Bagaimana Cara Mengukur Kemampuan Siswa Kalau Tidak Ada Ujian Nasional?

Beberapa pihak menuntut Ujian Nasional (UN) untuk dihentikan karena berbagai alasan. UN mendorong guru untuk mengajar sekadar untuk tujuan lulus ujian (teaching to the test). UN juga kurang bisa menggambarkan perkembangan kemampuan siswa selama di sekolah. Yang tidak kalah penting, UN hanya dilakukan dalam beberapa hari tapi sangat menentukan masa depan siswa.
Banyak orang yang tidak bisa membayangkan dunia persekolahan tanpa UN. Padahal, sangat mungkin, bahkan memang seharusnya. Data untuk menentukan kelulusan siswa seharusnya diambil dari serangkaian evaluasi di kelas yang disebut assessmentAssessment harus dilakukan secara berkala, khususnya di dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Assessment adalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa. Ulangan harian, pekerjaan rumah (PR), termasuk contoh-contoh assessment. Namun, bentuk-bentuk assessment jauh lebih banyak daripada sekadar ulangan harian ataupun PR. Yang penting, assessment harus memenuhi salah satu prinsip dasar yakni ia harus bisa mengukur apa yang memang ingin diukur (McAlpin, 2002).
Dalam evaluasi proses belajar mengajar, apa yang perlu diukur biasanya tercantum dalam tujuan pembelajaran (learning objectives). Misalnya, siswa kelas 6 SD diharapkan dapat “mendeskripsikan  perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai lanjut usia” (KTSP, 2006). Untuk bisa melakukan ini, guru perlu membuat kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran di atas. Siswa bisa diminta membawa fotonya dari saat dia masih bayi (beberapa bulan), foto saat dia 1,2, 3, tahun, dan seterusnya sampai seusianya sekarang.  Lalu, siswa diminta menceritakan mengenai apa yang terjadi dengan tubuhnya selama itu dan meminta mereka menebak apa yang akan terjadi saat mereka semakin tua. Kemudian, siswa diminta untuk mencari bacaan terkait perkembangan manusia dan mendiskusikannya di kelas. Saat akhir sesi mengenai topik ini siswa bisa diminta membuat sebuah gambar yang dilengkapi deskripsi tertulis mengenai perkembangan manusia. Ini merupakan salah satu contoh assessment yang bisa menunjukkan apakah siswa sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Memang, pada dasarnya assessment tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Sebagai contoh, saat pelajaran IPA siswa belajar dengan membuat percobaan tertentu. Assessment bisa berupa sebuah jurnal yang berisi foto, tabel berisi data yang diperoleh dari percobaan, serta hasil analisa yang bisa ditampilkan dalam bentuk tertulis maupun dilengkapi gambar. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, siswa belajar membaca dan mengungkapkan pendapatnya mengenai buku tersebut. Siswa dapat diminta membaca sebuah buku, lalu mendiskusikan mengenai buku tersebut dengan temannya. Untuk pembelajaran seperti ini assessment berupa tulisan siswa yang menggambarkan pendapatnya mengenai buku tersebut.
Untuk menilai karya siswa, guru bisa dibantu dengan sebuah rubrik. Rubrik adalah sebuah alat penilaian (biasanya berupa tabel) yang secara eksplisit menggambarkan apa yang diharapkan dari sebuah tugas atau karya.
1366537489635856277
Ada cara lain untuk melakukan assessment. Guru bisa membuat cek-list berisi indikator yang menggambarkan target yang harus dicapai masing-masing siswa. Indikator ini, diturunkan dari kompetensi dasar (KD) yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006). Guru menandai indikator yang telah dicapai oleh siswa.


Ada berbagai cara untuk melakukan assessment. Assessment juga bisa dirancang sedemikian rupa agar siswa tertarik mengerjakannya. Assessment memang perlu dilakukan secara berkala. Daripada menggunakan sebuah ujian nasional sebagai penentu kelulusan, siswa bisa diminta memilih karya-karya terbaiknya selama bersekolah dan mengumpulkannya dalam sebuah portfolio.  Bahkan, siswa juga bisa diajarkan untuk membiasakan diri meng-assess dirinya sendiri, misalnya dengan meminta siswa menuliskan perkembangannya dalam belajar sepanjang semester.
Hasil dokumentasi assessment yang menunjukkan perkembangan belajar siswa selama belajar di sekolah menjadi bukti bahwa siswa telah belajar begitu banyak selama di sekolah. Kerja keras siswa terlihat dengan kualitas karya yang dihasilkannya. Assessment secara berkala di dalam kelas berarti kita tetap bisa mengukur kemampuan siswa, dan perkembangan belajar siswa dari waktu ke waktu, bahkan tanpa UN sekalipun. Selama proses pembelajaran di kelas berfokus pada tujuan pembelajaran, bukan sekadar menghabiskan materi dalam buku teks atau driling soal, maka assessment berkala akan jauh menunjukkan kualitas siswa daripada UN!

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)