Pesan di Akhir Semester
Tadi
siang, saya menutup kelas Calculus for Business & Social Sciences untuk
semester ini dengan beberapa pesan. Salah satunya, konten yang dipelajari
semester ini bisa saja diaplikasikan di kemudian hari namun bisa juga tidak. Selalu
begitu bukan? Apa yang kita pelajari tidak selalu ada aplikasi praktisnya?
Saya
juga mengapresiasi usaha mahasiswa untuk belajar semester ini. Mereka telah
belajar banyak hal baru, bahkan yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Itu
salah satu hal penting. Mereka punya kapasitas untuk belajar.
Belajar
matematika, seperti halnya belajar hal-hal lain, bisa meyadarkan kita bahwa selalu
ada kemungkinan kita bisa melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah kita duga.
Saya mencontohkan orang yang pernah ikut paduan suara. Ia akan menyadari
meskipun suaranya tidak bagus-bagus amat awalnya, namun dengan terus latihan, suaranya akan lebih bulat.
Orang yang belajar berolahraga, misalnya, tadinya tidak lentur atau tidak bisa
melakukan gerakan-gerakan tertentu, tapi dengan banyak berlatih akhirnya bisa
juga melakukan gerakan yang tidak pernah ia duga akan bisa.
Saya
juga meminta maaf kepada mahasiswa apabila saya memiliki beberapa kekurangan
dalam mengajar. Mungkin ada juga dia antara mereka yang menyadari bahwa saya
memang tidak banyak 'mengajar'. Masing-masing kelas berlangsung selama 1,5 jam
(2 pertemuan per minggu). Biasanya, saya mengajar tidak lebih dari 15 menit.
Sisa waktunya, saya gunakan untuk mengajak mahasiswa bekerja kelompok untuk
menyelesaikan berbagai masalah matematika. Biasanya untuk masingg-masing topik,
saya sudah siapkan lembar kerja berisi sejumlah masalah matematika dari yang
mudah sampai sulit.
Hal
tersebut saya lakukan karena saya percaya bahwa untuk belajar matematika (dan
hal lainnya), seringkali kita harus melakukan kesalahan. Ketika mereka berlatih
ada lebih banyak peluang mereka melakukan kesalahan. Setelahnya, mereka bisa berdiskusi
(baik dengan saya dan teman) dan kemudian belajar dari kesalahan tersebut. Itu
jauh lebih baik daripada saya mengerjakan soal di depan kelas, memberitahukan
solusi, mahasiswa bisa mengangguk-angguk seakan mengerti, tapi mereka belum
tentu mengerti sepenuhnya.
Saya
ceritakan sedikit mengenai istilah illusion of competence. Artinya
kurang lebih adalah merasa paham suatu konsep tapi ketika dihadapkan dengan
masalah yang terkait konsep tersebut malah bingung. Ketika seorang
mengalami illusion of competence, sebenarnya dia belum benar-benar
memahami konsep terkait. Semua orang yang belajar matematika pasti pernah
mengalami illusion of competence. Itu wajar. Berlatih
menyelesaikan berbagai masalah matematika membantu mengatasi illusion
of competence di bidang matematika.
Pada
akhir semester ini, saya tidak berharap mahasiswa saya mengerti 100% dari apa
yang mereka pelajari. Kalaupun ada, itu bonus. Saya lebih berharap melalui mata
kuliah ini mereka bisa membangun rasa percaya diri (terutama kapasitas diri
dalam belajar), mempelajari beberapa sikap penting yang bisa diaplikasikan di
dalam bidang lain. Misalnya, ya persistensi itu.
Comments