Peluncuran "Ruang Belajar Alex Tilaar"



Kehormatan besar menjadi saksi peluncuran Ruang Belajar Alex Tilaar (RBAT) di Jl. Wahid Hasyim N0.27 Jakarta. Ruang belajar ini terbuka untuk umum, berisi buku-buku koleksi pribadi alm. Prof. H.A.R Alex Tilaar, seorang pendidik dan pemikir pendidikan yang sangat saya kagumi. Beliau dikenal sebagai seorang guru yang sangat mencintai Indonesia. Hidupnya didedikasikan untuk guru dan pendidikan. Perjuangannya tidak hanya dilakukan dengan mengajar, tapi juga melalui kegiatan belajar, membaca, dan menulis. Hal itulah yang paling saya kagumi darinya. Selama 87 tahun hidupnya beliau telah menulis 31 buku tentang pendidikan (beberapa diantaranya sangat tebal misalnya Kaleidoskop Pendidikan Indonesia). Selain itu beliau juga menulis setidaknya 200 artikel tentang pendidikan. Sebuah kutipan yang terpampang di rumah belajar H.A.R . Tilar menggambarkan hal ini. Tulisannya:


"Buku adalah buah pemikiran saya yang abadi. Saya tidak abadi, maka saya berharap suatu saat buku yang saya tulis bisa bermanfaat untuk masyarakat Indonesia."

 


16 Juni 1932 Prof. Tilaar lahir di Tondano, Sulawesi Utara.  Ruang belajar ini diluncurkan pada tepat pada hari kelahirannya, yakni pada 16 Juni 2021. Bagi saya RBAT menggambarkan salah satu legacy  Prof. Tilaar. Bahwa beliau masih dicintai baik oleh keluarga, murid-muridnya, maupun siapapun yang tersentuh hatinya olehnya. Kecintaannya terhadap Indonesia, terhadap pendidikan, dan terhadap ilmu pengetahuan mengalir terus dengan cara yang sangat bersahaja. 


Sedikit mengenai hidupnya,  Prof. Tilaar pernah menjadi guru di sekolah rakyat sampai menjadi guru besar di Universitas Negeri Jakarta. Selain mengajar, beliau juga aktif menulis, dan bergerak dengan berbagai cara, diantaranya dengan menjadi anggota Dewan Riset Nasional, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, penasihat PGRI, dan penasihat Majelis Luhur Taman Siswa. Saya pribadi, menjadi saksi hidup bagaimana Porf. Tilaar tidak pernah hanya berdiam di menara gading tapi ikut "turun" menangani langsung isu-isu pendidikan yang dianggapnya penting. Beliau ikut menandatangani Petisi untuk menolak Ujian Nasional, beliau akan ikut menentang kebijakan yang dianggapnya tidak sesuai dengan konstitusi UUD 45.


Salah satu kegiatan yang dilakukan saat peluncuran RBAT adalah Talk Show. Pembicaranya Mbak Wulan Tilaar (putri dari Prof Tilaar sekaligus penanggung jawab RBAT), Ibu Henny Supolo (Ketua Yayasan Cahaya Guru), Pak R.A. Hirmana (murid sekaligus rekan kerja Prof Tilaar di Universitas Negeri Jakarta), dan Mbak Inayah Wahid.




Mbak Wulan mengatakan:

"Alm. Tilaar adalah seorang guru. Guru kehidupan. Dan bagi bapak, seorang guru adalah proses "menjadi". Proses yang tidak pernah selesai. Menjadi guru adalah profesi yang selalu dia banggakan."

 

Mbak Wulan menambahkan:

"Pak Tilaar selalu membuka pintu rumahnya untuk murid-muridnya untuk belajar. Beliau bukan hanya membuka rumahnya tetapi juga membuka hatinya."


Dengan mata agak berkaca-kaca, Ibu Henny Supolo  bercerita bagaimana mudahnya mencintai Prof. Tilaar:

"Kami jadi saksi bahwa Prof Tilaar benar-benar orang yang mengabdikan hidupnya sebagai guru, bangga menyebut dirinya  guru, dan membuat kami semua bangga menjadi guru... Beliau sangat mudah diakses, sangat murah hati berbagi ilmu, setiap undangan selalu diterima, setiap pendapat selalu didengarkan, dan setiap pertanyaan beliau hargai dengan memberikan jawaban yang terasa sekali berasal dari hati. Jawaban-jawaban Prof. Tilaar dalam pertemuan dengan para guru selalu membuat kamu merasa mendengarkan cerita. Mudah ditangkap, selalu dihubungkan dengan berbagai situasi yang sedang kita hadapi, sangat kontekstual. Dan ruang belajar ini sungguh-sungguh mewujudkan semangat berbagi Prof. Tilaar yang luar biasa."

 

Ibu  Henny juga menceritakan bahwa Prof. Tilaar memiliki sebuah kegelisahan yang besar yang diungkapkannya di Sekolah Guru Kebinekaan 2016 : Kata Prof. Tilaar:

"Kita punya satu kata penting yang hilang dalam dunia pendidikan yaitu kemandirian. Yang saya maksudkan dengan kemandirian adalah kebebasan berpikir, bersikap, dan berpendapat."


Pak R.A Hirmana bercerita bahwa salah buku favoritnya adalah karya Pak Tilaar berjudul "Pedagogik Teoritis untuk Indonesia". Pak Hirmana berhadarp bahwa RBAT bisa menjadi jalan untuk mewujudkan cita-cita Prof. Tilaar bahkan melebihi apa yang diharapkannya. :

"Belum pernah saya begitu bahagaia bersama guru, dosen pendidik, seperti ketika saya bersama dengan Pak Tilaar bisa berimajinasi bersama beliau."


Tampaknya Pak Hirmana berharap RBAT bisa menjadi ruang bagi kita untuk mengikuti jejak Prof Tilaar untuk menggunakan ilmu pengetahuan untuk sama-sama berimajinasi untuk kebaikan Indonesia.

 

Tampaknya ada kekhawatiran bahwa generasi muda yang sekarang, yang oleh beberapa generasi pendahulunya dianggap sibuk dengan "gadget, tik-tok, media sosial" tidak akan menganggap RBAT sebagai hal yang menarik. Terkait kekhawatiran ini Mbak Inayah mengingatkan bahwa anak-anak muda menunjukkan keppedulian mereka terhadap bangsa dengan cara mereka sendiri. 

"Hanya karena mereka melalakukannya dengan cara yang berbeda dengan kita, atau dengan bapak ibu, itu bukan berarti mereka salah."

 

Mbak Inayah tidak khawatir sama sekali dengan potensi anak-anak muda. Meskipun mereka hidup di dunia digital, bukan berarti pengalaman berada di RBAT tidak akan berharga. Mbak Inayah percaya bahwa RBAT akan menjadi ruang-ruang pertemuan antara orang-orang yang berbeda. Dan itu adalah salah satu bentuk perwujudan dari Pancasila. 


Mbak Wulan dan keluarga, sekali lagi. Selamat untuk dibukanya Ruang Belajar Alex Tilaar. Mudah-mudahan kita semua bisa bersama-sama menghidupkannya sebagai bentuk cinta kami terhadap seorang pendidik yang akan terus hidup melalui pemikiran-pemikirannya. 

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah