Lanjutan.. tapi bhasanya beda ma tulisan yang pertama

2 hari lalu saya menjadi reader ujian untuk seotang tuna netra di sebuah
Fakultas Pendidikan di suatu Universitas keguruan. Menjadi reader berarti saya
membacakan soal ujian ke teman saya tersebut karena dia tidak bisa melihat. Ada
4 tuna netra di kelas itu. Dalam sekelas kira2x ada 50 orang (yang normal
penglihatannya).

Yang menyedihkan saat itu adalah bahwa saya memperhatikan bahwa sekitat 50%
mahasiswanya mencontek.. Sikap yang sangay menyedihkan, dan tidak seharusnya
dilakukan oleh seorang yang sudah mehasiswa ( apalagi oleh seorang calon guru
yang kelak fungsinya akan mendidik)
.

Menyontek sudah menjadi hal yang biasa dilakukan di segala tingkat pendidikan,
di banyak sekali lembaga pendidikan di Indonesia. Tapi sampai kapan hal tersebut
mau menjadi suatu yang biasa?

Fenomena menyontek bisa saja terjadi karena seotang mahasiswa atau seorang murid
merasa pelajaran tersebut kurang mendidik, atau mungkin ujiannya terlalu
bersifat hafalan sehingga dianggap tidak terlalu berguna.. Kalo itu yang
terjadi, ada beberapa sikap lain yang bisa diambil kalo merasa soal yang
diberikan tidak mendidik misalnya :
Kalau berani:
- bilang sama dosenya, "Pak / Bu.. menurut saya soal evalasi semacam ini
tidak mendidik"
Kalau ga seberani itu:
-ya... terpaksa ngikutin aturan yang berlaku... Ga nyontek, dan rela dengan
nilai berapapun yang akan diperoleh

Well, ga adil juga sih kalo yang disalahin cuma mahasiswa calon guru, karena
seperti yang telah dikatakan, fenomena ini terjadi di mana-mana, di berbagai
universitas, SMU, SMP, dan SD..

Cuma jadi menyedihkan... karena calon2x guru ini akan mengajar dan akan
mempengaruhi banyak lagi anak-anak di Indonesia.

Dibuat pad 11 Januari 2005

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Mengenal Enam Prinsip-prinsip Dasar Pengajaran Matematika di Sekolah NCTM (2000)