Posts

Showing posts from July, 2012
Image
I read a few books this July. But I really love these four books. Really love them!

Kritik untuk Waiting For Superman

"Teachers can have a profound effect on students, but it would be foolish to believe that teachers alone can undo the damage caused by poverty and its associated burdens." "Guggenheim didn’t bother to take a close look at the heroes of his documentary. Geoffrey Canada is justly celebrated for the creation of the Harlem Children’s Zone, which not only runs two charter schools but surrounds children and their families with a broad array of social and medical services." " While blasting the teachers’ unions, he points to Finland as a nation whose educational system the US should emulate, not bothering to explain that it has a completely unionized teaching force" " His documentary showers praise on testing and accountability, yet he does not acknowledge that Finland seldom tests its students. Any Finnish educator will say that Finland improved its public education system not by privatizing its schools or constantly testing its students, but by inves

Barefoot College : Guru Adalah Murid dan Murid Adalah Guru

Image
Barefoot College : Guru Adalah Murid dan Murid Adalah Guru Beberapa tahun yang lalu saya melihat sebuah film dokumenter di Eagle Awards, Metro TV . Film tersebut menggambarkan mengenai seorang dokter yang bekerja di daerah pedalaman. Saat itu ada seorang pasien yang harus diinfus. Namun, ada masalah. Cairan infus yang tersedia sudah kadaluwarsa.  Pilihan yang ada hanya dua, antara menggunakan infus yang sudah kadaluwarsa atau tidak menginfus pasien sama sekali. Sang dokter akhirnya memilih pilihan yang pertama. Untungnya, sang pasien sembuh. Hal yang serupa terjadi ketika dia harus mengoperasi seorang pasien. Dokter tersebut membutuhkan pisau bedah tetapi saat itu tidak ada pisau bedah yang tersedia. Akhirnya dokter memilih menggunakan alat potong lain untuk mengoperasi pasien. Saya lupa alat apa yang digunakan, kalau tidak salah dia menggunakan cutter. Tentunya alat tersebut perlu disterilisasi terlebih dahulu. Kalau dokter yang bekerja di kota-kota besar menerapkan hal

Time Management for Teachers (v2)

Image

Personal Reflection : The Mind of "Anak Sekolahan"

I find the village people are very logic, and sober thinkers and do not think so complicated as the city people. I have come to compare this with the wajang. In the wajang the heroes of Ramajana, and Mahabarat like Arjuna, Bima, Gatot Kaca, Judistira etc., are thinking in a very complicated way... not very logic but very Ksatria and so on, while the figures like Bagong, Semar, Petruk, Garong, etc. are very sober and very logic, very often coming with home truths and very realistics. Well, this same comparison can be made for the whole of Indonesian society. The pemimpin-pemimpin are the Arjuna, Judistira, etc., thinking in very complicated terms, but the common desa people are very sober and logic like Semar and Petruk. The same comparison is also true for the villages around  Djakarta. The people there are also very sober and logic. We often think of the village people as dumb and stupid, though they are not learned and well informed. But I discovered that they were very intellegent

Thank you, Mr. Falker

Image
Terima kasih Pak Falker Oleh: Patricia Polacco http://www.youtube.com/watch?v=FjRsg9M7fw4 Kakek memegang satu toples madu agar semua orang bisa melihatnya. Lalu dia mencelupkan jarinya ke dalam toples dan meneteskan sejumlah madu ke atas sebuah buku. Usia si gadis kecil sebentar lagi akan menjadi 5 tahun. “Berdirilah gadis kecilku,” kata kakek, “Dulu saya melakukan hal ini di depan ibumu, paman-pamanmu, kakak laki-lakimu, dan sekarang di depanmu.” Lalu kakek menyerahkan bukunya pada si gadis kecil, “Rasakan!” Dia menaruh jarinya  di atas madu lalu memasukkan jarinya ke dalam mulutnya. “Apa rasanya?” tanya nenek. “Manis,” kata si gadis kecil. Lalu seluruh keluarga mengatakan secara serentak, “Iya, dan begitu juga ilmu pengetahuan. Tapi untuk memperoleh ilmu pengetahuan itu kamu harus seperti lebah mencari madu. Kamu harus mengejarnya melalui halaman-halaman yang ada pada buku.” Si gadis kecil tahu bahwa tanggung jawab untuk belajar membaca kini a
Image
Sumber gambar :  http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Polusi+Udara+di+Jakarta&dn=20100304125156 Udara bersih di Jakarta mahal sekali harganya Entah apa yang dihirup oleh mereka mereka yang hidup, tinggal, berjualan, dan makan di pinggir jalan, para pejalan kaki, pengemudi sepada motor,  yang kadang membonceng ibu dan dua anak sekaligus Udara bersih di Jakarta mahal sekali harganya Sampai-sampai ketika sampai depok saja, udaranya terasa lebih segar Apalagi Bogor, Bandung, dan daerah lainnya Padahal mereka yang tinggal di sana pun sudah mengeluh Sumpek udaranya! Bagi penghuni Jakarta setiap tarikan nafas  yang sedikit saja lebih segar begitu berharga, begitu berharga

"Oh, the Places You'll Go!" by Dr. Seuss and My Childhood

Image
I think both of my parrents where quite radical when they raised me as a child. I learnt reading from Dr. Seuss's Book. While in the United States Dr. Seuss is a common childrens book but that is not usual for Indonesian kids. Here is one of the quotes from Dr. Seuss's Book "You have brains in your head. You have feet in your shoes.  You can steer yourself  any direction you choose. You're on your own. And you know what you know. And YOU are the guy who'll decide where to go.   (Dr. Seuss in "Oh, the Places You'll Go!") These few sentences means a lot of things. It means that everyone, must decide their own choices, control their own lives and not anyone else. For some parents, when a child decides to choose his/her own choices it means that their child is a rebel. In some families, this is not a value encouraged. However, my parents did actually educate me about the idea of choosing one's own path from a very young age. Anyway, some p

Membaca "Sepatu Dahlan"

Seorang teman pernah mengatakan, manusia  punya kebebasan untuk memilih melakukan apapun yang dikehendaki, tetapi manusia tidak bisa memilih konsekuensinya. Apapun pilihan kita, kita harus siap menanggung konsekuensinya. Menurut saya, menyadari bahwa setiap hal yang kita lakukan pasti ada konsekuensinya, adalah bagian dari proses menjadi lebih dewasa Buku “Sepatu Dahlan” karya Khrisna Pabicara bercerita tentang kisah seorang anak lulusan SD bernama Dahlan yang kemudian melalui begitu banyak peristiwa sehingga kemudian belajar menjadi lebih dewasa. Pesan mengenai kesadaran akan suatu konsekuensi itu saya temui mulai bab pertama hingga bab-bab berikutnya. Dahlan lulus SD dengan nilai yang bervariasi. Meskipun ada tiga angka sembilan yakni untuk pelajaran Menulis, Gerak Badan, dan Menyanyi, tetapi ada dua angka merah  yaitu untuk pelajaran berhitung dan bahasa daerah. Mendapatkan nilai merah di rapor, pasti ada konsekuensinya. Meskipun siswa lain berbahagia telah lulus SD, perasaa