Afektif

Saya mungkin pernah cerita via milis-milis tertentu ke beberapa tema2x cerita ini...

Well, tapi mungkin kurangkum dalam satu cerita oke juga kali yah...
(Diinspirasi karena teman2x di milis CFBE, sedang membahas mengenai kenakalan siswa)

Cerita ini kudapat dari majalah Basis Edisi guru, buku2x tentang guru (fiksi maupun non fiksi), n juga dari temen2x yang ikut ngebina murid2x SMA.

Yang menarik dari cerita-cerita yang kudapetin ini adalah bagaiman cara2x guru menghadapi kebandelan siswa... Walaupun I surely believe ngadepin suatu kebandelan/ kenakalan bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi siapa tahu cerita2x ini bisa jadi inspirasi...

Salah satunya cerita dari temenku sendiri (pembina ekskul di suatu smu di Jakarta)
Dia pernah mergokin siswa2x binaanya nonton2x film2x porno.

Bukannya marah, temenku malah ngajakin siswanya untuk nonton film mengenai kelahiran. Baik siswa putra maupun putri.. Mereka diajak melihat bahwa melahirkan bukan suatu proses yang mudah.

Peristiwa serupa juga kudapetin di majalah basis. Seorang guru BP d suatu sekolah di Jogja menemukan bahwa siswanya ada yang 'pacarannya berlebihan'. Akhirnya yang ia lakukan adalah mengajak siswanya dan pacaran tersebut ke suatu tempat penitipan anak. Kebetulan sang guru punya akses ke pekerja-pekerja sosial semacam ini. Di tempat penitipan anak ini lah proses pendidikan terjadi. Si siswa dan pacarnya dua-duanya disuruh mengurus anak2x yang ada di sana. Dari sana mereka belajar bahwa mengurus anak bukanlah hal yang mudah apalagi di usia yang masih muda, sehingga akhirnya mereka pun lebih berhati-hati dalam menjaga dirinya masing-masing.

Guru yang sama ini juga pernah menemukan ada siswanya yang menyontek. Ia berkata kepada muridnya," Menyontek itu cikal bakalnya koruptor loh!", kemudian ia berkata ,"koruptor itu bisa masuk penjara . Pernah tahu penajra itu kayak apa engga?"

Nah pada suatu hari siswany ini dititipkan di suatu penjara (seharian). engga dikasih tugas apa-apa cuma diminta untuk mengamati kondisi penjara. Si siswa ngeri sendiri. Ternyata nga jujur ada dampaknya juga. N sejak itu dia nga pernah nyontek lagi..

Di beberapa buku (kumpulan pengalaman guru) n fiksi..
Aku pernah beberapa kali nemu cerita tentang murid yang bau (ceritanya gak beda-beda jauh). Enggak pernah mandi dan sebagainya. Ada yang karena kondisi ekonomi ada juga karena malas, sehingga efeknya si murid dijauhi oleh teman2x. Nah... si guru suatu hari mengajak siswanya untuk mandi di sekolah. Si guru membawa sabun maupun shampoo, dan sikat gigi, sehingga anaknya merasa segar, dan tahu bahwa dirinya bisa bersih. Dan mulai senang dengan kebersihan.

Di salah satu buku non fiksi yang saya baca. Si murid jarang mandi karena keterbatasan ekonomi. Nah si guru memang menyiapkan sabun dan perlengakapan mandi lainnya dan meminta si siswa datang lebih pagi tiap harinya agar bisa berbersih.

Salah satu cerita yang juga pernah saya dapatkan, tapi lupa dari mana, adalah guru yang ingin mengajarkan siswanya mengenai kebersihan lingkungan. Caranya suatu hari ia mengajak siswanya ke sebuah sekolah lain (yang terkenal akan kebersihannya), di sana siswa dapat melihat dan merasakan langsung efek dari kebersihan.

Well, segitu aja cerita yang saya ingat ...
Semoga bermanfaat

Comments

Anonymous said…
Nice Writing. Jadi pengen jadi guru nih, tak perlu dibayar, gratisan saja, just for social responsibility. Dari dulu belum kesampaian juga :(
Anonymous said…
Yap.....nice blog.
Tepat banget tuh ide-idenya, memang kalau cuman dibilangin atawa dimarahin anak sekarang dah gak mempan. Contoh pembelajaran yang amat bagus.
Beni Suryadi said…
i love it, puti

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)