Amanah baru di 2021




2021 baru berjalan selama 3 bulan, tetapi telah ada beberapa hal penting yang terjadi di dalam hidupku. 26 - 31 Januari 2021 berlangsung Kongres Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang ke-3. Tepat di hari pertama kongres, salah satu pendiri IGI, alm. Ibu Yully meninggal dunia. Tentu saja, banyak sekali teman-teman yang merasa kehilangan. Ternyata sebelum pergi Ibu Yully sempat menitipkan pesan kepada saya (melalui suaminya yang juga pengurus IGI) untuk menjaga IGI.

Tentu saja saya akan selalu menjaga IGI. Saya mencintainya. Cara yang saya bayangkan, berada di belakang layar. Tidak ikut menjadi pengurus, tapi menulis untuk IGI, berbagi dengan anggota IGI, dan sebagainya. Sebelum kongres ke-3 saya menyumbang tulisan untuk mengingatkan tentang visi dan nilai-nilai yang dipegang IGI. Harapannya agar seluruh anggota maupun pengurus (lama maupun baru) akan fokus pada cita-cita dan nilai bersama. Kapanpun IGI meminta saya untuk mengisi acara mereka, atau bahkan untuk berkunjung saja, saya akan usahakan hadir. Tapi bergabung di IGI lagi? Sepertinya tidak. Sejak berakhirnya kongres ke-2 di Makassar, saya telah lengser dari jabatan pengurus dan tidak sekalipun saya berpikir untuk bergabung di IGI lagi. Jadi anggota saja.

Ternyata nasib berkata lain. Hasil Kongres ke-3, saya terpilih sebagai anggota Dewan Kehormatan IGI. Syarat menjadi anggota Dewan Kehoramatan IGI, diantaranya pernah jadi pengurus IGI.

Dewan Kehormatan bertugas 'mengurus' kode etik, termasuk mensosialisasikannya, dan mengingatkan apabila ada pengurus ataupun anggota yang melanggarnya. Tentu, saya ditanyakan kesediaannya. Awalnya ragu, tapi akhirnya, Bismillah saya iyakan saja.

Nah, ternyata di dalam Dewan Kehormatan itu ada pengurusnya. Karena salah satu anggotanya adalah Pak Satria Dharma yang sangat dihormati di IGI (karena mendirikan IGI), ada beberapa yang merasa segan memimpin Pak Satria. Maunya Pak Satria aja yang memimpin, tapi tentu saja Pak Satria tidak mau. Dia mau santai-santai aja sepertinya. Hehe...

Diantara semua, tampaknya yang paling tidak segan untuk memimpin Pak Satria. Alasannya? Saya tahu Pak Satria sangat demokratis. Maka terpilihlah saya menjadi Ketua Dewan Kehormatan IGI.

Tadinya saya tidak mau bercerita mengenai ini. Mau diam-diam saja. Namun, saya pikir ada pentingnya juga saya menyampaikan harapan saya dengan posisi yang saya miliki sekarang. Saya berharap IGI menjadi organisasi yang lebih profesional. Baik pengurusnya memiliki kesepakatan bersama mengenai nilai yang perlu dipegang, serta ada pemikiran yang lebih sistematis mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, ataupun disposisi yang perlu dikembangkan.

Di Dewan Kehormatan IGI saya akan mulai dengan mengajak tim membahas "nilai". Nilai-nilai apa yang mau kita pegang bersama? Jumat, 19 Maret 2021 saat rapat, tim Dewan Kehormatan IGI akan membahas itu. Hasil akhirnya? Masih samar-samar.Tapi memulai langkah, tak ada salahnya. bukan?

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)