Mencongak
Saya termasuk orang yang tidak setuju apabila seorang anak diminta ntuk menghafalkan tabel perkalian tanpa meminta mereka memahami konsep perkalian terlebih dahulu. Tetapi ini bukan berarti bahwa saya menganggap kemampuan menghafal (atau tepatnya mengingat) tidak ada manfaatnya. Saat seorang ingat bahwa 4 x 2 adalah 8 dan 10 x 2 adalah 20, kemungkinan ia akan lebih cepat ketika diminta menghitung 14 x 2.
Saat pertama kali belajar mengenai perkalian, ada baiknya anak belajar secara menggunakan benda-benda yang konkrit. Zaman saya SD dulu, guru biasa menggunakan kumpulan lidi untuk mengenalkan perkalian. Kita tentunya boleh menggunakan benda apa saja yang ada di sekitar kita (seperti daun, kerang, batu, permen, dan lain-lain) untuk mengenalkan mengenai perkalian.
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat mengajarkan perkalian
1) Kenalkan pada anak bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Misalya kalau kita gunakan kerang yang saya lambangkan dengan "@", ajak anak membuat kelompok-kelompok kerang, misalnya
1x2 @@ = 2
2x2 @@ @@ = 2 + 2
2x3 @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2
2x4 @@ @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2 + 2
2) Setelah lancar, kita bisa mengajak anak membuktikan bahwa 2 x 4 misalnya sama dengan 4x2. Kita juga bisa menantang anak untuk menunjukan dua cara yang bisa dilakukan untuk menghitung 2 x 4.
2x4 @@ @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2 + 2 = 8
4x2 @@@@ @@@@ = 4 + 4 = 8
Kalau anak sudah memahami bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang serta sudah bisa membayangkan bahwa suatu perkalian misalnya 6 x 3 bisa dijelaskan dengan sesuatu yang konkrit, tidak ada salahnya mengajak anak untuk mengingat perkalian (setidaknya 1 sampai 10), karena ini akan mempermudah anak ketika belajar perkalian yang nilainya belasan.
Saat saya SD dulu, guru saya masih suka menggunakan metode yang disebut mencongak. Guru saya akan mendiktekan beberapa perkalian dalam waktu yang relatif cepat dan saya diminta menuliskan jawabannya. Biasanya setiap hari guru saya akan memberikan minimal 10 pertanyaan untuk kegiatan mencongak, bisa mengenai penjumlahan, perkalian, bahkan mungkin pelajaran mengeja.
Menurt pendapat pribadi saya, kalau kita sudah memahami suatu konsep, mencongak bisa bermanfaat, setidaknya membuat kita berpikir lebih cepat.
Kalau dulu sewaktu saya sekolah, saat sedang mencongak, saya cukup menyediakan buku tulis dan pensil, guru saya akan mendikte pertanyaan, dan saya tidak boleh sedikitpun berbincang dengan teman, kini saya ingin menceritakan suatu metode mencongak yang lain. Di sini, kita malah harus berkomunikasi dengan sesama teman, meskipun siswa diajak untuk berpikir secara cepat.
Caranya, ajak siswa sekelas duduk dalam lingkaran. Sediakan sebuah bola. Guru melempar bola kepada seorang anak sambil mengucapkan perkalian misalnya
"3 kali 5"
Anak yang mendapat bola harus memberikan jawabannya.
Misalnya anak menjawab "15"
Kalau benar, anak bisa melemparkan bola ke temannya lain, minta anak yang menyebutkan pertanyaannya. Dan minta teman yang menerima bola yang menjawabnya.
Menurut saya metode ini tetap bisa disebut sebagai mencongak, meskipun begitu, pertanyaan untuk mencongak tak harus berasal dari guru, melainkan juga bisa dari siswa. Mencongak model ini selain mengajak siswa berpikir secara cepat, membantu mengingat, juga bisa digunakan untuk assessment (kita bisa melihat siswa mana yang masih canggung mengenai perkalian), proses pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama (sesama siswa bisa saling mengingatkan dengan cara yang menyenangkan apabila ada temannya yang memberikan jawaban yang sama), dan tentunya sekalian berolah raga sedikit (melatih aspek motorik) hihihi.
