajaran Matematika di Sekolah NCTM (2000)

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) adalah sebuah organisasi profesi guru matematika (di Amerika Serikat dan Kanada) yang didirikan pada tahun 1920. Dalam konteks Indonesia NCTM bisa diumpamakan semacam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika, isinya sekumpulan pendidik matematika yang bekerja sama untuk mengembangkan kualitas pendidikan matematika di sekolah-sekolah.


Dalam perjalanannya, NCTM mulai mengembangkan beberapa standar terkait pendidikan matematika, diantaranya terkait kurikulum (Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, 1989), pendidik matematika (Professional Standards for Teaching Mathematics, 1991) dan asesmen ( Assessment Standards for School Mathematics, 1995).




Tahun 2000, NCTM mengembangkan Principles and Standards for School Mathematics yang dituangkan dalam sebuah dokumen yang tebalnya sekitar 400 halaman. Dokumen tersebut memuat enam prinsip-prinsip dasar pengajaran matematika di sekolah (six principles for school mathematics), dan standar pengajaran matematika (standards for school mathematics) yang terdiri dari standar konten (content standard) dan standar proses (process standard).


Enam prinsip-prinsip dasar pengajaran matematika di sekolah, yakni:

  1. Kesetaraan (Equity) : ada pandangan bahwa hanya siswa-siswa tertentu yang bisa belajar matematika dengan baik. Prinsip kesetaraan di sini justru menganggap setiap siswa, bisa berhasil dalam belajar matematika apabila mereka didukung dengan program pendidikan matematika yang berkualitas, sumber belajar yang memadai, dan guru yang kompeten.
  2. Kurikulum: kurikulum bukan sekadar kumpulan kegiatan. Di tingkat pendidikan apapun, kurikulum matematika harus bersifat koheren. Artinya, kurikulum didasarkan pada gagasan-gagasan yang penting dan memungkinkan siswa melihat bagaimana gagasan yang satu terhubung dengan gagasan yang lain sehingga memungkinkan pengetahuan dan keterampilan siswa terus meningkat. Kurikulum pun harus berfokus pada hal-hal yang sifatnya esensial, yakni yang mendorong siswa untuk berpikir matematis, bernalar, serta membantu siswa membangun argumentasi yang bersifat deduktif. 
  3. Pengajaran: Untuk bisa menjalankan pengajaran secara efektif, guru perlu punya pemahaman matematika yang mendalam tentang matematika, pengetahuan mengenai cara siswa belajar serta terampil dalam memilih pendekatan belajar dan asesmen sesuai dengan kebutuhan siswa.
  4. Belajar: Siswa perlu belajar matematika yang memungkinkan mereka membangun pemahaman, bukan sekadar mengingat fakta dan prosedur tanpa tahu maknanya. Siswa juga perlu diajak untuk terlibat aktif membangun pemahaman mereka sendiri dengan didasarkan pada pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Ketika siswa terbiasa belajar matematika dengan mendalam, siswa bisa menemukan kenikmatan ketika harus menghadapi masalah-masalah matematika yang sulit sekalipun. 
  5. Asesmen: Asesmen bukan hanya menilai hasil akhir siswa, namun perlu menjadi proses yang terintegrasi di dalam proses belajar-mengajar. Asesmen yang digunakan perlu merefleksikan hal-hal yang dianggap penting dalam matematika, misalnya melalui asesmen siswa bisa dibiasakan untuk menjelaskan argumentasi mereka mengenai mengapa mereka menganggap suatu gagasan matematis benar ataupun salah, siswa juga biasa diajak untuk bisa menilai kualitas pekerjaan mereka sendiri dengan bantuan rubrik. Informasi yang diperoleh dari asesmen haruslah bisa membantu guru maupun siswa untuk bisa meningkatkan kualitas belajar-mengajar. 
  6. Teknologi: teknologi, baik berupa kalkulator, komputer, dan sebagainya bisa digunakan untuk membantu siswa memperdalam pemahaman mereka mengenai matematika, termasuk membantu siswa mengembangkan kemampuan abstraksi mereka. . teknologi merupakan hal yang esensial dalam belajar dan mengajar matematika. Teknologi bisa membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai matematika serta mempengaruhi proses belajar siswa. Ketika siswa menggunakan teknologi di kelas matematika, guru tetap berperan penting untuk memfasilitasi siswa berpikir, misalnya dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, mengajak siswa mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya.

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah