Belajar tentang Pandangan Feynman Mengenai Mengajar
Richard Feynman, peraih nobel Fisika tahun 1965 bukan hanya
terkenal sebagai seorang ilmuwan tetapi juga sebagai seorang pendidik dan
komunikator yang handal. Feynman sering menggunakan analogi-analogi cerdas untuk
membantu siswanya mempelajari gagasan-gagasan kompleks. Kalau mau lihat salah
satu kuliah Feynman, bisa lihat di bawah ini :
Karena kefasihannya dalam menjelaskan berbagai gagasan
kompleks dengan bahasa yang lebih sederhana, Feynman juga dijuluki sebagai “The Great Explainer”. Saking menariknya
kuliah-kuliah yang diberikannya, pada tahun 1963, California Institute of Technology, tempat beliau pernah mengajar,
menerbitkan buku “The Feynman Lectures on
Physics” . Buku tersebut merupakan
kumpulan catatan mengenai apa yang beliau katakan saat memberikan kuliah,
semacam notulen yang telah diedit sehingga lebih mudah dibaca. Meskipun kini
Feynman sudah tiada, masih banyak sekali orang yang membaca catatan kuliah ini
sebagai bahan belajar. Seorang teman saya yang sempat menjadi mahasiswa di
Fisika UI menceritakan bahwa zaman dia kuliah dulu ada yang menjual buku
tersebut dilengkapi dengan video-video kuliah Feynman. Dia senang sekali
belajar darinya.
Dalam salah satu mata kuliah yang
saya ajar, saya meminta mahasiswa saya membaca pendahuluan dari buku tersebut. Feynman
sendiri yang menulis pendahuluannya. Tujuannya bukan untuk mempelajari Fisika,
tetapi untuk melihat pandangan-pandangan Feynman tentang mengajar. Dari hasil
diskusi mengenai tulisan tersebut didapatkan beberapa hal. Pertama, bahwa Feynman mengajar di kelas
besar. 180 siswa mengikuti kelasnya dua kali seminggu. Siswa-siswanya adalah
lulusan SMA (mahasiswa) dan berasal dari berbagai jurusan.
Selain kelas yang diajarnya, ada semacam kelas pengayaan. Kelas dipecah menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 15 – 20 anggota. Kelompok tersebut dibimbing oleh asisten. Dengan kelas yang begitu besar, Feynman memilih menggunakan cara ‘ceramah’. Menurutnya cara tersebut bukan cara yang paling efektif untuk mengajar. Katanya :
“The best teaching can be done only when their is a direct individual relationship between a student and a good teacher – a situation in which the student discuss ideas, think about the things, and talk about the things. It’s impossible to learn much by simply sitting in a lecture, or even by doing problems assigned.”
Meskipun kondisinya tidak ideal, Feynman punya harapan bahwa
kelasnya tetap bisa memberikan nilai tambah. Katanya :
“Perhaps my lectures can make some contributions. Perhaps in some small place where there are individual teachers and students, they might get some inspiration or some ideas from the lectures. Perhaps they will have fun thinking them through – or going on to develop some of their ideas further.”
Feynman juga menceritakan kesulitannya mengajar siswa yang
begitu bervariasi di dalam kelasnya. Ada siswa yang kemampuan sainsnya sangat
baik. Mereka sangat tertarik mengikuti kelas. Baginya merupakan sebuah
tantangan agar mereka tetap tertarik mengikuti kelas dan tidak bosan karena apa
yang dibicarakan mungkin pernah mereka pelajari sebelumnya (di SMA).
Siswa-siswa semacam ini butuh sesuatu yang menantang. Mereka harus merasa bahwa
kuliah ini ‘tidak terlalu mudah’. Kadang beliau menjelaskan mengenai hal-hal
yang ‘belum dibuktikan’ , kadang beliau memunculkan istilah-istilah baru yang tidak
dibahas dengan detil namun akan dipelajari di kelas-kelas selanjutnya.
Tujuannya? Sekadar untuk membuat siswa tetap penasaran.
Tantangan Feynman yang lain adalah mengajar siswa yang harus ‘berjuang lebih’ untuk memahami kuliahnya. tidak mengharapkan bahwa siswa-siswa ini memahami semua yang beliau ajarkan, yang penting mereka paham gagasan-gagasan besar yang lebih esensial. Katanya :
Tantangan Feynman yang lain adalah mengajar siswa yang harus ‘berjuang lebih’ untuk memahami kuliahnya. tidak mengharapkan bahwa siswa-siswa ini memahami semua yang beliau ajarkan, yang penting mereka paham gagasan-gagasan besar yang lebih esensial. Katanya :
“I want to be at least a central core or backbone of material he couldn’t get. Even if he didn’t understand everything in a lecture, I hoped he wouldn’t get nervous. I didn’t expect him to understand everything, but only the central and most direct feature.”
Feynman punya kepedulian terhadap siswa-siswa yang lebih ‘butuh
waktu dan usaha lebih’ untuk memahami apa yang dia ajarkan. Memang, beberapa siswa yang bisa memahami hampir semua
yang beliau ajarkan tapi ada juga siswa yang benar-benar kesulitan Katanya
mengenai hal ini :
“I didn’t want to leave any student completely behind.”
Yang paling menarik adalah bahwa
Feynman selalu reflektif terhadap praktek mengajarnya. Beliau mengatakan bahwa
meskipun mengajarkan mata kuliah yang sama, setiap tahun dia selalu memikirkan
apa yang kurang dan apa yang perlu diperbaiki. Dia tidak pernah mau mengajar
dengan cara yang sama setiap tahunnya. Meskipun materi yang dia bawakan sama,
dia akan mencari cara untuk mengajar dengan cara yang berbeda.
PS : Buku "The Feynman Lectures in Physics" bisa dibaca online di : http://www.feynmanlectures.caltech.edu/
Comments