Pandangan Tentang Kongres IGI ke-3




Rasanya tidak mungkin untuk tidak ikut bersemangat dalam menghadapi Kongres Ikatan Guru Indonesia (IGI) ke-3 yang akan diselenggarakan pada 28 - 31 Januari 2021 (secara hybrid di Bandung dan secara daring). Meskipun bukan pengurus lagi, dan berdasarkan AD/ART IGI, sebagai anggota luar biasa IGI, maka saya tidak memiliki hak memilih dan dipilih. Tentu tidak bisa ikut memilih siapa yang akan menjadi pempinan IGI berikutnya. Sampai detik ini sudah ada 7 calon kandidat Ketua IGI periode berikutnya, diantaranya 1). Danang Hidayatullah (IGI DKI), Gusti Surian (IGI Kalimantan Selatan), Jasmin (IGI Sulawesi Tenggara), Khairuddin Budiman (IGI Aceh), Mampuono (Sekjend IGI Pusat), Marjuki (IGI Jawa Timur), Mahrani Arifin (Pengurus Pusat Pengembangan Regional 10, Kalbar-Kalteng).

Rasanya senang bahwa ada banyak calon Ketua Umum IGI dari berbagai daerah di Indonesia. Jadi ramai pemilihannya. Seru! Di sisi lain, masih menunggu, akan adakah calon Ketua Umum IGI Perempuan? 

Hal yang juga menyenangkan lainnya soal Kongres IGI ke-3 ini adalah dimulainya diskusi-diskusi tentang sejarah IGI, cita-cita ke depan, dan kepemimpinan model apa yang kita harapkan. Buat saya pribadi, saya berharap pimpinan IGI baik di pusat, regional, maupun daerah bisa merangkul semakin banyak teman-teman guru di Indonesia dengan rasa "hangar" serta memiliki visi ke depan yang memungkinkan guru-guru di Indonesia menjadi lebih kompeten, lebih berpengaruh secara positif untuk pendidikan Indonesia, serta lebih didengarkan oleh masyarakat umum. Baik Pak Satria Dharma maupun Pak Muhammad Ramli Rahim punya kekurangan saat menjadi pempinan IGI. Pak Satria, seperti yang diakuinya, kadang sibuk bergerak sendiri (timnya terenggah-enggah), Pak Muhammad Ramli Rahim kadang mengambil kebijakan-kebijakan yang "penting begini" dan mungkin banyak anggota yang terkaget-kaget bahkan tidak suka. Namun, keduanya punya visi yang pada masanya menurut saya sangat pas untuk IGI dalam konteks itu. Pak Satria mendirikan IGI dengan visi "berbagi dan tumbuh bersama" yang jadi roh IGI sampai sekarang, Pak Ramli Rahim berhasil mengembangkan IGI di beberapa wilayah di Timur Indonesia. Program "satu guru satu..." (titik-titiknya ada 100 macam, mulai dari komik, PPT interaktif, dll) yang sekilas terlihat sporadis sampai saat ini tidak berhenti membuat saya berdecak kagum. Program itu berhasil membuat banyak teman-teman guru bergerak. It really worked!

Harapan saya tentang IGI ke depan sudah pernah saya sampaikan ke pengurus IGI DKI (lihat: https://www.youtube.com/watch?v=LL45UT0HeOk_) dan mudah-mudahan suatu hari punya kesempatan untuk membicarakan hal serupa kepada pimpinan IGI di semua daerah lainnya. Selamat meramaikan dan menyukseskan kongres IGI ke-3. Organisasi ini dibangun dengan hati, semoga tetap akan kita jaga bersama dengan hati. 

Salam berbagi dan tumbuh bersama,
Dhitta Puti Sarasvati
(Pengurus IGI Periode I)

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)