Membaca "Mengubah Kebijakan Publik: Panduan Pelatihan Advokasi"

 


Tak sampai 3 jam, saya menamatkan buku "Mengubah Kebijakan Publik: Panduan Pelatihan Advokasi" yang disunting oleh Roem Topatimasang, Manshour Fakih, dan Toto Rahardjo. 

Seharusnya, saya tidak membaca buku tersebut dengan terburu-buru. Saya seharusnya membaca buku tersebut dengan perlahan, sambil menerapkan hal-hal yang ada di dalam buku. Seharusnya saya membaca sambil benar-benar melakukan upaya advokasi kebijakan, khususnya terkait kebijakan pendidikan nasional, lalu merefleksikannya.

Tidak apa-apa! Saya tetap bisa merasakan manfaat dari membaca buku tersebut. Sekarang saya sedang berkutat dengan RUU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dibantu oleh beberapa teman seperjuangan, saya sedang mencoba membangun kesadaran banyak orang, khususnya teman-teman yang bergerak di pendidikan, bahwa RUU Sisdiknas (Agustus 2022) tersebut tidak menuju arah pendidikan nasional yang lebih baik. Usaha yang sulit memang, beberapa orang percaya saja pada apa yang diucapkan oleh pejabat publik tentang "kebaikan RUU Sisdiknas" tanpa benar-benar membaca dan mencoba menganalisisnya sendiri. Saya beruntung dipertemukan dengan buku ini

Buku "Mengubah Kebijakan Publik: Panduan Pelatihan Advokasi" berhasil memberikan  amunisi mengenai apa yang harus dikerjakan oleh teman-teman yang sedang berjuang bersama terkait isu RUU Sisdiknas ini. Pertama, buku ini mengingatkan kembali mengenai apa yang dimaksud dengan advokasi kebijakan publik dan pentingnya advokasi untuk keadilan sosial.  

Advokasi merupakan "suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental) .  Di buku ini, advokasi tidak dianggap hal yang menakutkan (seperti anggapan rezim otoriter orde baru) namun tidak juga dianggap sebagai sesuatu yang revolusioner ataupun heroik. Sesuatu yang biasa saja. Pada dasarnya advokasi lebih merupakan usaha perubahan sosial melalui semua saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku.

Advokasi tidak hanya digunakan oleh mereka yang memperjuangkan keadilan sosial, tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan yang punya kepentingan tertentu. Buku ini mengingatkan pentingnya advokasi untuk keadilan sosial yang didefinisikan sebagai advokasi yang justru meletakkan korban kebijakan sebagai subjek utama sehingga ada proses yang menghubungkan antar berbagai unsur progresif dalam masyarakat warga (civil society), melalui terbentuknya aliansi-aliansi strategis yang memperjuangkan terciptanya keadilan sosial dengan cara mendesakkkan terjadinya perubahan-perubahan kebijakan publik. 

Saat membaca buku "Mengubah Kebijakan Publik: Panduan Pelatihan Advokasi" kita bisa merasakan bahwa buku ini dituliskan oleh orang yang sangat mengerti lapangan khususnya praktik advokasi di level akar rumput. Di sisi lain,  buku ini  mengingatkan kita untuk menyadari kenapa advokasi perlu dilakukan. Ada banyak tips yang sangat praktis, misalnya bagaimana caranya memfasilitasi pelatihan terkait advokasi kebijakan publik, apa yang perlu dilakukan saat menganalisis suatu undang-undang (petakan apa yang dulu ada dan sekarang tidak ada dan sebaliknya, analisis kenapa perubahan tersebut terjadi), dan banyak tips praktis bermanfaat lainnya seperti cara membangun pendapat umum dan cara mendesakkan perubahan. Buku ini juga menyediakan  berbagai studi kasus tentang proses advokasi terkait isu-isu yang beragam. Ada yang  terkait sengketa tanah dan pengelolaan hutan di Yamdena, Maluku (di sekitar tahun 1990-an), tentang Dwi-Fungsi Tentara, Isu Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia, Isu Gender, dan sebagainya.

Secara pribadi ada bagian yang paling saya suka, mungkin karena ada kaitannya langsung dengan apa yang saya rasakan saat ini. Ini kutipannya:

"Perubahan-perubahan keadaan yang sedemikian cepat dan sangat dinamis dalam dunia politik dan kegiatan advokasi, juga tak boleh mempengaruhi, mengaburkan atau melencengkan inti permasalahan dari isu yang Anda perjuangkan. Salah satu strategi dan taktik yang sangat terkenal dalam dunia politik adalah membuat lawan menjadi lupa atau bahkan ragu pada apa yang sebenarnya mereka perjuangkan. Waspadalah! Ada saja cara lawan melakukan hal ini, misalnya dengan mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu Anda, sekecil apapun juga (pasti ada!), sehingga Anda kemudian sibuk membela diri dan merencanakan tindakan balasan, lalu Anda pun lupa pada apa yang sebenarnya sedang Anda perjuangkan. Tanggapi seperlunya saja, lalu pusatkan kembali perhatian Anda pada tujuan semula dan inti persoalannya."

Meskipun buku ini pertama diterbitkan pada tahun 2000 (ada beberapa edisi setelahnya), buku ini masih sangat relevan dibaca sampai hari ini. Mungkin perlu penambahan beberapa kasus-kasus terkait advokasi kebijakan publik terbaru, bukan hanya yang sukses tetapi yang gagal juga. 


Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)