Saat pertama kali belajar mengenai perkalian, ada baiknya anak belajar secara menggunakan benda-benda yang konkrit. Zaman saya SD dulu, guru biasa menggunakan kumpulan lidi untuk mengenalkan perkalian. Kita tentunya boleh menggunakan benda apa saja yang ada di sekitar kita (seperti daun, kerang, batu, permen, dan lain-lain) untuk mengenalkan mengenai perkalian.
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat mengajarkan perkalian
1) Kenalkan pada anak bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang. Misalya kalau kita gunakan kerang yang saya lambangkan dengan "@", ajak anak membuat kelompok-kelompok kerang, misalnya
1x2 @@ = 2
2x2 @@ @@ = 2 + 2
2x3 @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2
2x4 @@ @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2 + 2
2) Setelah lancar, kita bisa mengajak anak membuktikan bahwa 2 x 4 misalnya sama dengan 4x2. Kita juga bisa menantang anak untuk menunjukan dua cara yang bisa dilakukan untuk menghitung 2 x 4.
2x4 @@ @@ @@ @@ = 2 + 2 + 2 + 2 = 8
4x2 @@@@ @@@@ = 4 + 4 = 8
Kalau anak sudah memahami bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang serta sudah bisa membayangkan bahwa suatu perkalian misalnya 6 x 3 bisa dijelaskan dengan sesuatu yang konkrit, tidak ada salahnya mengajak anak untuk mengingat perkalian (setidaknya 1 sampai 10), karena ini akan mempermudah anak ketika belajar perkalian yang nilainya belasan.
Saat saya SD dulu, guru saya masih suka menggunakan metode yang disebut mencongak. Guru saya akan mendiktekan beberapa perkalian dalam waktu yang relatif cepat dan saya diminta menuliskan jawabannya. Biasanya setiap hari guru saya akan memberikan minimal 10 pertanyaan untuk kegiatan mencongak, bisa mengenai penjumlahan, perkalian, bahkan mungkin pelajaran mengeja.
Menurt pendapat pribadi saya, kalau kita sudah memahami suatu konsep, mencongak bisa bermanfaat, setidaknya membuat kita berpikir lebih cepat.
Kalau dulu sewaktu saya sekolah, saat sedang mencongak, saya cukup menyediakan buku tulis dan pensil, guru saya akan mendikte pertanyaan, dan saya tidak boleh sedikitpun berbincang dengan teman, kini saya ingin menceritakan suatu metode mencongak yang lain. Di sini, kita malah harus berkomunikasi dengan sesama teman, meskipun siswa diajak untuk berpikir secara cepat.
Caranya, ajak siswa sekelas duduk dalam lingkaran. Sediakan sebuah bola. Guru melempar bola kepada seorang anak sambil mengucapkan perkalian misalnya
"3 kali 5"
Anak yang mendapat bola harus memberikan jawabannya.
Misalnya anak menjawab "15"
Kalau benar, anak bisa melemparkan bola ke temannya lain, minta anak yang menyebutkan pertanyaannya. Dan minta teman yang menerima bola yang menjawabnya.
Menurut saya metode ini tetap bisa disebut sebagai mencongak, meskipun begitu, pertanyaan untuk mencongak tak harus berasal dari guru, melainkan juga bisa dari siswa. Mencongak model ini selain mengajak siswa berpikir secara cepat, membantu mengingat, juga bisa digunakan untuk assessment (kita bisa melihat siswa mana yang masih canggung mengenai perkalian), proses pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama (sesama siswa bisa saling mengingatkan dengan cara yang menyenangkan apabila ada temannya yang memberikan jawaban yang sama), dan tentunya sekalian berolah raga sedikit (melatih aspek motorik) hihihi.
Comments